Dinamika Pergerakan Warga dan Rendahnya Kepedulian Tetap Menjadi Kendala Utama
Di DKI, pada Sabtu, 8 Agustus, total ada 25.242 kasus positif dengan rincian 15.710 orang sembuh dan 934 orang meninggal dunia. Dalam sehari kemarin, penambahan kasus positifnya tembus 721 kasus.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
Menjaga keamanan lingkungan dari penyebaran virus korona jenis baru menghadapi banyak tantangan. Mulai dari tingkat kesadaran warga yang sangat perlahan perubahannya hingga letak suatu wilayah yang strategis sebagai jalur pelintasan orang dari banyak tempat.
Hal itu yang dialami oleh Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Dalam situs corona.jakarta.go.id kelurahan ini masuk dalam zona kuning. Akan tetapi, menurut analisis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia yang diterbitkan pada 6 Agustus 2020, kota Jakarta Pusat dan Jakarta Barat sudah empat pekan berturut-turut tercatat sebagai zona merah.
”Dari 60 kasus positif hanya tinggal tiga orang yang masih menjalani isolasi mandiri. Sisanya sudah sembuh,” kata Parsiyo, Lurah Pegangsaan, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (8/8/2020).
Meskipun begitu, Parsiyo tidak berani mengatakan wilayah yang dipimpinnya akan bebas dari Covid-19. Pengalaman selama ini memang tidak pernah ada lonjakan kasus di kelurahan itu, tetapi beberapa pekan sekali ada satu hingga dua orang yang terbukti positif virus korona baru. Lebih dari setengahnya tidak menunjukkan gejala batuk, pilek, atapun demam.
Parsiyo dan jajaran staf Kelurahan Pegangsaan beserta para anggota satuan tugas Covid-19 di setiap rukun warga (RW) dan rukun tetangga masih rutin berpatroli setiap hari. Bermodal corong pengeras suara, mereka meminta warga rajin mencuci tangan dengan sabun, selalu memakai masker apabila harus keluar rumah, dan menjaga jarak fisik.
Menurut dia, kendala utama di daerah itu ialah letak Pegangsaan yang strategis, terutama RW 001 yang merupakan jalur menuju Stasiun Cikin, pasar listrik Kenari, dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Di RW 001 juga ada pasar rakyat yang menjadi tempat berbelanja warga tidak hanya dari Pegangsaan, tetapi juga kelurahan-kelurahan tetangga.
”Waktu awal PSBB (pembatasan sosial berskala besar) Mei lalu, RW 001 pernah kami portal sehingga tidak ada kendaraan yang bisa keluar dan masuk. Masyarakat kemudian datang mengomel ke kantor kelurahan karena mereka tidak bisa pergi ke stasiun atau pasar. Akhirnya jalur lintasan itu dibuka kembali,” tuturnya.
Pengamatan Parsiyo, sejauh ini orang-orang yang menggunakan RW 001 sebagai akses menuju stasiun sudah lebih tertib bermasker. Kelurahan pegangsaan beserta satuan polisi pamong praja juga pernah memberi sanksi sosial menyapu jalanan kepada individu yang tidak bermasker.
Namun, tidak otomatis berarti masyarakat sudah tertib sepenuhnya. Ia mengakui masih ada warganya yang berkumpul untuk nongkrong. Selama mereka tertib bermasker walaupun duduk berdekatan, masih dibiarkan. Jika ada satu atau dua orang yang tidak bermasker, walaupun sisa orang di kelompok itu bermasker, petugas RT atau RW akan menegur.
Terus bertambah
Jumlah kasus positif Covid-19 di Ibu Kota terus bertambah. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Weningtyas Purnomorini mengumumkan, total ada 25.242 kasus positif dengan rincian 15.710 orang sembuh dan 934 orang meninggal dunia. Khusus 8 Agustus, penambahan kasus positifnya ada 721 kasus.
Ada perusahaan yang nakal dan menyuruh seluruh karyawan masuk, padahal aturan pemerintah hanya membolehkan setengah dari jumlah keseluruhan. (Timboel Rahardjo)
Menurut dia, Pemerintah Provinsi Jakarta terus menggencarkan tes reaksi berantai polimerase (PCR). Jakarta melakukan tes PCR terhadap 1.521 orang setiap hari atau 10.645 orang per pekan. Jumlahnya empat kali lipat dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Walaupun demikian, masifnya tes tetap menuai kritik. Sekretaris Organisasi Pekerja Indonesia Timboel Rahardjo, misalnya, meminta komitmen pemerintah maupun perusahaan menegakkan kedisiplinan penerapan protokol Covid-19 di lembaga masing-masing. Ia mengatakan, dengan landasan laporan para pekerja bahwa di kantor mereka pihak manajemen maupun petugas keamanan tidak peduli dengan disiplin bermasker maupun menjaga jarak fisik. Apalagi ada perusahaan yang nakal dan menyuruh seluruh karyawan masuk, padahal aturan pemerintah hanya membolehkan setengah dari jumlah keseluruhan.