Warga Siaga Menangkis Covid-19 di Kota Bekasi
Konsep RW siaga yang digagas Pemkot Bekasi perlahan menyadarkan warga untuk patuh pada protokol kesehatan. Konsep ini berhasil membangun solidaritas warga perkotaan melawan pagebluk.
Upaya saling menjaga dari ancaman Covid-19 kian tumbuh di sejumlah wilayah rukun warga di Kota Bekasi, Jawa Barat. Warga tak hanya saling mengingatkan untuk patuh pada protokol kesehatan. Mereka membangun kemandirian, menyumbang secara sukarela, dan membantu kebutuhan hidup warga yang terinfeksi Covid-19 selama menjalani isolasi mandiri.
SF (20) baru kembali dari kampungnya, setelah satu mingu mengunjungi orangtuanya di Pekalongan, Jawa Tengah. Tanpa dilengkapi surat tes kesehatan bebas Covid-19, pada 15 Agustus lalu, ia kembali ke rumah majikannya, di Kampung Jaha, RW 011, Jatimekar, Jatiasih, Kota Bekasi, untuk kembali bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Tiba di rumah majikan, ia dilarang masuk ke rumah itu. Majikan memberinya sejumlah uang dan mempersilakan SF terlebih dahulu menjalani tes cepat. SF pun menuju ke salah satu rumah sakit terdekat untuk menjalani tes cepat dan hasil tes itu tak lama kemudian diumumkan pihak rumah sakit. SF dinyatakan reaktif Covid-19.
”Warga heboh. Ini kejadian pertama di kampung kami. Mereka beramai-ramai mendesak majikan SF untuk segera mengusirnya,” kata Ketua RW 011, Kelurahan Jatimekar, Samsudin Panji (Selasa, 25/8/2020) di Jatimekar.
Samsudin yang mendapat informasi itu segera bertindak. Ia menghubungi pihak puskesmas terdekat dan SF pun menjalani tes usap tenggorokan. Pada 17 Agustus 2020 pihak rumah sakit mengonfirmasi kalau SF positif Covid-19.
Baca juga: Kampung Siaga Covid-19 Rawa Pasung Kota Bekasi
Pengurus RW kewalahan mencari cara untuk merawat warga tersebut. Mereka sempat berpikir untuk menyuruh SF pulang ke kampungnya. Namun, ada banyak pertimbangan, berapa korban yang akan berjatuhan jika SF dibiarkan pergi tanpa pengawasan.
”Kami memutuskan bersama para ketua RT untuk menyewa kontrakan. Satu kontrakan untuk SF dan satu lagi untuk keluarga tempat ia menginap. Jadi, total ada empat warga yang harus kami isolasi," kata Samsudin.
Saat itu, keuangan sedang seret lantaran uang kas di tingkat RT atau pun RW telah habis digunakan untuk berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan termasuk operasional karantina wilayah selama masa PSBB. Samsudin bersama para ketua RT secara sukarela mengambil uang pribadi masing-masing untuk menyewa dua kamar kontrakan dengan total biaya Rp 1,5 juta.
”Kamar isolasi beres, tetapi selama masa isolasi, mereka butuh makan, minum, vitamin, dan juga kuota data. Ini jadi persoalan baru,” kata Samsudin.
Warga membantu
Kerja keras para pengurus wilayah menjaga warganya dari ancaman Covid-19 menarik simpati warga. Sumbangan warga pun kian mengalir, mulai dari uang, beras, hingga kebutuhan makanan. Sebagian warga bahkan menawarkan rumahnya dijadikan sebagai ruang isolasi pasien Covid-19.
Baca juga: Kapasitas Tes PCR Kota Bekasi Ditargetkan Capai 3 Persen dari Total Penduduk
Gambaran kepedulian warga itu setidaknya terlihat pada 25 Agustus 2020, sekitar pukul 12.00. Dua warga mendatangi posko RW membawa bingkisan makanan dan buah-buahan. Makanan itu kemudian diantar ke tempat para warga yang menjalani isolasi mandiri itu.
”Silakan dinikmati, ini bingkisan dari kami. Tetap semangat, jangan stres, dan berdoa. Butuh bantuan apa pun, jangan segan untuk telepon kami,” kata Agus (50), salah satu dari dua warga itu menguatkan tetangganya.
Warga terpanggil membantu warga yang menjalani isolasi mandiri itu lantaran salah satu dari keluarga yang diisolasi bekerja sebagai penjahit sepatu keliling. Meski hasil tes cepatnya dinyatakan negatif, warga itu masih patuh untuk mau menjalani masa isolasi selama 14 hari.
”Dia sudah korbankan kerjanya untuk isolasi. Artinya, dia sudah membantu menjaga kami, jadi yang bisa kami lakukan ya seperti ini,” ucap warga RT 006, itu.
Mereka yang aktif melaporkan statusnya dan mau mandiri mengisolasi diri, artinya telah sudi berkorban menjaga sesama warga. Jadi membantu mereka yang diisolasi adalah timbal balik sempurna untuk menghadang pandemi.
Samsudin menambahkan, kepedulian warga di Kampung Jaha, sudah terbangun cukup lama sejak masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pada saat Pemerintah Kota Bekasi melonggarkan PSBB dengan menerapkan masa adaptasi tatanan hidup baru pada awal Juni 2020, solidaritas warga kian menguat.
