Ganjil Genap Belum Genapi Pendapatan Pengojek
Pembatasan pemakaian mobil pribadi dengan kebijakan ganjil genap belum berimbas banyak ke pengojek daring. Jumlah pesanan yang mereka terima di hari pertama ganjil genap ini relatif sama dengan hari sebelumnya.
JAKARTA, KOMPAS — Pengojek daring berharap kebijakan ganjil genap dapat mengerek pendapatan. Selama lima bulan terakhir, pendapatan mereka porak-poranda akibat pandemi Covid-19.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan kebijakan ganjil genap untuk mobil di 25 ruas jalan, Senin (3/8/2020). Kebijakan ini dibuat untuk menekan volume mobil pribadi selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.
Senin pagi, pengojek daring di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Ali Mustofa (45), mendapat order lebih banyak ketimbang sebelumnya. Beroperasi sejak pukul 06.00 hingga 12.00, Ali sudah mengantarkan tujuh penumpang. ”Biasanya, sampai siang begini maksimal baru empat order,” katanya ketika ditemui di Stasiun Manggarai.
Baca juga: Ganjil Genap Berlaku Senin, Karyawan Waswas
Ali berharap kebijakan ganjil genap bisa menambah jumlah penumpang ojek daring. Dengan asumsi terjadi perpindahan pengguna mobil pribadi ke angkutan umum, pengojek daring bisa mendapat peluang lebih besar.
Bagi ayah dua anak ini, peningkatan pendapatan menjadi penting karena cicilan motor mulai aktif lagi pada Agustus ini. Sebelumnya, ia mendapat keringanan untuk tak membayar cicilan kredit selama tiga bulan. Sewa kontrakan di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, pun sudah jatuh tempo.
”Kalau bisa, dengan ganjil genap ini, order tambah banyak. Jangan kayak kemarin-kemarin yang cuma cukup buat makan saja,” ujarnya.
Selama pandemi Covid-19, Ali maksimal mendapat 10 pesanan per hari. Dari situ, ia mendapat penghasilan bersih sekitar Rp 80.000. Sebelum Covid-19, pendapatannya berkisar Rp 200.000 hingga Rp 300.000.
Di Stasiun Manggarai, tidak semua pengojek daring mendapat banyak order di jam sibuk. Beberapa di antara mereka mengatakan, penerapan kebijakan ganjil genap di hari pertama ini belum berdampak terhadap jumlah penumpang.
Bahkan, pengojek daring Bayu Adriansyah (32) belum mendapat order dari pagi hingga siang hari. Padahal, sejak pukul 06.00, ia sudah nongkrong di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Berhubung tak mendapat order, ia bergeser ke Stasiun Manggarai. ”Eh, pas di sini sama saja. Belum ada, nih,” katanya sambil memperlihatkan laman aplikasi ojek daring.
Baca juga: Ganjil Genap Diterapkan Lagi Mulai Senin Besok
Sejak ojek daring diperbolehkan lagi membawa penumpang, Bayu rata-rata hanya membawa pulang uang sebesar Rp 50.000. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, ia bisa mendapat Rp 150.000.
”Untung istri saya pengertian. Dia malah yang bilang supaya saya bersabar saja. Untuk biaya di rumah, istri saya juga dagang minuman di Pasar Jatinegara. Jadi, dia juga ikut bantu biaya keluarga kami,” ujar Bayu yang tinggal di Klender, Jakarta Timur, ini.
Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, Bayu harus membayar cicilan sepeda motor. Berbeda dengan Ali, tempat Bayu membeli motor tidak menerapkan relaksasi kredit selama pandemi Covid-19. Ia bahkan sempat menunggak selama tiga bulan.
”Kemarin, sudah saya bayar sebulan, tinggal dua bulan lagi,” katanya. Oleh sebab itu, dia berharap kebijakan ganjil genap bisa berdampak terhadap jumlah orderan. ”Kalaupun tidak sebanyak hari biasa, paling tidak kasih napas sedikitlah. Kalau sekarang ini benar-benar ampun, deh,” ucapnya.
Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, Bayu harus membayar cicilan sepeda motor. Berbeda dengan Ali, tempat Bayu membeli motor tidak menerapkan relaksasi kredit selama pandemi Covid-19. Ia bahkan sempat menunggak selama tiga bulan.
Belum berdampak
Menurut Suhari (50), pengemudi ojek daring asal Ciledug, Tangerang Selatan, meski aturan ganjil genap kembali diberlakukan, penumpang yang dia dapatkan hari ini masih relatif sama dengan hari-hari sebelumnya. Dari pukul 07.00-09.00, ia hanya mendapatkan dua penumpang.
