Antisipasi Teror Berulang di Ibu Kota, Patroli Gabungan Digelar
Pada waktu yang berdekatan dengan penyerangan di Ciracas dan Pasar Rebo, pada Sabtu (29/8/2020) dini hari, penganiayaan oleh sekelompok orang diduga juga terjadi di Terminal Kampung Melayu. Mereka memakai senjata tajam.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kekerasan berkelompok secara membabi buta, yang diduga melibatkan prajurit TNI, di sejumlah lokasi di Jakarta Timur pada Sabtu (29/8/2020) dini hari memicu teror warga sipil Ibu Kota. Mengantisipasi teror berulang yang memakan korban, TNI dan Polri menggiatkan patroli gabungan secara berkala.
”Masyarakat kami harapkan tetap tenang dan pimpinan kemarin sudah menyampaikan bahwa TNI dan polisi tetap bekerja sama dengan baik untuk mengamankan Ibu Kota,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, Senin (31/8/2020) di Jakarta.
Yusri menyebutkan, pihaknya mengedepankan tindakan preventif untuk menekan risiko berulangnya teror kelompok kekerasan seperti terjadi Sabtu lalu. Polisi dan TNI, khususnya Polda Metro Jaya dan Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta, berkolaborasi menggelar patroli skala besar ke tempat-tempat yang dinilai rawan.
Seperti diberitakan, sekelompok orang yang melibatkan sejumlah prajurit TNI merusak barang dan gedung di Kepolisian Sektor Ciracas serta Polsek Pasar Rebo, Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Timur. Sejumlah polisi dan warga sipil terluka. Bahkan, harta benda warga sipil juga dirusak kelompok ini saat mereka dalam perjalanan.
Dalam keterangan resmi hari Sabtu, Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman menyebutkan, penyerangan berawal dari kabar kecelakaan tunggal di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (27/8/2020) sekitar pukul 20.00. Kecelakaan menimpa anggota TNI yang bertugas di Direktorat Hukum TNI Angkatan Darat, yaitu Prajurit Dua (Prada) MI.
Namun, berdasarkan riwayat komunikasi di telepon selulernya, Prada MI menginformasikan pada angkatannya tahun 2017 bahwa ia dikeroyok, bukan kecelakaan tunggal. Saat ditelepon seniornya, ia juga mengaku dikeroyok. ”Tapi, SMS (pesan singkat) kepada komandannya, dia mengaku mengalami kecelakaan tunggal,” kata Dudung (Kompas, 30/8/2020).
Emosi rekan-rekan MI keburu tersulut dan mendatangi lokasi kecelakaan pada Jumat (28/8/2020) pukul 23.00. Mereka mengamuk di sana saat polisi dan TNI sedang melaksanakan olah tempat kejadian perkara.
Menurut Dudung, Komandan Komando Distrik Militer 0505/Jakarta Timur Kolonel (Kav) Rakhyanto Edi sudah menjelaskan bahwa MI kecelakaan, bukan dikeroyok. Namun, massa mengabaikan dan tetap merusak toko-toko, lalu melaju ke arah Polsek Pasar Rebo dan Ciracas.
Hari Minggu (30/8/2020), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan, Komandan Garnisun Tetap I sudah memanggil saksi-saksi untuk mengusut kejadian itu. Polisi militer memeriksa secara intensif 12 saksi di antaranya, dan terdapat tiga orang yang sudah mengakui turut merusak kendaraan.
Yusri menyebutkan, pemeriksaan seluruh anggota TNI yang menjadi saksi serta yang diduga terlibat merupakan ranah polisi militer. Karena itu, informasi soal motif MI menyebut dirinya dikeroyok, bukan luka karena kecelakaan, diusut pihak TNI. Polisi akan memproses jika ada pelaku dari warga sipil.
Sementara itu, dalam waktu berdekatan, pada Sabtu (31/8/2020) sekitar pukul 02.00 diduga juga terjadi penganiayaan oleh sekelompok orang di Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Dua orang luka akibat senjata tajam, yaitu pedagang kopi dan konsumennya.
Saat dihubungi, pembeli kopi berinisial IS (37) sedang berada di kampung asalnya di Cilacap, Jawa Tengah. Ia berbicara dengan lambat dan kadang menahan sesak di dada terkait efek tusukan senjata tajam.
”Yang di punggung ada lima lubang, di tangan kiri saya dua lubang, di kepala telinga kanan hampir putus,” ujar IS. Tukang angkut sampah ini tidak ingat senjata mana yang melukainya, tetapi menurut dia ada celurit dan belati.
IS menceritakan, sejak Jumat (28/8/2020) malam, ia nongkrong di Terminal Kampung Melayu, berharap bisa menambah pemasukan dengan menggantikan teman yang mengemudi angkutan kota. Istilahnya, sopir tembak.
Saat menunggu jika ada angkot yang bisa ia kemudikan, sekitar pukul 02.00, segerombolan orang dengan jumlah lebih dari sepuluh individu datang ke terminal berboncengan sepeda motor. Tanpa mengatakan apa pun, mereka langsung menyabetkan senjata tajam ke segala arah. Menurut IS, senjata tajam sebenarnya diarahkan ke banyak orang, tetapi kemungkinan hanya ia dan pedagang kopi yang terlambat menyelamatkan diri.
IS menambahkan, secara kasatmata, luka akibat senjata tajam di tubuhnya semakin pulih. Namun, dadanya masih sesak dan nyeri pascakejadian. Ia memohon bantuan untuk perawatan di rumah sakit karena ketiadaan biaya. Untuk rontgen saja, misalnya, biaya di Cilacap sekitar Rp 500.000.
Meski demikian, pihak berwenang belum mengonfirmasi ada-tidaknya hubungan antara kejadian di Terminal Kampung Melayu dan penyerangan di Ciracas dan Pasar Rebo. Bahkan, Kepala Polsek Jatinegara Komisaris Darmo Suhartono menyebutkan, hingga saat ini belum ada laporan kepolisian terkait penganiayaan di Kampung Melayu.