Polisi Belum Bisa Gali Keterkaitan Teror di Kampung Melayu dan Ciracas
Salah satu korban penusukan di Kampung Melayu, IS (37), mendapat bantuan biaya kesehatan dari Siaga Peduli di Cilacap, Jawa Tengah. Ia sempat kebingungan untuk melanjutkan perawatan karena ketiadaan biaya.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Polisi belum bisa menggali ada-tidaknya keterkaitan antara teror kelompok orang tidak dikenal di Kampung Melayu yang mengakibatkan dua warga luka tusuk, serta penyerangan massa yang melibatkan sejumlah anggota TNI di Ciracas dan Pasar Rebo, Sabtu (29/8/2020). Sebab, korban penusukan di Kampung Melayu meminta waktu tambahan untuk pemulihan.
“Kami belum bisa memastikan keterkaitannya karena kami belum memeriksa para korban dan saksi,” tutur Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, Senin (7/9/2020), di Jakarta.
Yusri mengatakan, sekelompok orang menyerang warga di kolong jalan layang Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, 29 Agustus dini hari. Ada dua korban menderita luka akibat senjata tajam penyerang, yaitu IS (37) dan MH (34).
Petugas Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Timur sudah mendapatkan laporan kejadian berdasarkan keterangan keduanya. Namun, IS dan MH belum bisa memenuhi panggilan pemeriksaan polisi karena masih merasa sakit. Apalagi, IS pasca kejadian langsung pulang ke kampung halaman di Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Seperti diberitakan, sekelompok orang yang melibatkan sejumlah anggota TNI menyerang di Ciracas dan Pasar Rebo, Jakarta Timur, di waktu yang berdekatan dengan teror di Kampung Melayu. Penyerangan mereka dipicu kabar bohong Prajurit Dua MI, personel Direktorat Hukum TNI Angkatan Darat, yang menginformasikan ke rekan-rekannya bahwa ia dikeroyok di simpang Arundina, Kecamatan Ciracas, Kamis (27/8/2020) malam. Faktanya, ia mengalami kecelakaan tunggal saat bersepeda motor.
Penyerangan di Ciracas dan Pasar Rebo mengakibatkan sejumlah polisi dan warga sipil terluka, serta rusaknya harta benda warga di jalan, mobil, dan beberapa bagian gedung di Kepolisian Sektor Ciracas serta Polsek Pasar Rebo, Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Timur.
Penyerangan di Ciracas dan Pasar Rebo mengakibatkan sejumlah polisi dan warga sipil terluka, serta rusaknya harta benda warga di jalan, mobil, dan beberapa bagian gedung.
Data Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta (Kodam Jaya) yang disampaikan Kamis (3/9/2020), ada tiga korban yang menderita luka cukup parah sehingga harus dioperasi dari total 16 korban yang dianiaya, serta 90 korban mengalami kerugian material. Untuk sementara, Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Andika Perkasa menalangi ganti rugi material yang Kamis itu jumlahnya Rp 388,586 juta.
Yusri menuturkan, pengusutan kasus penyerangan di Ciracas dan Pasar Rebo merupakan ranah Pusat Polisi Militer TNI.
Terkait penyerangan dan penusukan di Kampung Melayu, dalam wawancara via telepon dengan Kompas, IS mengaku menderita lima luka tusuk di punggung, dua luka tusuk di tangan kiri, dan telinga kanan hampir putus. Adapun MH menyatakan hanya mendapat satu luka tusuk di punggung kirinya, tetapi para pelaku yang diperkirakan berjumlah sepuluh orang tega meninggalkan senjata tajam tertancap di punggung MH.
Penderitaan IS bukan hanya luka-luka tusukan yang membuatnya tidak bisa bekerja berhari-hari, melainkan juga ketidaksanggupannya membayar biaya perawatan. Sebab, pemasukannya dari menjadi tukang sampah di daerah Jatiwaringin, Kota Bekasi, mepet untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Saat di Jakarta pasca kejadian, ia sempat dirawat di rumah sakit dan membayar total Rp 645.000. Ia belum pulih benar, tetapi memilih segera keluar RS dan pulang ke Cilacap karena tidak punya uang lagi untuk kelanjutan perawatan.
Pendiri Siaga Peduli, Zanu Ashari Nurrahman, mengatakan, keluarga IS kebetulan tergolong prasejahtera sehingga memenuhi kriteria target penerima bantuan.
Di Cilacap, IS berpikir untuk konsultasi ke dokter lagi tetapi bingung karena tidak ada biaya. Untungnya, terdapat Siaga Peduli, yang membantu meringankan penderitaannya. Lembaga swadaya masyarakat bidang kemanusiaan tersebut menyalurkan bantuan berupa uang tunai Rp 500.000 dan bahan pangan pokok.
Pendiri Siaga Peduli, Zanu Ashari Nurrahman, mengatakan, keluarga IS kebetulan tergolong prasejahtera sehingga memenuhi kriteria target penerima bantuan. “Kami ada SOP (prosedur operasional standar) untuk menentukan target. Menurut informasi tim yang survei, beliau masuk daftar penerima manfaat, dengan melihat kondisi ekonomi, rumah, dan lain-lain,” ujarnya.
Zanu mengatakan, Siaga Peduli awalnya menerima laporan dari media massa tentang kondisi IS. Dia kemudian mengutus tim di Majenang untuk datang ke rumah IS guna mengecek. IS pun menunjukkan luka-lukanya yang ditutupi perban kepada tim. Bantuan kemudian disalurkan Sabtu (5/9/2020) lalu.