Pandemi di DKI Terus Meluas, Ada Kasus di Semua Kelurahan
Jelang akhir PSBB transisi, angka kasus di DKI bertambah. Kelima wilayah kota kini masuk area risiko tinggi. Pemprov DKI Jakarta diminta waspada dan masyarakat diingatkan untuk disiplin pada protokol kesehatan.
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencermati lima wilayah DKI Jakarta kini berada pada zona merah atau resiko tinggi. Hal itu berdasarkan temuan tim surveilans yang aktif menemukan kasus sehingga angka kasus terus bertambah. Warga harus terus diingatkan untuk disiplin pada protokol kesehatan.
Dalam dialog daring yang digelar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Rabu (29/7/2020), dengan dipandu Lula Kamal, tim pakar satuan tugas penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, menerangkan, selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi 4 Juni-26 Juli 2020 terjadi peningkatan kasus positif di Jakarta.
Dewi menjelaskan, hal itu muncul karena ada upaya aktif menemukan kasus atau active case finding, penelusuran kasus, dan surveilans yang dikerjakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Baca juga : Kluster Kantor Bertambah, Aturan Sanksi kepada Pelanggar Protokol Masih Lemah
Pada masa PSBB transisi, 4 Juni-26 Juli 2020, diketahui 3.567 kasus atau 28 persen merupakan hasil dari upaya aktif menemukan kasus. Ini bisa dari pasar, bisa dari tempat ibadah.
”Ini benar-benar dicari pasien-pasien yang tidak ada gejala, tetapi ternyata positif. Ini bukan orang yang merasa sakit kemudian diperiksa. Jadi, ini benar-benar didatangi lalu dites apakah positif atau tidak,” kata Dewi.
Upaya kedua adalah contact tracing atau penelusuran kontak. Jadi, kalau sudah ditemukan pasien positif, ditelusuri lagi siapa kontak eratnya. Langkah ini ternyata menyumbangkan temuan 3.694 kasus atau 29 persen.
Sementara itu, dari surveilans pasif yang dilakukan di fasilitas kesehatan atau orang datang sendiri ke fasilitas kesehatan kemudian diperiksa ada 5.477 kasus atau 43 persen.
Dari temuan itu, lanjut Dewi, bisa dirinci kontribusi kasus itu berasal dari kluster apa saja. Pasien rumah sakit menempati peringkat pertama kluster rumah sakit sekitar 42 persen dengan 5.475 kasus.
Lalu, hasil penelusuran kontak di kluster komunitas, kluster ini berkontribusi 39,19 persen dari total penambahan kasus positif. Lainnya, dari kluster pasar 4,35 persen atau 555 kasus. Kluster anak buah kapal dan pegawai migran Indonesia yang kembali menyumbang 749 kasus positif atau 5,88 persen.
Selanjutnya dari kluster perkantoran berkontribusi pada penambahan 459 kasus positif atau sekitar 3,6 persen di masa PSBB transisi untuk keseluruhan kasus positif yang ada di DKI Jakarta. Sisanya, kasus positif ditemukan di kluster rumah sakit, kluster puskesmas, juga ada di panti dan di rutan. ”Meski kecil, tetapi juga menyumbangkan kasus positif,” kata Dewi.
Kluster perkantoran berkontribusi 459 kasus positif atau sekitar 3,6 persen di masa PSBB transisi untuk keseluruhan kasus positif yang ada di DKI Jakarta. (Dewi Nur Aisyah)
Kontribusi kasus dan upaya menemukan kasus itu, lanjut Dewi, berkorelasi dengan jumlah pemeriksaan kasus dan angka positif Covid-19 dari total yang diperiksa (positivity rate). Setelah dalam lima pekan positivity rate Jakarta di bawah 5 persen sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), di dua pekan terakhir angkanya mulai naik di atas 5 persen.
”Ini sudah mulai alarming, peringatan, harus ada yang ditingkatkan oleh masyarakat di Jakarta, yaitu agar tetap patuh menerapkan disiplin protokol kesehatan,” kata Dewi.
Transmisi lokal
Berdasarkan analisis data kluster DKI Jakarta menunjukkan adanya transmisi lokal dari permukiman. Dari angka kontribusi kasus dari komunitas sebesar 39 persen, setelah dilakukan penelusuran kontak, mengarahnya ke transmisi lokal di permukiman. Ada 283 kluster komunitas dengan 1.178 kasus. Pasien kluster ini bertemu dalam satu tempat yang lebih kurang sama.
Lalu kasus di perkantoran sudah ada 90 kluster dengan total 459 kasus. Angka kasus di perkantoran ini bertambah hampir 10 kali lipat sejak sebelum masa PSBB. Sebelum masa PSBB hanya 43 orang, tetapi setelah masa PSBB transisi meningkat menjadi 459 orang atau lebih kurang bertambah 416 kasus, sekitar 9 kali lebih tinggi. Kluster perkantoran juga beragam, ada dari kementerian, badan/lembaga, kantor di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, kepolisian, BUMN, sampai swasta.
Baca juga : Pemudik Idul Adha dari Terminal Bekasi Naik 10 Persen
Untuk kasus positif di perkantoran, lanjut Dewi, bisa jadi memang di perkantoran ada yang positif. Mungkin juga positifnya bukan di kantor, tetapi ada juga yang positif entah di rumahnya, ketika di perjalanan, atau saat naik kendaraan umum.
”Itu kenapa kita harus waspada, terutama yang menggunakan transportasi umum bersama, seperti KRL atau MRT. Itu harus lebih waspada karena mau tidak mau kita berkumpul dengan banyak orang di satu waktu kerumunan,” kata Dewi.