Baca juga: Covid-19 Kluster Keluarga di Bekasi Meningkat, Tugas RW Kian Berat
Setiap warga yang pergi ke luar kota dan saat kembali harus melapor diri ke pengurus RW dengan menunjukkan surat bebas Covid-19. Bagi warga yang tak mampu, pihak RW membantu biaya tes tersebut.
”Atau biasanya kami hubungi puskesmas untuk fasilitasi keperluan tes. Kalau tidak ada stok alat tes, terpaksa pengurus RW dan RT ambil alih. Akan tetapi, ada juga warga yang takut, itu kami wajibkan dia isolasi mandiri,” katanya.
Pengetatan pengawasan pendatang dari luar yang mudah terpantau itu tak lepas dari keaktifan warga memantau kondisi di sekitar rumahnya. Setiap warga yang datang dari luar kota dan tak melapor, maka warga sekitar akan berinisiatif untuk melapor ke RW. Situasi ini menyebabkan tak ada satu pun warga di wilayah itu yang bebas kembali ke rumahnya dari luar kota tanpa pantauan.
”Warga kami mungkin paling banyak yang sudah sering tes cepat. Tiap kali liburan ke kampung, pulang langsung lapor ke RW dan menunjukkan surat hasil rapid tes,” kata Samsudin.
Mural pengingat
Upaya saling mengingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, serta turut serta berbagi di masa sulit pandemi juga kian gencar dilakukan warga Kampung Rawa Bebek, Kelurahan Kota Baru, Kota Bekasi. Di wilayah RW 010, Kelurahan Kota Baru, berbagai tembok perumahan warga di setiap gang sempit dibuat mural dengan berbagai aneka warna.
Baca juga: Rasio Positif Covid-19 Kota Bekasi di Atas Standar WHO
Pesan mural itu pun beragam, mulai dari ajakan memakai masker, ajakan menjaga jarak, jaga kesehatan, hingga pesan mengusir Covid-19 dari kampung itu. Semua itu dikerjakan sendiri oleh warga di wilayah itu.
Menurut Ketua RW 010, Kali Baru, Ahmad Sofyan, Kampung Rawa Bebek mulai bersolek pada Juli 2020. Tempat itu dahulu kala merupakan daerah rawan banjir dengan berbagai persoalan kepadatan penduduk dan kekumuhan.
Covid-19 dan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia jadi titik balik kampung itu berbenah. Lingkungan yang bersih, asri, dan indah jadi salah satu faktor penting menangkal berbagai jenis wabah, termasuk pandemi Covid-19.
Melalui program kampung keluarga berencana dan RW siaga, warga setempat masing-masing dengan caranya sendiri membangun kreasi menjaga lingkungannya agar tetap bersih. Mereka menggeliatkan konsep pertanian di wilayah perkotaan pada gang-gang sempit melalui budidaya tanaman hidroponik.
”Gambar mural, hidroponik itu benar-benar tumbuh dari antusiasme warga. Di 11 RT, setiap warga bersama para pengurus RT secara sukarela menggunakan biaya sendiri-sendiri berkreasi memperindah lingkungannya,” kata Sofyan.
Gambar mural, hidroponik itu benar-benar tumbuh dari antusiasme warga. Di 11 RT, setiap warga bersama para pengurus RT secara sukarela menggunakan biaya sendiri-sendiri berkreasi memperindah lingkungannya.
Baca juga: Kampung Rawa Bebek Bersolek
Mural yang dikreasikan warga dengan berbagai pesan untuk bersama-sama melawan pandemi Covid-19 secara tak langsung perlahan berhasil mengubah perilaku warga setempat. Warga kian risih dan segan melintas jika tanpa masker di gang-gang sempit yang dipenuhi berbagai mural ajakan mematuhi protokol kesehatan.
Dilombakan
Kemandirian warga yang kian tumbuh tak lepas dari program RW siaga yang digagas Pemkot Bekasi. Program RW siaga dibagi dalam tiga kategori, yaitu menyadarkan warga mematuhi protokol kesehatan, membangun ketahanan pangan, dan mengantisipasi kejahatan di lingkungan sebagai dampak pandemi Covid-19.
Program itu menjadikan RW sebagai garda terdepan dalam melawan pandemi Covid-19 yang diawasi oleh Pemkot Bekasi, Polres Metro Bekasi Kota, dan anggota TNI Kodim 0507/Bekasi. Untuk memompa semangat warga agar kian bergairah menyukseskan program RW siaga itu, Pemkot Bekasi menyiapkan hadiah Rp 1 miliar untuk RW siaga terbaik.
”Pemenang RW siaga kami umumkan pada Maret 2021. Total ada 1.013 RW di 56 kelurahan yang ikut berpartisipasi. Ini tidak sekadar seremonial karena tujuannya selain meningkatkan kepatuhan warga pada protokol kesehatan, juga ketahanan pangannya harus terbangun,” kata Wali Kota Rahmat Effendi, pada 25 Agustus 2020, di Kota Bekasi.
Program RW siaga dari segi pembiayaan hingga pengelolaan sepenuh diserahkan pada pengurus RW dan warga setempat dengan harapan membangkitkan semangat kebersamaan. Kesadaran yang tumbuh secara organik akan lebih mudah diikuti warga lain. Covid-19 sejatinya hanya bisa ditangkal jika semua memiliki kesadaran bersama. Namun, intervensi pemerintah tetap dibutuhkan agar program ini berjalan merata dan serentak.
Baca juga: Warga Kian Resah dengan Penyebaran Covid-19