Warga Khawatir PSBB Ketat Membuat Mereka Tak Bisa Beraktivitas di GBK
Kebutuhan akan tempat olahraga yang memadai membuat area olahraga kerap ramai. Salah satunya di Gelora Bung Karno. Di tengah rencana pengetatan PSBB, sejumlah orang berharap bisa tetap berolahraga di tempat ini.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengunjung rutin Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, khawatir tempat olahraga itu tutup ketika penerapan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB secara ketat. Berlari setiap akhir pekan di lokasi ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Manajemen GBK masih menunggu aturan terbaru terkait pengetatan mobilitas warga.
Warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ridho (25), berharap, masyarakat masih boleh berlari di GBK saat PSBB ketat berlaku Senin depan. ”Kalau bisa tetap dibuka, soalnya mencari tempat olahraga senyaman GBK susah saat ini,” katanya ketika ditemui di Kompleks GBK, Sabtu (12/9/2020) siang.
Manajemen GBK, ujar Ridho, bisa tetap membuka layanan dengan protokol kesehatan yang lebih ketat. Saat ini pun, protokol kesehatan dia nilai sudah lumayan ketat. Pengunjung diukur suhu tubuhnya. Masker pengunjung diperiksa. Setiap satu jam, maksimal kapasitas Stadion Utama 1.000 orang.
”Nanti, kan, bisa aja Stadion Utama dikurangi kapasitasnya. Terus razia masker setiap saat. Yang penting, GBK masih bisa buat berlari,” tutur Ridho, yang rutin mengunjungi GBK setiap akhir pekan.
Ridho pernah berlari-lari kecil di trotoar, tetapi lokasi itu dinilainya tidak nyaman. Berlari di tengah lalu lintas kendaraan dan polusi udara, katanya, justru akan menimbulkan masalah kesehatan baru. ”Belum lagi trotoar suka diserobot sama pemotor,” tambahnya.
Darko (23), warga Kedoya, Jakarta Barat, pun setuju GBK tetap dibuka. GBK merupakan tempat terbaik bagi lari laun atau joging, terutama di saat pandemi Covid-19. Ini karena manajemen GBK mengatur Stadion Utama hanya bisa diakses oleh pejalan kaki tanpa alat bantu (sepeda, sepatu roda, dan lain lain). ”Jadi sangat luas dan nyaman untuk joging,” ujarnya.
Dari rumahnya, GBK satu-satunya ruang publik yang bisa diakses untuk aktivitas olahraga. Dia pernah joging di kompleks perumahan, tetapi lokasi trotoar yang sempit membuatnya tak leluasa.
Dia sempat kepikiran untuk mengganti olahraga, seperti bersepeda. Namun, uangnya belum cukup untuk membeli sepeda. Ditambah lagi, karyawan toko optik ini pernah dirumahkan saat tiga bulan pertama pandemi Covid-19.
Fleksibel
Berbeda dengan dua warga di atas, warga Jakarta Barat lainnya, Dio (26), cenderung lebih fleksibel memandang GBK. Bagi Dio, mengeluarkan keringat bisa di mana saja. Jika GBK ditutup, dia akan berolahraga di rumah.
Dihubungi terpisah, Dyah Kumala Sari dari Humas GBK menyatakan, GBK masih menunggu peraturan terbaru tentang PSBB ketat pada Senin mendatang. Jika GBK tetap dibuka, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah skenario untuk memperketat protokol kesehatan.
Sebelumnya, dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB dalam Penanganan Covid-19 di Jakarta yang terbit 11 April 2020, disebutkan bahwa ada 11 sektor usaha yang dikecualikan dalam penghentian aktivitas kerja. Sektor usaha itu terdiri dari kesehatan, bahan pangan/makanan/minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, dan logistik.
Sektor lainnya adalah perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, utilitas publik, dan industri yang ditetapkan sebagai obyek vital nasional dan obyek tertentu, serta kebutuhan sehari-hari.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Zubairi berpendapat, data pertumbuhan laju kasus positif Covid-19 harian menjadi bukti bahwa situasi Jakarta sedang gawat dan serius. Oleh sebab itu, semua pihak harus konsisten menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan mengantisipasi kerumunan.
Selama manajemen menjamin protokol kesehatan bisa dilaksanakan dengan ketat, katanya, GBK masih bisa beroperasi. Warga diminta tak hanya berolahraga di Stadion Utama. Lingkar luar GBK juga bisa dimanfaatkan agar tak terjadi konsentrasi massa di satu titik.