Ruko Terbakar di Penjaringan, Dua Orang Tewas
Dua penghuni salah satu unit ruko di Penjaringan, Jakarta Utara, ditemukan tewas saat ruko itu terbakar. Musibah kebakaran itu diduga akibat hubungan pendek arus listrik.
JAKARTA, KOMPAS — Salah satu rumah toko di kawasan pertokoan Blok B Nomor 5, Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, ludes terbakar pada Selasa (21/7/2020) pagi. Dua penghuni, yakni sandi (63) sebagai pemilik ruko dan Darsih (45), pembantu rumah tangga, terjebak di dalam ruko itu dan saat ditemukan sudah tewas terpanggang api.
”Dua orang meninggal di lokasi. Kami temukan sudah tidak bernyawa di lantai dua,” kata Abdul Wahid, petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara, Selasa pagi, di Jakarta.
Abdul menjelaskan, petugas mendapat laporan kebakaran di ruko itu sekitar pukul 06.00 pagi. Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara kemudian mengerahkan 10 mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Pemadaman hingga pendinginan membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menambahkan, dari keterangan para saksi di lokasi kebakaran, pemicu kebakaran diduga akibat hubungan pendek arus listrik. Sebab, sebelum terjadi kebakaran, seorang saksi mendengar bunyi ledakan seperti suara petasan dari dalam ruko.
Baca juga : Kebakaran Melanda Permukiman Padat di Paseban
”Ada dua saksi yang awalnya melihat asap membubung dari dalam ruko. Saat mereka mendekat untuk mengecek sumber asap, ada percikan api dan bunyi ledakan seperti petasan dari stop kontak listrik,” kata Yusri.
Musibah kebakaran di Jakarta sebelumnya juga melanda kawasan permukiman padat penduduk di Kramat Sawah, Paseban, Jakarta Pusat, Jumat (17/7/2020). Sebanyak 22 mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kebakaran yang menghanguskan 28 rumah tinggal tersebut. Kebakaran itu juga diduga akibat hubungan pendek arus listrik.
Pada Mei lalu, kebakaran juga melanda permukiman padat di Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kebakaran pada Selasa (19/5/2020) pagi itu tidak memakan korban jiwa, tetapi si jago merah, berdasarkan data yang ada, melalap 102 rumah kontrakan yang dihuni total 773 jiwa.
”Kami menerima kabar kejadian tersebut pada pukul 04.50 dari laporan warga yang datang ke Pos Angke,” ucap Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat Eko Sumarno saat dihubungi kemarin. Kebakaran tepatnya terjadi di Jalan Jembatan Besi II pada dua RW, yaitu RW 003 dan RW 004.
Sekitar pukul 04.30, tak lama setelah azan Subuh berkumandang, warga di RW 003, RW 004, dan RW 013 panik berhamburan keluar karena api tiba-tiba membesar. Tak ada barang dan surat berharga yang bisa mereka selamatkan dari kobaran api.
”Tidak ada suara peringatan kebakaran, tiba-tiba api sudah mulai membesar, baru ada teriakan warga memberi tahu ada kebakaran. Tanpa pikir panjang, saya gendong anak saya yang masih berumur 3 bulan, satu anak lagi digendong suami. Kami langsung keluar menyelamatkan diri tanpa membawa apa-apa,” kata Arminah (34), menahan tangis, saat dijumpai di lantai 2 Masjid Jami yang dijadikan tempat pengungsian sementara, Selasa siang.
Baca juga : Ancaman Kebakaran pada Permukiman di Jakarta
Arminah mengatakan, kebutuhan bahan pokok dan pakaian sudah terpenuhi. Namun, yang ia butuhkan saat ini adalah kasur kecil untuk menambah alas tidur anaknya, susu, popok sekali pakai, dan perlengkapan bayi lainnya.
Warga lainnya, Sukaisih (52), hanya bisa duduk termenung di sudut ruang masjid sembari sesekali saling menguatkan ke sesama warga. Sambil memegang telepon seluler, ia berusaha menelepon anak perempuannya, Rizka, yang berada di Palembang, Sumatera Selatan, untuk memberi kabar terkait peristiwa kebakaran.
”Sampai sekarang belum bisa nyambung. Tak ada lagi uang dan barang berharga, surat-surat penting ludes habis. Seperti bertubi-tubi. Masih pusing dengan virus korona ditambah kebakaran. Entah seperti apa Lebaran kali ini,” kata Sukaisih.
Di tempat pengungsian tersebut, Arminah dan Sukaisih harus berbagi tempat dengan puluhan warga lainnya. Di tengah pandemi Covid-19, tak ada jarak fisik antarwarga. Mereka saling berbaur tanpa menggunakan masker.
Di tempat pengungsian tersebut, Arminah dan Sukaisih harus berbagi tempat dengan puluhan warga lain. Di tengah pandemi Covid-19, tak ada jarak fisik antarwarga. Mereka saling berbaur tanpa menggunakan masker.
”Itu tak lagi penting karena kondisi memang darurat. Tak perlu dipermasalahkan dan tak perlu ada yang disalahkan. Bukannya tidak penting menjaga jarak, tetapi situasi seperti ini memang sulit,” kata Sukaisih.
Kebakaran Selasa pagi itu juga membuat beban hidup Tomi (23) semakin berat. Ia bingung dan tak tahu harus menjalani hidup ke depan seperti apa. Pasalnya, sudah hampir dua bulan ini ia tak lagi bekerja sebagai pegawai di gerai elektronik di Mangga Dua, Jakarta Pusat. Peristiwa kebakaran di masa pandemi Covid-19 menambah deritanya.
