Tangerang Selatan Dinilai Tak Terbuka soal Informasi Sumber Penambahan Kasus Baru
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tangsel tidak pernah membuka informasi sumber penambahan kasus baru setiap hari, seperti ada atau tidak kluster baru dan asal kasus.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tangerang Selatan dinilai tidak terbuka mengenai informasi sumber kasus baru yang muncul setiap harinya. Informasi sumber kasus penting agar masyarakat bisa memperoleh gambaran utuh penyebaran Covid-19.
Dikutip dari laman resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tangerang Selatan (Tangsel), pada Kamis (16/7/2020) terdapat penambahan empat kasus baru Covid-19. Sehari sebelumnya juga tercatat ada sembilan kasus baru.
”Untuk yang sembilan kasus itu, enam sudah sembuh dan tiga masih dirawat,” kata juru bicara Gugus Tugas Tangsel Tulus Muladiyono.
Gugus Tugas Covid-19 Tangsel secara rutin memperbarui perkembangan kasus Covid-19 setiap sore hari melalui media sosial resmi Pemerintah Kota Tangsel. Namun, dalam setiap publikasi, Tulus Muladiyono hanya menjabarkan angka-angka penambahan kasus. Sementara informasi tambahan mengenai dari mana penambahan kasus berasal serta apakah ada kluster baru yang muncul tidak pernah diumumkan.
Tulus dan staf Gugus Tugas Covid-19 lainnya sulit ketika dimintai informasi lebih detail terkait sumber penambahan kasus di Tangsel setiap harinya. Pertanyaan melalui pesan singkat dan telepon kerap tidak mendapat respons.
Pengurus Pusat Bidang Politik dan Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Syahrizal Syarif menilai, Gugus Tugas Covid-19 tidak terbuka terkait informasi sumber kasus baru.
”Tidak (bisa) dibenarkan kalau begitu. DKI Jakarta saja, kan, melaporkan bahwa dari 40 kasus itu berapa persen dari rumah sakit dan berapa persen dari komunitas,” ujar Syahrizal.
Menurut Syahrizal, informasi tersebut sangat penting untuk diinformasikan kepada publik. Dengan informasi sumber kasus baru, publik bisa mendapat gambaran utuh tentang penyebaran Covid-19 di Kota Tangsel. Informasi berupa angka tanpa penjelasan lebih detail membuat pemahaman publik menjadi terbatas.
Syahrizal mencontohkan, jika suatu kasus bersumber dari rumah sakit (RS), artinya kasus diketahui karena ada warga yang datang ke fasilitas layanan kesehatan atau RS. Sementara apabila kasus diketahui bersumber dari luar RS, hal itu berarti kasus ditemukan dari hasil penelusuran dan pelacakan kontak.
Pemahaman utuh tentang penemuan kasus baru berasal dari RS atau penelusuran kontak dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai gambaran persebaran virus di suatu wilayah. Artinya, jika informasi tentang asal penambahan kasus baru tidak pernah diumumkan, publik tidak akan pernah tahu kondisi penyebaran virus di sekelilingnya.
”Karena Covid-19 ini juga ada kasus asimptomatik. Itu bisa 40-50 persen. Banyak kasus asimptomatik, tetapi tidak ketahuan kalau tidak melakukan penelusuran kontak,” katanya.
”Karena Covid-19 ini juga ada kasus asimptomatik. Itu bisa 40-50 persen. Banyak kasus asimptomatik, tetapi tidak ketahuan kalau tidak melakukan penelusuran kontak,” kata Syahrizal.
Rata-rata kasus
Jumlah kasus terkonfirmasi positif di Tangsel per 16 Juli 2020 mencapai 451 kasus. Setiap harinya tercatat masih ada penambahan kasus baru. Namun, rata-rata penambahan kasus setiap hari mencapai empat hingga lima kasus.
Menurut Syahrizal, kondisi itu menunjukkan laporan penambahan kasus per hari tak menggambarkan situasi yang sesungguhnya di lapangan. Hal itu karena kemampuan pemeriksaan spesimen masih terbatas.
Jumlah orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, dan kasus terkonfirmasi positif di Tangsel mencapai 3.546 kasus. Penambahan empat hingga lima kasus positif per hari, kata Syahrizal, menandakan pemeriksaan spesimen per hari di Tangsel baru 40 hingga 50 spesimen. Belum mencapai 300 atau 3.000 spesimen.
Kondisi itu sebelumnya diakui Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangsel Deden Deni. Menurut Deden, kapasitas tes dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR) di Tangsel terbatas. Kapasitas pemeriksaan maksimal per hari diperkirakan bisa mencapai 100 spesimen.
Pemeriksaan dilakukan di RS Universitas Indonesia, RS Awal Bros, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. Untuk di RS UI dan RS Awal Bros, Pemkot Tangsel mendapat kuota masing-masing 50 spesimen per hari. Di kedua RS itu hasil tes keluar dalam waktu dua hingga tiga hari. Adapun di Balitbangkes kuotanya tidak dibatasi. Namun, hasil tes baru bisa diperoleh setelah 14 hari.
Sementara itu, di tengah pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap keenam, Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten kian gencar melaksanakan tes usap tenggorokan di Tangerang Selatan. Setelah melaksanakan tes usap tenggorokan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Jurang Mangu, Tangsel, Dinkes Provinsi Banten kembali melaksanakan tes usap tenggorokan. Tes yang dilaksanakan pada Rabu (16/7/2020) di Rumah Lawan Covid-19 Kota Tangsel ini menyasar warga umum.
Koordinator Rumah Lawan Covid-19 Kota Tangsel Suhara Manullang menjelaskan, kuota tes usap tenggorokan yang disiapkan 300 orang. Tidak ada kriteria khusus bagi warga yang ingin menjalani tes. Siapa saja boleh mendaftar asalkan kuota masih mencukupi (randomsampling).
Pantauan di lapangan memperlihatkan warga Tangsel antusias menjalani tes tersebut. Mereka mengantre di halaman Rumah Lawan Covid-19 untuk menunggu giliran menjalani tes. Salah seorang peserta tes usap tenggorokan, Erlangga Restu (23), warga Kunciran, Tangsel, mengatakan tertarik mengikuti tes usap karena di sekitar tempat tinggalnya sudah ada warga yang terkonfirmasi positif Covid-19.
”Karena kondisinya seperti itu, kami takut juga, kan. Makanya saya sekeluarga hari ini ikut tes usap untuk memastikan, mumpung gratis juga. Kalau tidak, biaya tesnya mahal sekali,” kata Erlangga ditemui seusai menjalani tes.
Selanjutnya, Dinkes Banten akan kembali menggelar tes usap tenggorokan bagi warga Tangsel pada 22 Juli 2020. Kuota yang disiapkan untuk 300 orang. Tes akan dilaksanakan di Klinik Lentera, Pamulang Permai, Tangsel.