Rentetan Penembakan Misterius di Tangerang Selatan Incar Korban di Akhir Pekan
Dalam tiga pekan terakhir tujuh kasus penembakan misterius terjadi di Tangerang Selatan. Kejadian selalu terjadi pada malam akhir pekan dan menyasar pengendara sepeda motor yang melintas
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Kasus penembakan misterius membayangi warga Kota Tangerang Selatan, Banten, selama tiga pekan terakhir. Penembakan cenderung terjadi pada malam akhir pekan dan telah mengakibatkan tujuh korban terluka. Kepolisian didesak segera menuntaskan kasus ini.
Selama tiga pekan terakhir, tujuh kasus penembakan itu terjadi di kawasan The Breeze, Alam Sutera, Kecamatan Pagedangan, dan Gading Serpong. Penembakan terjadi tiga kali di wilayah hukum Polsek Serpong, yaitu satu kali di Bundaran Alam Sutera dan dua kali di wilayah sekitar Rumah Sakit Islam Asshobirin. Adapun di Pagedangan tercatat ada dua kali kasus penembakan, sedangkan di The Breeze dan Gading Serpong masing-masing satu kasus.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Muharram Wibisono, Minggu (9/8/2020), mengungkapkan, penembakan selalu terjadi di akhir pekan, tepatnya di atas pukul 22.00 hingga pukul 01.30. Ketujuh korban telah melaporkan ihwal penembakan yang mereka alami ke polisi.
”Pelaku menggunakan peluru mimis atau peluru yang biasa digunakan dalam senapan angin. Bukan peluru tajam,” kata Muharram ketika dihubungi.
Semua korban, kata Muharram, ditembak ketika sedang mengendarai sepeda motor. Mereka mengalami luka tertembus peluru pada tubuh bagian belakang. Oleh sebab itu, Muharram berkesimpulan pelaku selalu menembak korban dari belakang. Pelaku sejauh ini tidak mengincar masyarakat secara spesifik. Para korban memiliki latar belakang dan profesi beragam, seperti mahasiswa dan karyawan.
”Makanya, korban cerita mereka tidak melihat pelakunya. Tiba-tiba setelah beberapa saat kemudian mereka baru sadar sudah tertembak karena merasakan sakit,” ujarnya.
Muharram juga belum bisa memastikan apakah pelaku memang selalu beraksi di tujuh tempat kejadian perkara itu atau berpindah-pindah. Kendati demikian, polisi telah mengantongi banyak informasi dan yakin bisa segera menangkap pelaku dalam waktu 24 jam ke depan. ”Motifnya kami belum tahu. Hanya saja, ini sudah ada titik terang, akan segera tertangkap,” ucapnya.
Dihubungi secara terpisah, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, fenomena penembakan di Tangerang Selatan itu sebagai shooting spree. Konsep itu merujuk pada aksi penembakan secara acak dengan motif yang tidak atau belum teridentifikasi dalam jarak waktu relatif berdekatan.
Kendati motif belum dapat teridentifikasi, beberapa penelitian kualitatif menemukan ada motif yang amat pribadi berkaitan dengan shooting spree, yaitu regulasi emosi yang buruk atau secara spesifik bisa berupa perasaan malu dan inferior. Shooting spree, kata Reza, bisa berubah menjadi killing spree jika korbannya meninggal.
Penembakan, meski menggunakan senapan angin, tetap membahayakan masyarakat jika pelaku menargetkan bagian tubuh yang vital. Oleh sebab itu, kepolisian didesak segera mengungkap kasus ini dan menangkap pelakunya.
Korban meninggal
Kasus penembakan sebelumnya juga terjadi di Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, yang menjadi wilayah hukum Polresta Tangerang Selatan. Seorang warga bernama Dicky Hermawan (22) meninggal seusai tertembak (Kompas.id, 8/8/2020).
Kasus itu belum menemukan titik terang lantaran polisi belum menemukan lokasi pertama saat korban diduga tertembak, termasuk saksi atau barang bukti yang bisa membuka tabir peristiwa itu.
Kepala Kepolisian Sektor Pagedangan Ajun Komisaris Efri mengatakan, korban meninggal setelah tiba di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Tangerang, pada 7 Agustus 2020, sekitar pukul 23.00. Lelaki itu menderita luka di bagian punggung yang diduga akibat terkena tembakan senjata api.
Efri menyampaikan, kasus itu masih diselidiki polisi. Sejauh, ini belum ada titik terang terkait lokasi penembakan, saksi, dan barang bukti lain yang bisa dijadikan polisi sebagai petunjuk untuk membuat terang peristiwa itu.
Ada beberapa hal yang masih menyulitkan polisi dalam menyelidiki kasus itu, yakni korban seusai tertembak sempat kembali ke rumahnya. Saat tiba di rumah, keluarga korban kemudian membawa korban ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
”Kami tidak sempat gali informasi dari korban karena korban sudah keburu meninggal. Korban, dari keterangan keluarga, saat pulang tanpa baju dan dalam kondisi berdarah-darah. Setelah ditanya keluarga, juga korban tidak cerita sampai dia meninggal,” tutur Efri.
Dikonfirmasi terkait kasus itu, Muharram belum dapat menyimpulkan keterkaitannya dengan tujuh kasus penembakan yang sedang ia tangani. Ia juga tak bisa memastikan apakah kasus di Pagedangan dengan korban tewas tersebut sama atau menjadi bagian dari rentetan kasus tujuh penembakan. Sebab, korban dari ketujuh kasus penembakan itu mengalami luka, tidak ada korban jiwa.