Sementara itu, Lurah Jembatan Besi Iwan Setiawan mengatakan, pihaknya terus mendata kebutuhan-kebutuhan pokok korban kebakaran dan berusaha segera mungkin menyalurkannya.
”Saya bersama RT/RW, petugas Palang Merah Indonesia (PMI), dinas sosial, polisi, dan TNI terus berupa memenuhi kebutuhan pokok, terutama untuk ibu-ibu, anak balita, dan warga lansia. Ada sekitar 40 anak balita, saya sudah minta ke PMI dan Dinsos menyediakan perlengkapan bayi. Ibu hamil terdata ada dua orang. Nah, mereka jadi prioritas kami. Sementara kebutuhan makan lainnya terus berdatangan,” kata Iwan yang terjun membantu dan memastikan kebutuhan warganya tercukupi.
Selain itu, kata Iwan, ia sudah menyiapkan satu ruang aula di lantai 3 dan lantai 4 di kantor Kelurahan Jembatan Besi untuk para korban kebakaran.
Baca juga : Menuju Tingkat Penularan 0, PSBB DKI Diperpanjang
”Biar tidak menumpuk jadi jadi satu, selain aula kantor kelurahan, ada rumah jabatan lurah, mushala, dan masjid, sementara kita gunakan untuk tempat istirahat warga. Ini terkait jaga jarak di masa pandemi Covid-19. Memang sulit dalam keadaan seperti ini, tetapi kami usahakan agar warga tidak menumpuk,” kata Iwan.
Biar tidak menumpuk jadi jadi satu, selain aula kantor kelurahan, ada rumah jabatan lurah, mushala, dan masjid, sementara kita gunakan untuk tempat istirahat warga. Ini terkait jaga jarak di masa pandemi Covid-19. Memang sulit dalam keadaan seperti ini, tetapi kami usahakan agar warga tidak menumpuk.
Diduga hubungan pendek arus listrik
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat Eko Sumarno mengatakan, kebakaran yang terjadi di Jalan Jembatan Besi II diduga karena masalah hubungan pendek arus listrik.
”Tidak ada korban jiwa. Kerugian sekitar Rp 900 juta,” kata Eko.
Eko mengatakan, 30 kendaraan pemadam terlibat dalam operasi penjinakan api di lokasi. Pemadaman masuk tahap pendinginan sekitar pukul 07.00.
Berdasarkan pendataan, luas area yang terbakar sekitar 25 meter x 20 meter atau lebih kurang 500 meter persegi. Jumlah rumah terbakar paling banyak berlokasi di RT 013 RW 003, yaitu 75 rumah yang dihuni total 560 jiwa. Adapun di RT 002 RW 003 sebanyak 25 rumah (dihuni 200 jiwa) terbakar, dan di RT 001 RW 004 ada 2 rumah (13 jiwa). Total tercatat 773 jiwa terdampak kebakaran ini.
Namun, data dari Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat sedikit berbeda dengan data pengurus RT/RW setempat. Berdasarkan data pengurus RT/RW, jumlah rumah terbakar paling banyak berlokasi di RT 013 RW 003, yaitu 125 rumah yang dihuni total 271 jiwa. Sementara di RT 002 RW 003 sebanyak 25 rumah terbakar yang dihuni 150 jiwa. Adapun di RT 001 RW 004 ada 2 rumah yang dihuni 23 jiwa.
Baca juga: Kebakaran Berskala Besar Masih Mengintai Kawasan Padat Penduduk
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Tambora Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Barat Komisaris Iverson Manossoh menyatakan, pihaknya belum bisa mengambil kesimpulan terkait penyebab kebakaran. ”Kami masih mengoordinasikan dengan ahli dari Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik),” tuturnya.
Untuk saat ini, lanjut Iver, kepolisian bekerja sama dengan pemerintah daerah dan TNI fokus membantu evakuasi warga terdampak ke posko pengungsian. Selain itu, polisi juga membantu mendirikan dapur umum dekat kantor lurah. Ini untuk memastikan kebutuhan pangan pengungsi tetap terpenuhi.
Iver menambahkan, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) juga dilibatkan untuk memantau kesehatan pengungsi dan pelaksanaan protokol anti-Covid-19. Itu merupakan upaya menekan potensi penyebaran Covid-19 di antara pengungsi.
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) juga dilibatkan untuk memantau kesehatan pengungsi dan pelaksanaan protokol anti- Covid-19. Itu merupakan upaya menekan potensi penyebaran Covid-19 di antara pengungsi.
Berdasarkan data hingga Senin (18/5/2020) pukul 09.00 terdapat 22 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Jembatan Besi. Sebanyak 3 orang di antaranya masih dirawat, 1 orang dibolehkan pulang, dan 18 orang menjalani isolasi mandiri. Orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19 di kelurahan ini 26 jiwa dan pasien dalam pengawasan (PDP) 10 jiwa.
Data di tingkat kecamatan menunjukkan, ada 80 orang positif Covid-19 se-Kecamatan Tambora, dengan 22 orang di antaranya masih dirawat, 6 orang sembuh, 43 orang menjalani isolasi mandiri, dan 9 orang meninggal. Terdapat 179 ODP dan 75 PDP di kecamatan tersebut.