Sebagian Warga Masih Santai meski Pasien Berguguran
Sebagian warga tampak santai menghadapi pandemi. Sementara petugas pemakaman justru sibuk karena jenazah terus berdatangan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keramaian belum juga berkurang meskipun terjadi lonjakan kasus positif. Sebagian warga bahkan dengan enteng mengabaikan protokol kesehatan. Pada saat yang sama, jenazah pasien Covid-19 terus berdatangan di lahan pemakaman.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat 108 kasus meninggal pada Sabtu (5/9/2020) sehingga total menjadi 7.940 kasus. Adapun kasus positif bertambah 3.128 menjadi 190.665. Sebanyak 46.324 orang dalam perawatan dan 136.401 sembuh.
Purwadi (43) menilai aktivitas warga semakin longgar tanpa protokol kesehatan. Ini tampak dari keramaian-keramaian di ruang publik. Warga berkumpul lebih dari dua orang hingga kongko. ”Saya lihat orang-orang sudah tidak pakai masker. Sementara di berita disebut kasus naik. Berarti masih bahaya sebenarnya,” ucap Purwadi.
Warga Palmerah Barat, Jakarta Barat, ini terus mengikuti perkembangan pandemi dari pemberitaan di media massa. Tujuannya supaya lebih awas saat beraktivitas di luar rumah. Apalagi di rumah ada anaknya yang berumur balita.
Hal serupa disampaikan Ian (24). Dia menilai tidak ada situasi krisis atau bahaya pandemi saat ini. Warga kembali beraktivitas seperti biasa seolah-olah tidak ada pandemi. ”Biasa saja, tetapi waspada lingkungan sekitar,” kata Ian. Warga lingkungan tempat tinggalnya di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, berkumpul atau nongkrong seperti sebelum ada pandemi.
Niko (25) sempat optimistis menyongsong kondisi normal baru. Itu tak berlangsung lama karena berbagai wilayah di Ibu Kota masuk zona merah, termasuk tempat tinggalnya di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Peta persebaran kasus positif aktif di DKI Jakarta menunjukkan ada 84 kasus positif aktif di Kecamatan Pulo Gadung. ”Ke mana-mana tetap pakai masker dan sebisa mungkin jaga jarak,” ujar Niko.
Jika warga beraktivitas seperti biasa, petugas pemakaman justru terus kedatangan jenazah dengan protokol Covid-19. Ada kekhawatiran tidak cukup lahan untuk pemakaman jenazah.
Komandan regu Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan TPU Pondok Ranggon, Nadi, mengatakan, sepekan terakhir mulai 31 Agustus hingga 5 September, petugas memakamkan 117 jenazah dengan protokol Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. ”Kalau per harinya rata-rata 25 jenazah,” ucap Nadi seperti diberitakan Kompas.com.
Selama Maret hingga Agustus, petugas memakamkan 2.623 jenazah dengan protokol Covid-19. Sekarang tersisa 1.100 liang lahat di atas lahan seluas 7.000 meter persegi di sisi selatan tempat pemakaman umum itu.
Menurut Nadi, lahan yang tersisa kemungkinan tidak akan cukup sampai akhir Oktober karena berdasarkan jumlah pemakman per hari hanya mampu menampung 380 sampai 400 jenazah. Ia belum tahu tindak lanjut pemerintah provinsi apabil makam penuh. Harapannya, angka kematian menurun dari hari ke hari pertanda pandemi terkendali.
Sementara itu, terkait mobilitas warga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan akan meninjau ulang kebijakan nomor pelat kendaraan ganjil genap di masa pandemi. Peninjauan karena ganjil genap justru mendorong perpindahan orang dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Perpindahan ini berpotensi menimbulkan kluster angkutan umum seiring kenaikan jumlah penumpang.
Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Jumat (4/9/2020), di Balai Kota DKI Jakarta, mengatakan, pemerintah ingin warga mengatur mobilitasnya. Penerapan ganjil genap saat ini selain untuk mengurangi kemacetan, juga membatasi orang keluar rumah.
Menurut Riza, selama PSBB transisi, pengguna kendaraan berkurang karena adanya kebijakan bekerja dari rumah karena diputus hubungan kerja, atau karena tidak keluar rumah. ”Apakah betul karena ganjil genap? Bisa saja ada peningkatan karena ada yang kembali kerja, ada keperluan, kami cek apakah ada korelasinya,” ujarnya.