Terapkan WFH
Dewi menyarankan, dengan kasus yang bertambah, untuk perusahaan yang masih bisa melakukan kerja dari rumah (work form home/WFH), lebih baik WFH. Kalaupun harus masuk, kapasitasnya diatur 50 persen, jangan lebih. Tujuannya supaya jaga jarak bisa diterapkan dengan baik.
Kalaupun terpaksa sekali ada yang harus masuk kantor, jelas Dewi, mesti dibuat sif kerja dengan dua jam perbedaan masuk. Misal ada yang masuk pukul 07.00, ada yang masuk pukul 09.00 agar tidak terjadi penumpukan pada saat kedatangan, kepulangan, dan jam makan siang.
Sementara itu, juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, menyampaikan situasi di wilayah DKI Jakarta itu perlu mendapatkan perhatian masyarakat secara luas. Ia juga meminta pemerintah daerah untuk memperhatikan kondisi wilayah secara serius.
”Terlihat bahwa pada minggu lalu, 19 Juli, ada 33 persen atau dua wilayah, yaitu Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, dengan risiko tinggi yaitu merah. Lalu pada Minggu, 26 Juli, ada lima kota di Jakarta yang risiko tinggi. Ini harus kita cermati bersama. Bahkan, pada Minggu, 21 Juni, ada satu daerah dengan zona tidak terdampak, yaitu Kepulauan Seribu, sekarang sudah menjadi risiko sedang,” kata Wiku pada saat melakukan konferensi pers di Media Center Satgas Nasional, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (28/7/2020).
Untuk kasus, Wiku mengatakan, dalam minggu terakhir terdapat peningkatan kasus cukup drastis dari pekan sebelumnya. Seminggu sebelumnya 1.880 kasus, bertambah menjadi 2.679 kasus.
”Ini adalah peningkatan yang cukup pesat. Di sebelah kiri bawah, kita bisa melihat gambaran distribusi kelompok umur dari Covid-19. Terlihat pada usia 18 sampai dengan 59 tahun jumlahnya yang positif adalah 80 persen,” tambahnya.
Dilihat dari distribusi kasus positif Covid-19 sesuai kelompok umur, 80 persen pasien berada pada rentang usia 18 sampai dengan 59 tahun. Sementara kalau dilihat dari korban meninggal, 80 persen adalah pasien di atas 45 tahun.
Kasus positif Covid-19 usia 18 sampai dengan 59 tahun mencapai 80 persen. Korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 80 persen berusia 45 tahun ke atas.
”Artinya, penularan bisa terjadi di kelompok usia relatif produktif dan korban meninggal justru pada usia lanjut,” ucapnya.
Selanjutnya, dari sisi jenis kelamin, ia menyampaikan, kasus positifnya relatif hampir sama pada kelompok laki-laki 52,3 persen, sedangkan kelompok perempuan 47,87 persen. Namun, kalau dilihat dari jumlah yang meninggal, jenis kelaminnya adalah laki-laki 61,26 persen, sedangkan pada perempuan 38,74 persen.
”Ini menunjukkan bahwa semua pihak harus menjaga kelompok rentan, terutama pada usia lanjut, dan pada kelompok jenis kelamin laki-laki,” katanya.
Kantor Sudin LH Jakarta Timur ditutup
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih membenarkan adanya informasi yang menyatakan 10 karyawan Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur positif Covid-19. Kasus positif itu menimpa empat PNS dan enam penyedia jasa lainnya orang per orang (PJLP).
Kasus positif itu terungkap setelah pada Jumat (24/07/2020) Sudin LH Jakarta Timur menggelar tes cepat dan tes usap bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Makasar sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.
”Sebanyak 43 karyawan mengikuti tes cepat dan 50 karyawan mengikuti tes usap. Hasilnya keluar pada Selasa (28/7/2020), 10 karyawan dinyatakan positif, tetapi tanpa gejala,” katanya.
Info yang terungkap sebelumnya menyatakan, 10 anggota staf Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur itu tertular Covid-19 setelah menghadiri pesta. Namun, Herwansyah, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur, membantah informasi tersebut. Ia menyatakan tidak tahu-menahu bagaimana ke-10 anggota stafnya bisa positif Covid-19.
”Itu bukan karena acara, ini, kan, virus, karyawan dari mana saya enggak tahu. Iya, dari jauh kita enggak tahu namanya virus,” katanya saat dihubungi.
Andono melanjutkan, dari info yang didapat dari Puskesmas Makasar, Dinas Lingkungan Hidup langsung menerapkan langkah pengendalian sesuai protokol dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.
Yang dikerjakan, kata Andono, memerintahkan karyawan yang terindikasi positif untuk melakukan isolasi mandiri. ”Mereka dibebastugaskan dan diinstruksikan menjalani protokol isolasi mandiri sampai dinyatakan negatif,” katanya.
Baca juga : Gelombang Arus Mudik Mulai Terjadi di Tangerang
Kemudian, Kantor Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur ditutup mulai Rabu (29/7/2020) dan akan dibuka kembali pada Senin (3/8/2020). ”Kami melakukan proses disinfeksi setiap hari selama penutupan kantor,” katanya.
Herwansyah menjelaskan, disinfektan kantor akan dilakukan lima hari. Meski ada staf yang diisolasi mandiri, ia meyakinkan pelayanan oleh Sudin LH Jakarta Timur tetap berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan dan keselamatan petugas.