Menjaga Semangat Kemerdekaan Saat Pembatasan Sosial
Sebagian warga Jakarta merasakan keriaan yang meredup saat menjelang perayaan Hari Kemerdekan Republik Indonesia. Mereka berupaya menjaga semangat kemerdekaan lewat cara-cara yang beragam.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah gang permukiman tampak mencolok dengan dekorasi bendera Merah Putih yang beriringan di sepanjang jalan. Hiasan bendera itu berujung pada bangunan pos keamanan lingkungan milik warga di RT 003 RW 010 Kelurahan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, yang kini berwarna putih dan aksentuasi merah mentereng.
Dari hiasan bendera dan pos keamanan itu, terlihat warga yang juga bersiap menyambut hari kemerdekaan pada 17 Agustus mendatang. Sabtu (8/8/2020), sebagian warga Menteng Dalam mulai sibuk memasang umbul-umbul tambahan di seputar gang rumah.
Rohmani, Ketua RT 003 RW 010 Menteng Dalam, sejak sepekan silam telah menerima banyak sumbangan berupa cat dan umbul-umbul sari warga setempat. Pada Sabtu ini, sebagian warga serta pemuda karang taruna digerakkan untuk tetap mendekorasi wilayah sekitar rumah mereka.
”Dari sepekan silam, sudah banyak yang tanya, ’Pak RT, ada lomba atau kumpul-kumpul gitu enggak’? Tapi mereka pun sudah paham kalau situasinya sedang pandemi Covid-19 seperti ini, ya, enggak mungkin ada. Cuma, ada saja tetangga yang semangat menyumbang barang-barang dekorasi, akhirnya kami sambut juga,” ujar Rohmani.
Situasi di sekitar Menteng Dalam menggambarkan tetap adanya euforia perayaan kemerdekaan meski di tengah pandemi Covid-19. Situasi pandemi pula yang membuat keriaan kali ini menjadi berbeda, yakni keriaan di tengah pembatasan sosial.
Alhasil, situasi dekorasi jelang perayaan kemerdekaan menjadi lebih sepi di sejumlah tempat. Di RT 007 RW 005 Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, sebagian warga bersama petugas kebersihan setempat melukis dinding sekitar jalan di permukiman.
Heru (48), warga setempat, bercerita bahwa lukisan itu berasal dari inisiatif kelurahan. Namun, pengerjaannya dilakukan bersama warga sekitar. Ia sendiri memandang upaya semacam ini bagus untuk tetap mewarnai kegiatan warga selama pembatasan sosial.
”Ya, biarpun enggak ada kegiatan lomba atau ramai-ramai, setidaknya tetap ada orang yang senang kalau lewat sini karena temboknya berwarna-warni. Semoga tetap ada nuansa hari kemerdekaannya di bulan ini,” ujar Heru.
Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia Paulus Wirutomo mengungkapkan, Hari Kemerdekaan 17 Agustus adalah bagian dari ritual perayaan yang tidak terpisahkan dari warga Indonesia. Kebiasaan itu pun tidak akan lantas hilang sekalipun dalam situasi pandemi. Warga mungkin akan tetap merayakan dengan cara yang sedikit bergeser.
”Perayaan hari kemerdekaan di sekitar rumah mungkin adalah sebuah kebiasaan yang cukup mendarah daging. Layaknya orang yang mudik di masa Lebaran, akan selalu ada cara bagi sebagian warga untuk tetap melakukan selebrasi,” ucapnya.
Paulus meyakini, perayaan kemerdekaan di setiap rumah warga pasti akan berbeda-beda meski cenderung mengutamakan keguyuban. Namun, dia berpesan, asas keguyuban sebaiknya tidak membuat warga lantas melanggar protokol kesehatan Covid-19. Karena perayaan di tengah pembatasan sosial, sebaiknya lomba dan kegiatan berkumpul lainnya tidak dilakukan.
Terkait kondisi itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito berharap warga tidak banyak mengadakan kegiatan yang mengundang kerumunan. Kondisi tersebut riskan memunculkan kluster penularan saat perayaan hari kemerdekaan.
”Protokol kesehatan sebaiknya tetap dipatuhi. Tidak perlu ada kegiatan kerumunan saat 17 Agustus, lomba-lomba dan sejenisnya, demi mencegah penularan,” ujar Wiku.
Di masa seperti ini, Paulus menuturkan, momen kemerdekaan tidak harus selalu dilakukan dengan cara-cara euforia. Perayaan juga bisa dilakukan dengan cara-cara yang khidmat dan kontemplatif dari rumah. Semisal, mengibarkan bendera atau upacara kecil di sekitar rumah.
”Perayaan itu bisa diadakan secara kecil-kecilan, yang tidak menimbulkan kerumunan. Hal yang penting, semangat kemerdekaan terus ada di dalam hati,” ucap Paulus.