Keharusan bekerja dari kantor tak ayal membuat sejumlah karyawan cemas lantaran perkantoran menjadi salah satu kluster penularan Covid-19. Protokol kesehatan pun diterapkan secara ketat.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah karyawan yang berkantor di Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan, waswas dengan munculnya kluster penularan Covid-19 di area perkantoran. Berbagai protokol kesehatan yang diterapkan tetap saja membuat mereka merasa belum aman.
Dimas (29), karyawan perusahaan sekuritas yang berkantor di Equity Tower SCBD, sangat khawatir mendengar kabar seorang karyawan bank swasta positif Covid-19. Karyawan itu kebetulan berada di tower yang sama dengan dirinya.
”Yang paling saya khawatirkan adalah saya punya anak kecil di rumah. Usianya baru 1,5 tahun. Sementara istri saya juga karyawan kantor di kawasan Jenderal Sudirman,” katanya saat ditemui di depan kantornya, Selasa (28/7/2020).
Merespons kluster penularan Covid-19 di perkantoran ini, perusahaan tempat Dimas bekerja menerapkan protokol ketat. Dapur kering (pantry) kantor tidak lagi dibuka. Semua karyawan wajib membawa alat makan dan minum sendiri. Rapat digelar secara daring.
Karyawan pun, lanjutnya, diharuskan menggunakan masker meski berada di dalam ruangan. Jarak fisik dilakukan. Ruangan kantor disemprot cairan disinfektan ketika jam bekerja usai.
Selain itu, lanjut Dimas, sejumlah karyawan bekerja dari rumah agar kantor tidak terlalu padat. Karyawan pun diperiksa suhu tubuhnya dan disemprot dengan cairan disinfektan ketika masuk kantor.
Ketika tiba di rumah, Dimas dan istri langsung ke kamar mandi. Mereka mandi dan mengganti pakaian. Selama di rumah, warga Tangerang Selatan, Banten, ini, tidak keluar rumah.
Sejak pandemi Covid-19 merebak, dia dan istri tidak lagi menggunakan kereta rel listrik sebagai transportasi komuter. Mereka berangkat dari rumah menggunakan kendaraan pribadi.
”Saya keluar rumah itu hanya untuk bekerja saja. Kalau di rumah, risiko penularan seharusnya kecil, ya. Pengasuh anak pun tinggal serumah dengan kami. Akan tetapi, kalau sudah di area perkantoran seperti ini, tetap saja waswas. Kita, kan, enggak tahu tangan kita memegang apa saja meski sudah pakai cairan antiseptik dan menjaga jarak,” jelasnya.
Kekhawatiran yang sama dirasakan oleh Miran (32), karyawan perusahaan sekuritas yang berkantor di Pacific Century Place, bangunan yang berada di sebelah Equity Tower. Menurut Miran, kondisi di Pacific Century Place menjadi lengang ketika informasi kluster Covid-19 perkantoran muncul ke publik.
Di kantor Miran, hanya karyawan yang berhubungan langsung dengan nasabah dan bagian tim teknis saja yang masih bekerja di kantor. Karyawan lain bekerja dari rumah. ”Kalau yang berhubungan langsung dengan nasabah, seperti call center dan tim teknis seperti saya ini harus masuk terus. Makanya khawatir juga pas tahu ada karyawan positif di tower sebelah (Equity Tower),” ucapnya.
Kalau sudah di area perkantoran seperti ini, tetap saja waswas. Kita, kan, enggak tahu tangan kita memegang apa saja meski sudah pakai cairan antiseptik dan menjaga jarak.
Oleh sebab itu, ia memperhatikan betul jarak fisik dan sosial. Ketika merokok di dekat trotoar di depan Pacific Century Place, ia menghindari kerumunan. Ia lebih memilih merokok sendiri-sendiri. ”Kalau salam juga dihindari dulu,” kata warga Jakarta Barat ini.
Berdasarkan pantauan, sejumlah karyawan berdiri dekat tong sampah yang berada di trotoar. Mereka melingkari tong sampah sambil merokok.
Miran mengaku, istrinya juga khawatir karena ia masih bekerja di kantor. Terlebih, mereka memiliki dua anak yang masih kecil. Untuk menenangkan sang istri, Miran menyatakan bahwa situasi ini lebih baik ketimbang orang lain yang harus kehilangan pekerjaan akibat Covid-19.
”Saya selalu bilang ke istri, paling tidak kita tak sampai kehilangan sumber penghasilan. Orang lain ada yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja). Di kantor saya protokolnya jelas, kok. Kalau seandainya ada keluhan sakit, karyawan wajib menjalani isolasi mandiri selama 14 hari,” ujarnya.
Di tempat terpisah, karyawan di salah satu bank BUMN yang berkantor di Jalan Jenderal Sudirman, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Dodi (38), mengaku, kantornya rajin mengadakan tes cepat untuk mendeteksi penularan Covid-19. Dia sendiri sudah dua kali melakukan tes cepat. ”Alhamdulillah, hasilnya negatif,” ujarnya ketika ditemui di kantin yang berada di Jalan Karet.
Dodi melanjutkan, kantornya memiliki tim medis yang memantau kondisi kesehatan karyawan. Jika ada karyawan sakit, manajemen menganjurkan agar karyawan tersebut beristirahat.
Kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Jakarta melaporkan, terdapat 440 kasus positif dari kluster perkantoran di Jakarta. Kasus ini tersebar di 68 perkantoran. Sebelum 4 Juni 2020, hanya ada 43 kasus positif dari kluster perkantoran.
Mayoritas kluster perkantoran berasal dari kantor kementerian. Ada juga laporan kasus positif dari kluster badan usaha milik negara, sejumlah perusahaan swasta, termasuk media.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Zubairi menjelaskan, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh pekerja kantor. Jika naik transportasi umum, masker yang digunakan karyawan harus diganti ketika tiba di kantor.
Selain itu, ruangan kantor harus dibersihkan setelah jam kerja usai. Jika dimungkinkan, lanjutnya, ruangan yang memiliki jendela dibuka dulu sebelum karyawan masuk. Sistem pendingin diganti dari AC ke kipas angin selama karyawan bekerja. Ini untuk menjaga sirkulasi udara di ruangan tersebut.
Ditutupnya kantin, lanjut Zubairi, bertujuan agar tidak terjadi pelanggaran protokol jarak fisik ketika karyawan mengonsumsi makanan. Oleh sebab itu, karyawan yang membawa bekal makanan dari rumah sedapat mungkin makan tidak secara berkelompok. ”Kalau bisa lokasi makannya jangan di kantor, tetapi di ruangan terbuka,” ujarnya.