”Bike Sharing” Masih Akan Diperbanyak di Wilayah Kota
Diluncurkan 3 Juli 2020 dan saat ini masih dalam uji coba, Dishub DKI Jakarta akan menambah titik penempatan sepeda sewa supaya bisa menjadi sarana transportasi ”first and last miles”.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan sepeda sewa di sejumlah titik di DKI Jakarta belum ada dua pekan. Namun, Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah menargetkan keberadaannya bisa menjadi transportasi di menuju dan setelah turun dari moda transportasi di Ibu Kota.
Harapan kegunaan sepeda sewa (bike sharing) itu ditegaskan Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Selasa (14/07/2020). Sejak diluncurkan Jumat (3/7/2020), peminat bike sharing cukup banyak. Peluncurannya untuk menjadikan sepeda sebagai alat transportasi di first and last mile warga sehari-hari.
Menjadi alat transportasi di first miles artinya warga bisa menggunakan sepeda di awal perjalanan sebelum berganti dengan moda angkutan umum jalan raya atau rel. Kemudian, warga kembali menggunakan sepeda lagi sebagai alat transportasi dari titik stasiun atau halte menuju tempat tujuan (last miles).
Saat ini, ada 200 sepeda sewa di masa uji coba yang terdistribusi di sembilan titik, yaitu di stasiun MRT Bundaran HI, halte bus pelican crossing Bundaran HI sisi timur, halte bus pelican crossing Bundaran HI sisi barat, depan gedung Sinar Mas, halte bus balai kota sisi selatan, Stasiun Tanah Abang, Museum Prasasti, gedung dinas teknis Abdul Muis, dan gedung dinas teknis Jatibaru.
Bike sharing itu hasil kerja sama Dishub DKI Jakarta dengan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) dan PT Gowes Teknologi Indonesia. Layanan bike sharing itu dikenai biaya Rp 3.500 per 15 menit. Layanan ini aktif setiap hari pukul 06.00-18.00. Warga yang berminat bisa mengunduh aplikasi GOWES di telepon genggam untuk memudahkan akses penggunaan.
Faela Sufa, Direktur ITDP Asia Tenggara, menjelaskan, untuk tren peminat saat ini masih dievaluasi. ”Namun sebagai gambaran umum, peminat cukup banyak di akhir pekan,” katanya tanpa merinci angka tren peminat karena masih dalam evaluasi detail.
Demi mendukung penggunaan sepeda sebagai alat transportasi firstand lastmiles, penambahan titik penempatan sepeda diperlukan. Hal itu akan diupayakan untuk memudahkan pengguna. Apalagi di masa pandemi, sepeda dinilai sebagai alat transportasi yang bisa membuat pengguna menjaga jarak.
”Dengan demikian, pemakai tidak perlu repot-repot saat hendak mengembalikan sepeda. Cukup di titik terdekat dengan tujuan akhir,” kata Faela.
Haris Muhammadun, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) dalam diskusi tentang transportasi nonmotorized pada akhir Juni, juga mengungkapkan, alat transportasi first and last miles di Jakarta masih belum baik. Itu sebabnya untuk firstand last miles masih diisi angkutan daring.
Untuk itu, di titik simpul transportasi, seperti di stasiun yang sudah terintegrasi, seperti di stasiun Tanah Abang, mesti ada fasilitas-fasilitas. ”Maka mestinya ada penyewaan sepeda, tempat parkir sepeda, dan tempat bilas. Kemudian ada jalur sepeda yang bisa tersambung dari Stasiun Tanah Abang lurus ke Balai Kota. Sehingga itu nanti juga menjadi terkoneksi dengan jalur yang Sudirman-Thamrin,” kata Haris.
Penyebaran-penyebaran jalur sepeda itu, menurut Haris, penting. Utamanya jalur dari titik stasiun atau titik integrasi transportasi ke area perkantoran. Selain itu, harus ada penyediaan fasilitas-fasilitas di stasiun.
Syafrin melanjutkan, seiring tingginya peminat, akan ada peningkatan-peningkatan titik parkir penempatan sepeda sewa, yakni di wilayah-wilayah kota di DKI Jakarta.