Euforia perayaan 17 Agustus tahun ini tak berhenti meski diterpa pandemi Covid-19. Sebagian momen perayaan mulai berpindah ke ruang maya.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Murid-murid SD Negeri Pegadungan 12 Pagi, Kalideres, Jakarta Barat, disibukkan dengan aktivitas di ponsel sejak pagi. Jumat (14/8/2020) sekitar pukul 10.00, Malla (39) turut sibuk mempersiapkan anaknya di depan ponsel. Dia siap merekam anaknya yang berseragam sekolah dan memegang bendera Merah Putih.
Anak Malla, Aurora Reth (7), pagi itu disibukkan dengan acara lomba menyanyikan lagu bertema kemerdekaan dari sekolah. Aurora kemudian menyanyikan lagu ”Hari Merdeka” dengan suara yang mengentak, seraya mengayunkan bendera di tangannya. ”Sekali merdeka tetap merdeka, selama hayat masih dikandung badan,” ujarnya.
Video itu kemudian diunggah Malla ke akun media sosial Instagram dengan menandai akun resmi SDN Pegadungan 12 Pagi. Dari akun Instagram milik sekolah itu juga bisa dilihat pula ada belasan video serupa telah masuk.
”Ini diminta dari sekolah yang mengadakan lomba. Ada beberapa jenis lomba yang diselenggarakan virtual, tapi anakku ikut yang lomba menyanyi saja,” tutur Malla yang mempunyai dua anak itu.
Selain Malla, ada Susanti (38) yang menemani Adzima (7) turut dalam lomba mewarnai virtual. Lomba itu jadi berbeda karena setiap peserta tidak saling berkumpul di satu tempat, tetapi berkumpul di satu layar aplikasi telekonferensi.
Pengalaman Malla dan Susanti mewakili fenomena yang muncul di tengah momen pandemi Covid-19 dan hari ulang tahun ke-75 kemerdekaan Indonesia. Sejumlah lomba saat ”Agustusan” yang biasa hadir di sekitar warga kini berpindah ke ruang maya.
Sejak Kamis (13/8/2020), sejumlah sekolah telah memulai kegiatan lomba dengan memanfaatkan ruang virtual. SMK Bina Husada Mandiri di Pegadungan, Cengkareng, Jakarta Barat, juga mengumumkan lomba secara virtual kepada murid-muridnya.
Liza (17) dan Rosita (17), siswa kelas XII SMK, turut kelimpungan karena harus mengikuti lomba cerdas cermat virtual yang berlangsung pada Sabtu (15/8/2020). ”Awalnya baru diinfokan sewaktu Kamis kemarin. Saya langsung kaget karena harus mengajak anak-anak lain di kelas,” ujar Liza yang juga ketua kelas.
Hari ini, Liza sibuk menyiapkan diri dan tim untuk cerdas cermat bersama. Karena virtual, dia merasa nuansa lomba menjadi sangat berbeda. ”Ya, kalau lomba cerdas cermat pakai Zoom, nanti teman-teman yang bukan peserta enggak bisa menyemangati, dong,” kata Liza.
Inisiatif lomba lainnya juga bermunculan selama pandemi Covid-19. Dinas Bina Marga DKI Jakarta, misalnya, mencetuskan adanya lomba bersepeda secara virtual dengan jarak yang telah ditentukan.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho menjelaskan, mulanya memang ada sebagian kelompok pesepeda di kantor. Karena sedang masa pandemi Covid-19 dan ”musim” sepeda, tercetuslah ide bersepeda secara virtual. ”Jadi, konsepnya adalah selama beberapa hari, para peserta lomba harus gowes dengan target jarak yang ditentukan pakai aplikasi Strava,” tutur Hari.
Aplikasi Strava yang tersedia di ponsel Android itu melacak seberapa jauh jarak peserta bersepeda. Dalam lomba bersepeda virtual yang diadakan Dinas Bina Marga, peserta harus menempuh jarak minimal 75 kilometer selama periode 10-16 Agustus 2020.
Dalam lomba bersepeda di kalangan pegawai Bina Marga, Hari menyebutkan, aktivitas gowes dilakukan sekaligus untuk memonitor pekerjaan sarana dan prasarana umum. ”Para pegawai bersepeda sendiri-sendiri sambil memantau pengerjaan lapangan. Mereka yang paling duluan mencapai target jarak 75 kilometer nantinya mendapat sepeda lipat,” ungkapnya.
Cara baru
Karena pandemi Covid-19, lomba-lomba dengan cara baru yang lebih virtual bermunculan. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Arifin menyebutkan cara-cara itu terpaksa dilakukan untuk mencegah kerumunan warga. Seperti diketahui, kerumunan memunculkan potensi penularan Covid-19 lewat percikan droplet dari mulut manusia.
Arifin sebelumnya menyatakan, sejumlah kegiatan, seperti panjat pinang atau balap karung yang khas dengan momen Agustusan, berpotensi menyebabkan penularan Covid-19. Satpol PP melarang lomba semacam itu karena berpotensi menimbulkan kerumunan yang besar.
”Kalau mengadakan panjat pinang, misalnya, warga enggak mungkin bisa pakai masker dengan benar. Orang yang memanjat juga pasti ramai-ramai di tengah kerumunan, bagaimana mau pembatasan sosial,” ucap Arifin saat dihubungi, Jumat sore.
Bersamaan dengan situasi tersebut, perkembangan Covid-19 belum menunjukkan tren kasus yang mereda. Penambahan kasus harian per 14 Agustus sebanyak 575 pasien positif sehingga total kasus kini mencapai 28.438 pasien. Sementara jumlah rata-rata kasus positif dari total yang diperiksa sepekan terakhir (positivity rate) mencapai 8,5 persen.
Atas laporan situasi yang belum aman itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Masa perpanjangan berlaku selama 13-27 Agustus 2020.
”Dengan mempertimbangkan segala kondisi, setelah kami berkonsultasi dengan pakar kesehatan, epidemiolog, dan jajaran Forkopimda pada (Kamis) sore tadi, kami memutuskan kembali memperpanjang PSBB masa transisi untuk keempat kalinya hingga 27 Agustus 2020. Melalui perpanjangan ini, kami bersama aparat kepolisian dan TNI akan fokus pada penegakan aturan, khususnya penggunaan masker kepada masyarakat,” ungkap Anies.
Karena kondisi tersebut, Anies juga berharap agar momen lomba dan perayaan Agustusan lainnya ditiadakan. Dia khawatir lomba pada momen Agustusan nanti menyebabkan kluster penularan baru.
”Perayaan 17 Agustus, seperti menghias kampung, rumah, ataupun kantor bisa tetap berjalan. Kalau mau melaksanakan upacara diperbolehkan dengan jumlah yang terbatas. Tapi, lomba-lomba yang biasanya dilakukan itu ditiadakan. Sebab, lomba-lomba inilah yang menyebabkan kerumunan tanpa terkendali, sedangkan upacara relatif bisa dikendalikan karena jarak antar berdirinya bisa diatur hingga tata caranya,” jelas Anies.