Dua Tes Ulang, 10 Karyawan RS Azra Bogor Negatif Covid-19
Pengujian yang menyakinkan adalah yang jika diulang dan hasilnya sama.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, pekan lalu, menyampaikan ada 10 pegawai Rumah Sakit Azra positif Covid-19. Namun, manajemen RS menguji hasil itu dengan dua tes reaksi rantai polimerase atau PCR ulang. Hasilnya, sepuluh karyawan itu negatif Covid-19.
Sebanyak 10 karyawan RS Azra dinyatakan positif dengan mengacu tes PCR yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Bogor. ”Saya tidak mengatakan dinas kesehatan salah atau bagaimana. Mungkin di situ ada masalah sensitivitas dan spesifisitas,” ucap Direktur Utama RS Azra dokter Rizasyah Daud, dalam konferensi pers daring hari Minggu (9/8/2020).
Jika sensitivitas tes rendah, potensi hasil tes negatif salah (false negatives) bisa tinggi. Artinya, akan banyak orang yang hasil tesnya negatif tetapi sebenarnya positif. Sebaliknya, jika spesifisitas rendah, hasil tes positif salah bisa banyak. Menurut Rizasyah, hampir tidak ada pengujian yang sensitivitas dan spesifisitasnya 100 persen.
Ia menyebutkan, pengujian yang baik adalah yang jika diulang, hasilnya sama (reproducible). ”Maka, kalau kita memeriksa di satu laboratorium, baik hasilnya negatif maupun positif, sebaiknya diulang lagi,” ujar Rizasyah.
Dokter Jeffry Rustandi, Wakil Direktur Medis RS Azra, menjelaskan, pihaknya menggunakan kuota 50 uji usap PCR yang dilaksanakan Dinkes Kota Bogor tanggal 27 Juli. Tanggal 29 Juli, hasil tes PCR menunjukkan, dari 50 karyawan RS Azra yang ikut serta, ada 10 yang positif Covid-19.
Jeffry mengatakan, pihak RS merasa perlu mendapatkan hasil pembanding terhadap hasil tes itu. Sebab, selama ini manajemen telah menjalankan operasional RS dengan prosedur keamanan yang berlaku dan mengacu pada protokol kesehatan yang telah ditentukan pemerintah.
Selain itu, kesepuluh pegawai yang dinyatakan positif merupakan tenaga nonmedis yang rata-rata bekerja di luar ruang. Teorinya, SARS-CoV-2 mudah menyebar di tempat dengan kerumunan orang yang tinggi, sirkulasi udara jelek, dan paparan sinar matahari rendah. Mereka bekerja di udara luar yang menurut Jeffry berarti sirkulasi udara bagus, cukup terpapar sinar matahari, dan senantiasa menghindari berkerumun saat berinteraksi dengan orang lain.
”Sebagai medis dan saintis, ada ketidaksesuaian hasil dan teori. Tentunya ini kami evaluasi lebih lanjut,” kata Jeffry. Evaluasi dilakukan dengan tes PCR ulang menggunakan jasa laboratorium KalGen Innolab Jakarta, tanggal 30 Juli atau sehari setelah hasil positif berdasarkan tes PCR Dinkes diterima. Tanggal 2 Agustus, laboratorium Kalgen Innolab memberitahukan bahwa kesepuluh pegawai RS Azra negatif Covid-19.
Karena satu tes memberikan hasil positif dan tes lain negatif, RS Azra berinisiatif melakukan tes ulang kedua, yakni di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tanggal 5 Agustus. Pada 7 Agustus, hasilnya keluar dan sesuai dengan tes ulang pertama, yaitu 10 karyawan RS negatif Covid-19.
Jeffry menuturkan, semua karyawan yang tadinya dinyatakan positif berdasarkan tes PCR Dinkes Bogor karena itu sudah mulai bekerja sejak mendapat kepastian bahwa mereka negatif. Ia pun meminta masyarakat tidak takut mengakses layanan di RS jika memang sangat membutuhkan. ”Karena saya mendapat cerita, saking takutnya, beberapa orang sampai meninggal karena mengabaikan kontrol. Jadi bukan Covid-19 yang membunuh, melainkan ketakutan yang membunuh,” ujarnya.
Sebelumnya, Dedie A Rachim yang merangkap sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor menyampaikan, terdapat penambahan kasus positif pada kluster fasilitas kesehatan dengan adanya 10 pegawai dari RS Azra yang tertular. ”Kami menduga salah satu potensi penularan di tempat makan para pegawai atau di kantin yang berada di lingkungan sekitar rumah sakit. Tim masih melacak terkait lokasi penularan dan orang-orang yang kontak erat,” kata Dedie (Kompas.id, 6/8/2020).