Pemkot Bogor Targetkan 11.000 Tes Usap hingga Akhir Tahun
Tes usap tenggorokan dan pengawasan kepatuhan protokol kesehatan digencarkan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, guna mencegah lonjakan kasus positif di masa pra-adaptasi kebiasaan baru dengan menggencarkan tes usap tenggorokan (swab) hingga 8.500-11.000. Pengawasan ketat terhadap kepatuhan protokol kesehatan pun akan terus dilakukan.
Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, berbagai upaya pencegahan itu akan terus dilakukan secara konsisten. Menekan lonjakan penularan virus Covid-19 bisa dengan menggencarkan tes kesehatan dan pengawasan ketat protokol kesehatan.
”Saat ini tes usap sudah sekitar 5.500. Kami akan kejar sampai 8.500 pada akhir tahun, tetapi target kami 11.000 tes usap. Untuk perkembangan hingga hari ini tidak ada penambahan kasus konfirmasi positif, masih di angka 213 orang, perawatan 49 orang. Ini harus kami pertahankan, bersama tekan penyebaran virus, terutama di ruang-ruang publik. Sekali lagi patuhi protokol kesehatan,” kata Dedie, Kamis (16/7/2020).
Menurut Dedie, pencegahan menjadi kunci Pemkot Bogor agar di masa pra-adaptasi kebiasaan baru (AKB) tidak terjadi lonjakan kasus positif. Saat ini Kota Bogor masih di zona kuning level tiga dengan angka reproduksi efektif 0,33.
”Jangan sampai Kota Bogor menjadi zona merah. Jika terjadi lonjakan kasus positif dalam masa pra-AKB, Kota Bogor bisa kembali ke PSBB reguler. Tentu jika terjadi lonjakan akan sangat berdampak untuk warga, pemerintah, dan semua sektor, seperti kesehatan hingga penyokong roda kehidupan sehari-hari,” kata Dedie.
Untuk itu, warga sangat diharapkan tidak abai dan tetap patuh menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, selain terus menyosialisasikan pentingnya protokol kesehatan, Pemkot Bogor juga akan semakin mengawasi kepatuhan dalam menjalankan protokol kesehatan. Apalagi, saat ini Pemprov Jawa Barat sudah menyiapkan peraturan gubernur untuk mengatur sanksi tegas bagi yang tidak patuh protokol kesehatan.
Pemkot Bogor, lanjut Dedie, juga sudah mengantisipasi situasi terburuk jika terjadi lonjakan kasus positif dengan menyediakan ruang isolasi eksternal di Rumah Susun Sewa Cibuluh dan Menteng Asri.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, masih terjadinya peningkatan jumlah kasus positif di Jabodetabek hingga saat ini tak lepas dari semakin gencarnya tes cepat dan tes usap yang dilakukan pemerintah.
Warga pun mulai ada kesadaran mandiri untuk menjalani tes kesehatan. Namun, pemerintah daerah harus terus mendorong warganya untuk ikut menjalani tes kesehatan agar memudahkan pemetaan daerah rawan atau zonasi level merah, kuning, dan hijau.
Bukan hanya itu, pengawasan ketat terhadap protokol kesehatan pun harus semakin ditingkatkan pemerintah. Tidak hanya dari kesadaran warga, tetapi pemerintah juga perlu semakin gencar menyosialisasikan kepatuhan protokol kesehatan pada masa PSBB transisi yang semakin longgar. Sekadar imbauan tidak akan cukup, perlu upaya lebih untuk menegakkan kepatuhan protokol kesehatan.
”Untuk menuju normal baru, perlu pengawasan lebih ketat oleh pemerintah karena masih saja ada anggap warga saat ini sudah normal atau aman. Sekarang kewaspadaan di masa seperti ini harus semakin tinggi, risiko penularan masih tinggi. Kesadaran warga untuk patuh protokol kesehatan juga masih rendah,” kata Tri.