Memetakan Pasar, Awal Tepat Memerangi Pandemi di Pusat Jual Beli Tradisional
Setiap pasar memiliki karakteristik masing-masing yang tidak bisa disamaratakan. Oleh sebab itu penting bagi setiap pasar memiliki gugus tugas Covid-19 internal. Hal serupa berlaku bagi kantor, mal, dan lembaga lain.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·5 menit baca
Pemetaan risiko penularan secara spesifik di pasar mendesak dilakukan. Tujuannya agar upaya pencegahan penularan virus korona baru di pusat-pusat perbelanjaan tidak dipukul rata, tetapi disesuaikan dengan kekhasan permasalahan di setiap lokasi.
Di saat yang sama, pendidikan masyarakat secara terus menerus mengenai pembiasaan hidup sehat dengan protokol Covid-19 tidak boleh berhenti walaupun memasuki masa transisi menuju normal baru.
Demikian dibahas dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) pada hari Rabu (15/7/2020). Selain diskusi, organisasi ini juga mengajukan naskah kebijakan (policy paper) mengenai protokol pencegahan Covid-19 kepada Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh Perusahaan Daerah Pasar Jaya.
Data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jakarta menyebutkan bahwa 6,8 persen penularan di Ibu Kota terjadi akibat kluster pasar. Lebih rinci, data PD Pasar Jaya mengungkapkan, dari 6.624 orang yang diuji usap hidung dan tenggorokan di 68 pasar, sebanyak 142 orang terbukti positif mengidap Covid-19. Sebanyak 1.515 masih menunggu hasil tes dan sisa 4.967 orang dinyatakan negatif.
”Setiap pasar memiliki karakteristik masing-masing yang tidak bisa disamaratakan. Oleh sebab itu, penting bagi setiap pasar, kantor, mal, apa pun lembaganya untuk memiliki gugus tugas Covid-19 internal,” kata Yitro Wilar, Wakil Ketua Iluni UI untuk Fakultas Kedokteran yang berprofesi sebagai konsultan kedokteran okupasi.
Ia menjabarkan, gugus tugas bisa beranggotakan tiga orang hingga belasan orang, tergantung besar lembaga tersebut. Setiap anggota merupakan perwakilan divisi yang berbeda-beda, misalnya dari unit satuan pengamanan, pengelolaan sumber daya manusia, dan pemasaran sehingga gugus tugas memiliki persepsi relatif menyeluruh mengenai masalah di lembaganya.
Mereka bertugas membuat pemetaan masalah, mengumpulkan data, dan membuat proposal aturan pelaksanaan. Menurut Yitro, skema evaluasi ataupun protokol yang dibuat tidak perlu ideal, yang penting bisa segera dilaksanakan demi memastikan pencegahan penularan virus.
Peta pasar
Yitro menerangkan, langkah pertama yang harus dilakukan gugus tugas setiap pasar adalah memetakan pola perdagangan dan pergerakan manusia. Contohnya, lantai tempat penjualan pakaian biasanya tidak seramai lantai tempat penjualan sayur dan ayam potong. Kios pakaian juga berjarak lebih jauh satu sama lain. Dari sana bisa diperoleh data jumlah dan frekuensi pengunjung sehingga pola pergerakan pengunjung di setiap lantai divisi pasar bisa saja berbeda-beda.
Ia kemudian memaparkan, wilayah yang memerlukan perhatian khusus adalah tempat penjualan cabe dan bawang. Hal ini karena aroma cabe dan bawang membuat orang bersin, padahal penularan Covid-19 ialah melalui tetesan yang keluar dari mulut maupun hidung. Semburan bersin apabila tidak ditutup masker berisiko menempel di bahan pangan, meja, rak, bahkan di orang yang kebetulan lewat ketika ada yang bersin.
”Penjual cabe dan bawang selain memakai masker juga harus memakai perisai wajah dari mika. Memang tidak nyaman, tapi ini langkah yang harus diambil,” kata Yitro.
Penjual cabe dan bawang selain memakai masker juga harus memakai perisai wajah dari mika. Memang tidak nyaman, tapi ini langkah yang harus diambil.
Selain itu, juga diperlukan pemetaan penempatan wastafel dan sabun untuk mencuci tangan dengan pemastian selalu ada air. Sinergi dengan suku dinas kesehatan, kebersihan, dan puskesmas juga keniscayaan. Misalnya jika ada pedagang atau pengunjung yang terindikasi sakit harus ada protokol tindakan seperti jika individu itu diamankan dulu di ruangan khusus lalu dijemput oleh petugas puskesmas atau justru ada tim dari pasar yang siap mengantarkan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pendampingan warga
Naskah kebijakan dari Iluni UI turut mendorong adanya pendampingan masyarakat secara terus menerus dari pemerintah maupun relawan. Jangan terlena dengan kata-kata ”masa transisi” ataupun ”normal baru”. Adanya keseriusan kampanye pola hidup bersih dan sehat, penegakan kedisiplinan, dan pendidikan masyarakat mengenai bahaya serta cara penularan virus korona baru tidak boleh berhenti.
”Pola masyarakat berbelanja di pasar perlu diubah, yaitu memastikan warga sudah tahu benda-benda yang hendak dibeli sebelum berangkat ke pasar. Ini mengurangi waktu tawar-menawar ketika belanja. Mungkin perlu dipertimbangkan agar pedagang bisa memberi harga tetap,” ucap Yitro.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito menekankan bahwa penerapan protokol kesehatan adalah satu-satunya cara mencegah penularan virus. Bermasker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan atau minimal memakai cairan antiseptik harus menjadi kebiasaan harian.
”Memang kami perlu mengembangkan indikator kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan dan tingkat perubahan perilaku. Demikian juga kebutuhan atas data jumlah orang yang memakai masker,” ujarnya. Pemakaian masker ini datanya agar tidak sekadar memakai, tetapi memakai dengan benar, yaitu menutupi hidung dan mulut.
Ketua Dewan Pengawas PD Pasar Jaya Rikrik Rizkiyana menerangkan, ada 154 pasar yang dikelola perusahaan tersebut dengan jenis bervariasi. seperti pasar induk, pasar tematik, pasar lengkap, dan pasar modern. Sejak tahun 2019, sudah ada kerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI untuk program pasar bersih dan sehat.
Caranya ialah dengan menilai indeks setiap pasar dengan rincian skor baik ialah 70 ke atas; cukup untuk kisaran 40-69,9; dan buruk untuk skor 39,9 ke bawah. Sejauh ini sudah 49 pasar yang dinilai.
Terungkap bahwa ada 10 pasar masuk kategori buruk, seperti di Menteng Pulo, Palmerah, Johar Baru, dan Pejagalan. Hanya lima pasar masuk kategori bagus, yaitu Mayestik, Blok M, Glodok, Blok F Tanah Abang, dan Kenari. Sisanya di kategori cukup dengan rentang skor 40,64-67,29.
Terungkap bahwa ada 10 pasar masuk kategori buruk, seperti di Menteng Pulo, Palmerah, Johar Baru, dan Pejagalan.
”Ini pekerjaan rumah yang besar karena harus ada revitalisasi pasar secara besar-besaran. Mumpung ada 21 pasar yang mau direvitalisasi secara fisik akan disiapkan pula infrastruktur yang tahan virus atau penyakit,” kata Rikrik.
Secara umum, ia mengatakan penegakan protokol Covid-19 di pasar terkendala jumlah pengunjung dan keterbatasan aparat penegak hukum. Pemprov Jakarta sudah menurunkan 5.000 aparatur sipil negeri berusia 25-49 tahun yang sehat untuk membantu pengawasan di pasar.