”Berangkat dari Ciledug pukul 06.00, tetapi enggak ada penumpang yang nyangkut. Baru dapat dua penumpang pas di sini,” katanya saat ditemui di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, sekitar pukul 09.00.
Dua penumpang yang diantar Suhari juga memiliki tujuan jarak dekat. Penumpang pertama ke area perkantoran di Jalan MH Thamrin, sedangkan penumpang kedua dengan tujuan Jalan Slipi. ”Tarifnya juga dapat tarif minimal, Rp 13.000 satu penumpangnya,” kata pria yang sudah empat tahun menjadi pengemudi ojek daring ini.
Suhari menilai jumlah penumpang yang tiba di Stasiun Tanah Abang pada Senin pagi tadi juga tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. ”Masih sama, sih, kayaknya,” katanya.
Kondisi ini membuat lebih banyak pengemudi ojek yang menunggu order ketimbang penumpangnya. Hanya saja, Suhari mengamati jumlah pengemudi ojek daring yang menunggu pesanan di Stasiun Tanah Abang cenderung lebih sedikit dari biasanya. Biasanya, sepeda motor pengojek terlihat menumpuk di area parkir.
”Kemungkinan pada dapat di jalan, ya. Biasanya jam segini (09.00) pada menumpuk. Sekarang lumayan longgar,” katanya.
Baca juga: Tips Menggunakan Ojek Saat PSBB Transisi
Selama pandemi, Suhari belum bisa beroperasi di kawasan Tangerang Selatan. Ia harus mencari penumpang di Jakarta sesuai tujuan penumpang pertamanya. Namun, jika selama di perjalanan tidak mendapatkan penumpang, ia langsung mengarahkan rutenya ke Stasiun Tanah Abang.
”Kalau pas berangkat dapat penumpang tujuan Cengkareng, ya, nongkrongnya di sana. Kalau tujuannya Bekasi, ya, otomatis ke sana nongkrongnya,” katanya.
Setiap hari selama pandemi, Suhari mengatakan hanya bisa mendapatkan delapan pesanan. Tiga hingga empat di antaranya adalah penumpang, sedangkan sisanya adalah pesanan barang dan makanan.
Dari delapan orderan setiap harinya, ia bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp 200.000. ”Paling banyak, ya, Rp 200.000. Itupun belum dipotong komisi 20 persen. Kalau hari normal, pagi saja bisa dapat Rp 50.000,” ujarnya. Jika dibandingkan dengan hari normal sebelum pandemi, penghasilan kotornya mencapai Rp 300.000 per hari.
Kini, Suhari menaruh harapan besar dengan diberlakukannya kembali aturan ganjil-genap. Minimal, ia bisa mendapatkan penghasilan sama seperti sebelum pandemi.
”Kalau pengemudi yang dari Tangerang Selatan banyak yang cari sampingan. Kalau saya enggak ada keahlian lain,” katanya.
Berdasarkan pantauan pada Senin pukul 09.00, para pengemudi ojek daring terlihat berkerumun di pangkalan Stasiun Tanah Abang sambil menunggu penumpang. Sementara, di depan pintu keluar, pengojek pangkalan juga terlihat berebut penumpang.
”(Jumlah penumpang ojek) sama saja, selama karyawan kantor masih dibatasi, ya, begini-begini saja,” kata Rahmat (48), salah satu pengemudi ojek pangkalan.
Sejak pukul 06.00-09.00, Rahmat baru mendapatkan satu penumpang. Jumlah tersebut masih sama dengan hari-hari sebelumnya selama pandemi Covid-19.
Yudi (21), pengemudi ojek daring di Stasiun Tanah Abang, juga mengatakan baru dua kali mendapatkan pesanan dari Stasiun Tanah Abang. Selain itu, ia mendapatkan tiga kali pesanan tambahan di jalan.
”Dari jam 06.30-09.30 ini sudah dapat lima. Namun, kalau yang dari stasiun, masih sama (jumlah pemesannya), sih,” kata pria asal Pandeglang, Banten, ini.
Dibandingkan pada Senin (27/7/2020) di jam yang sama, Yudi hanya mendapatkan dua penumpang. Bahkan, hingga pukul 13.00, ia hanya mendapatkan tambahan satu penumpang. Semuanya didapatkan dari Stasiun Tanah Abang. ”Yang dari luar stasiun dapatnya sore doang. Agak lumayan karena nongkrongnya di Jalan MH Thamrin,” ungkapnya.
Selama pandemi, jumlah penumpang terbanyak yang diangkut Yudi adalah 17 penumpang sehari, yakni pada Kamis (30/7/2020) atau H-1 Idul Adha. Sebelumnya, ia hanya bisa mendapatkan 7-8 penumpang per hari.