Permukiman Padat Penduduk di Jakarta Masih Rawan Penularan Covid-19
Sebagian permukiman padat penduduk di Ibu Kota menjadi pusat penularan Covid-19. Hal ini, antara lain, terjadi di Pademangan Barat, Pademangan, Jakarta Utara, yang sempat menyentuh 214 kasus dalam waktu singkat.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
Data dari corona.jakarta.go.id, Senin, 20 Juli, pukul 11.00, kasus Covid-19 di Jakarta Utara dengan sebaran cukup tinggi, sebagian ada di Kelurahan Pademangan Barat (Kecamatan Pademangan), Kelurahan Penjaringan (Kecamatan Penjaringan), dan Kelurahan Sunter Agung (Kecamatan Tanjung Priok). Di Pademangan Barat, total keseluruhan 214 kasus dengan rician 4 orang dirawat, 33 orang isolasi mandiri, 14 orang meninggal, dan 163 kasus sembuh.
Sementara di Penjaringan, total yang terkonfirmasi 195 kasus, dengan rincian 5 orang dirawat, 49 isolasi mandiri, 6 orang meninggal, dan 135 orang sembuh. Adapun di Sunter Agung, total kasus terkonfirmasi 187 kasus dengan rincian 7 orang dirawat, 7 orang isolasi mandiri, 11 orang meninggal, dan 162 orang sembuh.
Camat Pademangan Mumu Mujtahid mengatakan, melonjaknya kasus Covid-19 di Pademangan Barat dengan tingkat penularan yang berlangsung mudah dan cepat karena berada di kawasan padat penduduk. Kasus pertama penularan di wilayah itu teridentifikasi dari wilayah RW 011 pada April 2020. Kasus pertama berasal dari jemaah tablig akbar yang saat itu baru pulang dari negara terjangkit, India.
”Covid-19 menularnya mudah dan cepat, jadi di permukiman padat itu potensi penularannya juga cepat. Selain permukiman padat, kasus di wilayah kami tinggi karena kami terus mencari melalui tes,” kata Mumu, Senin (20/7/2020), di Jakarta.
Mumu menambahkan, wilayah rukun warga (RW) zona merah di Kelurahan Pademangan Barat dengan jumlah kasus positif aktif lebih dari lima kasus masih ada di RW 010 dan RW 012. Adapun di wilayah RW lain di Pademangan Barat, jumlah kasus aktif yang masih ada tidak lebih dari empat kasus.
Meski wilayah RW 010 dan RW 012 sempat jadi pusat penularan Covid-19, kesadaran warga mematuhi protokol kesehatan masih tergolong rendah. Dari pantauan pada Senin sore, di wilayah RT 006 RW 010, Kelurahan Pademangan Barat, kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan masih tergolong minim. Warga sekitar duduk bergerombol di salah satu gang itu sembari mengobrol tanpa mengenakan masker dan juga tak berjarak.
Di tempat warga itu mengobrol, terdapat saluran air. Air yang mengalir di tempat itu merupakan air limbah rumah tangga yang berwarna hitam pekat dan dipenuhi berbagai jenis sampah.
Liyan (40), salah seorang warga sekitar, saat ditemui di wilayah RT 006 RW 010, Kelurahan Pademangan Barat, mengatakan, mereka memilih duduk mengobrol bersama para tetangga karena terbatasnya ruang gerak di dalam rumah. Mereka juga tak betah terus berada di rumah karena rumahnya tergolong sempit dan dihuni lima orang.
”Kami mau ke mana lagi, tempat kami mengobrol, ya, di sini. RW kami juga, kan, sudah selesai lock down, jadi sebenarnya sudah normal,” katanya.
Perempuan tiga anak itu juga mengaku ancaman Covid-19 di wilayahnya sudah tidak lagi mengkhawatirkan seperti pada April sampai awal Juli 2020. Hal itu terlihat dari banyaknya tetangga mereka yaang positif Covid-19 sudah sembuh dan kembali beraktivitas serta berkumpul bersama warga.
”Kami tetap patuhi protokol kesehatan, tapi kalau lagi di depan rumah, ya, biasanya seperti ini (tanpa masker). Nanti, saat masuk ke rumah sebelum sentuh anak-anak, saya cuci tangan dulu,” katanya.
Kami tetap patuhi protokol kesehatan, tapi kalau lagi di depan rumah, ya, biasanya seperti ini (tanpa masker). Nanti saat masuk ke rumah sebelum sentuh anak-anak, saya cuci tangan dulu.
Waspadai permukiman padat
Mumu menambahkan, kawasan padat penduduk menjadi salah satu fokus perhatian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain Pademangan Barat, kelurahan dengan permukiman padat penduduk yang juga tak luput dari perhatian sosialisasi, yakni Kelurahan Pademangan Timur. Di kelurahan itu, kawasan padat penduduk yang berpotensi jadi pusat penularan berada di wilayah RW 012 dan RW 001.
”Pademangan Timur itu potensi meningkatnya banyak, tetapi kalau kasusnya belum banyak. Makanya di RW yang permukimannya padat itu jadi RW yang selalu dipantau,” kata Mumu.
Pada masa PSBB transisi tahap kedua, kata Mumu, strategi pemerintah untuk menekan penularan Covid-19 itu dengan terus melakukan edukasi kepada warga untuk mematuhi protokol kesehatan. Edukasi dimulai dari level keluarga. Sosialisasi di tingkat keluarga melibatkan petugas dari PKK, dasa wisma, serta pengurus RW dan RT.
”Kader jumantik kami berdayakan juga. Jadi, setiap minggu, meski tidak datang ke rumah karena masih pandemi, mereka tetap melakukan pengawasan melalui panggilan telepon atau melalui Whatsapp untuk mengingatkan warga,” ujar Mumu.