Bus-bus antarkota antarprovinsi mulai terisi penuh penumpang menjelang libur Idul Adha. Penumpang mulai menganggap persyaratan yang diterapkan lebih bisa terpenuhi.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penumpang di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, mulai ramai menjelang hari raya Idul Adha. Bahkan, ada penumpang yang sampai tidak kebagian tiket. Manajemen terminal memastikan protokol kesehatan tetap berlaku.
Ardian (26),” penumpang bus, sebetulnya ingin pulang ke Jombang, Jawa Timur, tetapi bus milik Perusahaan Otobus Rosalia Indah, salah satu operator bus trayek Jakarta-Jombang, sudah penuh. Akhirnya, ia transit dulu ke Madiun, Jawa Timur. ”Nanti dari Madiun baru naik bus lagi ke Jombang,” ujarnya, Rabu (29/7/2020).
Ardian baru seminggu di Jakarta. Ia ke Ibu Kota ingin mengurus syarat keberangkatan berlayar di perusahaan. Dia merupakan salah satu kru kapal tongkang yang berlayar di kawasan Asia.
”Jadwal berlayar belum ditentukan karena di beberapa pelabuhan masih mengharuskan semua kru kapal menjalani karantina. Daripada menunggu di Jakarta, lebih baik saya pulang dulu,” kata lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta, ini.
Untuk ke Madiun, Ardian membeli tiket bus seharga Rp 285.000. Ketika berangkat ke Jakarta seminggu lalu, ia memakai bus dari PO Rosalia Indah dengan biaya Rp 320.000. ”Jadi sebetulnya sama saja, ya, ongkosnya,” tambahnya.
Sebelum membeli tiket, dia mengambil tes Corona Likelihood Metric (CLM) di situs corona.jakarta. CLM merupakan tes daring untuk melihat seberapa besar potensi seseorang terinfeksi virus korona tipe baru. Hasil tes ini merupakan syarat keberangkatan bagi penumpang.
Penumpang lainnya, Mustofa Ghazali (21), berencana mudik ke Lamongan, Jawa Timur, untuk menjenguk ibunya yang sakit. Mudik kali ini sekaligus untuk mengganti mudik Lebaran kemarin yang terhalang oleh merebaknya virus korona.
Selain itu, usaha dagang pecel lele miliknya pun sedang sepi. Ayam yang biasanya habis 15 ekor kini hanya laku 8 ekor per hari. ”Mending libur dulu, daripada capek-capekin badan,” kata pedagang pecel lele di Bekasi, Jawa Barat, ini.
Penuh penumpang
Agen tiket PO ANS, Erik, mengatakan, empat bus ANS yang bertolak ke Sumatera Barat berangkat dengan penumpang sesuai jumlah kursi. Empat bus ini berangkat dari empat terminal berbeda, yakni Terminal Pulo Gebang, Bogor, Bandung, dan Parung Panjang (Kabupaten Bogor).
Khusus bus yang berangkat dari Terminal Pulo Gebang, lanjutnya, pembatasan jumlah penumpang 50 persen dari jumlah tempat duduk masih berlaku. Adapun bus yang berangkat dari tiga terminal lain terisi sesuai jumlah tempat duduk.
”Selama empat hari terakhir, empat bus ANS ini selalu penuh. Bahkan, ada penumpang yang sampai tidak kebagian tiket,” katanya. Dia melanjutkan, ongkos pun sudah kembali normal. Jakarta-Padang, misalnya, bertarif Rp 450.000.
Ketika surat izin keluar masuk (SIKM) masih berlaku, di Terminal Pulo Gebang hanya satu dua bus berangkat per hari. Kini, berdasarkan data Terminal Pulo Gebang, jumlah keberangkatan bus mulai bertambah pada 14 Juli lalu, yakni 8 bus dengan total 29 penumpang. Data itu terus tumbuh setiap hari.
Hingga Selasa (28/7/2020), ada 105 bus yang mengangkut 728 penumpang berangkat ke beberapa tujuan ke Jawa dan Sumatera.
Lonjakan penumpang pun tergambar dari bus yang parkir di terminal. Sebelumnya, tidak ada bus mengetem di halaman terminal keberangkatan ataupun di tempat parkir. Pada Rabu siang ini, tak kurang dari sepuluh bus terparkir di halaman terminal.
Selama empat hari terakhir, empat bus ANS ini selalu penuh. Bahkan, ada penumpang yang sampai tidak kebagian tiket.
Kepala Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulo Gebang Bernad Octavianus Pasaribu menjelaskan, terminal tidak lagi menggunakan syarat SIKM sejak 14 Juli lalu. SIKM berganti dengan lampiran tes CLM. Dengan demikian, syarat keberangkatan pun menjadi lebih longgar.
Menurut dia, ini menjadi salah satu penyebab lonjakan penumpang. Penyebab lainnya adalah momentum Idul Adha. Warga yang tak bisa pulang ketika Lebaran lalu memilih pulang saat Idul Adha.
Bernad memastikan protokol kesehatan tetap berlaku. Jumlah penumpang masih dibatasi 50 persen dari kapasitas bus.