Sebagian warga belum merasakan pengetatan pembatasan sosial berskala besar. Hal ini karena keramaian lalu lintas, aktivitas perkantoran, dan perekonomian terlihat normal.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lalu lintas di ruas jalan Ibu Kota ramai pada hari pertama pembatasan sosial berskala besar ketat, Senin (14/9/2020). Sebagian warga menilai tidak ada suasana PSBB ketat sehingga ada potensi abai pada protokol kesehatan.
Sepeda motor dan mobil memenuhi ruas jalan dari arah Slipi menuju Tomang, Jakarta Barat. Demikian juga persimpangan Harmoni, Jakarta Pusat, menuju Kota Tua, Jakarta Barat. Jamak terjadi kepadatan di titik-titik lampu lalu lintas.
Menurut Risno (27), tidak ada suasana pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat. Ini berbeda dari PSBB sebelumnya yang mana Ibu Kota lengang. Hanya sedikit kendaraan hilir mudik di jalanan. ”Saya kira bakal sepi, ternyata ramai begini. Tidak ada sama sekali suasana PSBB,” kata Risno.
Edi Siswanto (35) juga tidak melihat suasana PSBB ketat. Jalan tetap ramai seperti biasanya semenjak masa transisi. ”Mungkin kurang sosialisasi (PSBB ketat) kepada warga,” ujar Edi.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo menuturkan, pantauan petugas memang terjadi kepadatan lalu lintas. Penyebabnya karena tidak ada pembatasan kendaraan atau ganjil genap saat PSBB ketat. Akan ada evaluasi terkait situasi ini.
Sambo mengharapkan perkantoran dan tempat usaha serius menerapkan ketentuan bekerja dari rumah, pesan antar, dan tidak makan di tempat. Penerapan ini akan menurunkan kepadatan lalu lintas. ”Mudah-mudahan pembatasan aktivitas berjalan supaya kepadatan arus lalu lintas berkurang,” katanya.
Senin pagi sebagian pekerja tetap bekerja dari kantor. Mereka berangkat kerja menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Pekerja hilir mudik dari Halte Transjakarta Harmoni lewat jembatan penyebaran orang menuju perkantoran di sekitarnya. Ada pula yang menggunakan jasa pengojek daring. Petugas keamanan di gedung-gedung perkantoran mengukur suhu tubuh dan memberikan antiseptik kepada karyawan pada area lobi.
Stasiun Jakarta Kota, Jakarta Barat, tidak seramai biasanya. Walakin, masih ada pekerja hilir mudik dari situ. Pengojek daring, pengkolan, dan sepeda setia menanti penumpang di pintu masuk atau keluar stasiun.
Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia Anne Purba menuturkan, situasi di sejumlah stasiun sepi ketimbang Senin pekan lalu. Protokol kesehatan, secara khusus penggunaan masker pun, tetap berlaku secara ketat kepada setiap penumpang.
Hingga pukul 08.00 tercatat ada 92.546 penumpang atau berkurang hingga 19 persen ketimbang Senin pekan lalu yang mencapai 114.075 penumpang. Penurunan jumlah penumpang ini tercatat di hampir seluruh stasiun.
Selama PSBB ketat operasional kereta mulai pukul 04.00-21.00. Tersedia 975 perjalanan per hari dengan kapasitas per kereta maksimal 74 orang. Akan ada evaluasi mempertimbangkan pergerakan warga saat PSBB ketat.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah meminta pekerja tidak segan laporkan perkantoran yang tidak ikuti pembatasan aktivitas dan ketentuan lain PSBB ketat. Pekerja dapat melaporkan pelanggaran lewat aplikasi JAKI dan narahubung dinas. Selanjutnya akan ada inspeksi mendadak ke perkantoran.
”Kadang karyawan juga ada kekhawatiran, takut. Mereka diam-diam melapor lewat aplikasi atau Whatsapp. Berdasarkan laporan ada sidak atau pemeriksaan,” ucap Andri.