Turunkan Keterpakaian Menjadi 60 Persen, DKI Jakarta Tambah Tempat Tidur di Rumah Sakit
Dengan angka kasus positif yang bertambah signifikan, Dinas Kesehatan DKI berupaya menambah tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta dalam hari-hari terakhir bertambah signifikan. Dinas Kesehatan DKI Jakarta berupaya menambah tempat tidur di ruang isolasi dan ICU, menambah ruang isolasi dan ICU bagi pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, melalui pesan singkat, Kamis (3/9/2020), menjelaskan, untuk menurunkan tingkat keterpakaian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) menjadi 60 persen, ada strategi yang dilakukan. Strategi itu adalah dengan menambah jumlah tempat tidur.
Untuk kapasitas tempat tidur di ICU saat ini berjumlah 513 unit. Targetnya akan dikembangkan hingga 650 tempat tidur sehingga apabila dibandingkan dengan unit eksisting akan ada 137 tempat tidur di ICU yang perlu ditambahkan.
Selain tempat tidur pasien, DKI segera menambah ruang isolasi, dari yang ada sekarang 4.054 tempat tidur, akan dikembangkan hingga menjadi 4.800 tempat tidur. Dengan demikian, akan ada 746 tempat tidur baru di ruang isolasi yang akan ditambahkan.
Menurut Dwi Oktavia, penambahan tempat tidur itu dilakukan seiring dengan penambahan kapasitas perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan. Seperti diketahui, selain 67 rumah sakit rujukan yang sudah melayani pasien Covid-19, Dinkes DKI Jakarta juga menetapkan RSUD Cengkareng dan RSUD Pasar Minggu sebagai rumah sakit khusus untuk menangani Covid-19. Selain itu, juga ada usulan penambahan rumah sakit rujukan Covid-19 hingga 11 rumah sakit.
Lonjakan kasus positif Covid-19 di Jakarta disikapi dengan kebijakan menambah tempat tidur di ruang perawatan dan di ruang isolasi.
Widyastuti, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, menambahkan, terkait pengembangan RSUD tersebut, penambahan tenaga kesehatan dibutuhkan. Selain itu, juga untuk memenuhi permintaan penambahan tenaga kesehatan yang diajukan oleh beberapa rumah sakit vertikal dan swasta.
Namun, Dinkes DKI baru menghitung untuk kebutuhan RSUD dan RS vertikal (di bawah pengelolaan Kementerian Kesehatan). Untuk penambahan tenaga baru, diperkirakan kebutuhan tenaga kesehatan 1.000 orang.
”Sekali lagi yang kami hitung baru RSUD dan RS vertikal. Sementara ada beberapa rumah sakit lain berproses mengajukan permintaan,” jelas Widyastuti.
Adapun tenaga kesehatan yang dibutuhkan itu bermacam-macam. Mulai tenaga dokter, analis, perawat, dan beberapa bidang lainnya sesuai permintaan rumah sakit.
Dwi Oktavia menambahkan, berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sudah dilakukan tes PCR sebanyak 9.248 spesimen. Dari jumlah tes tersebut, 7.491 orang dites PCR. Hasilnya ada 895 kasus positif baru dan 6.596 negatif.
”Untuk tingkat tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 62.767. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir 51.796,” katanya.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta tercatat tinggi, yaitu 13,0 persen, sedangkan persentase kasus positif secara total 6,7 persen. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.