Satu bungkus makanan mampu menolong warga dan pemilik warung makanan di tengah pagebluk. Perut warga kenyang, dompet pemilik warung makanan pun terisi.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Suparti (54) cukup kewalahan menyelesaikan pesanan 250 paket Rantang Hati, Jumat (10/7/2020) pagi. Padahal pemesan sudah menanti paket nasi bungkus beserta lauk-pauk. Paket-paket itu akan menjadi santapan warga terdampak pandemi Covid-19 di sejumlah rukun tetangga se-Jakarta.
Pemilik warteg di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, itu sampai meminta bantuan keponakan dan tetangga untuk menanak nasi hingga membungkus pesanan. ”Hitung-hitung berbagi rezeki dengan mereka di saat susah seperti ini,” ujar Suparti.
Datangnya pagebluk membuat kondisi warungnya nyaris sepi. Apalagi sebagian pelanggannya merupakan pekerja kantoran di kawasan sekitar situ. Dari biasanya ada lebih dari 100 pelanggan, kini hanya puluhan sudah untung.
Kabar baik menghampiri ketika Wahyoo, usaha rintisan jejaring warung makan tradisional, melibatkannya sebagai satu dari 100 mitra warung makanan sebagai penyedia Rantang Hati. Bantuan nasi bungkus kepada warga terdampak pandemi Covid-19 di Jakarta yang bekerja sama dengan JNE. Bantuan berlangsung sejak 1 Juli hingga 10 Juli dengan melibatkan 10 warung setiap hari.
Rantang Hati juga membantu pemilik warung lainnya. Sutiwas (44) terbantu adanya pesanan untuk Rantang Hati pada Kamis (9/7/2020). Pemilik warteg di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menyelesaikan pesanan bersama dua anaknya.
Ia bersyukur pesanan datang saat jumlah pelanggan belum kembali seperti biasa. Semenjak pembatasan sosial berskala besar, jumlah pelanggan turun drastis. Dari biasanya bisa mencapai lebih dari 150, kini hanya separuhnya. ”Pelanggan berkurang. Alhamdulillah ada pesanan, menambah pemasukan,” kata Sutiwas.
Rantang Hati juga menambah uang belanja kebutuhan warung milik Sumarsih (48). Pemilik warteg di Penjaringan, Jakarta Utara, mendapatkan pesanan nasi bungkus untuk Rantang Hati pada Senin (6/7/2020). ”Sangat terbantu, kalau tidak ada begitu (pesanan), untuk belanja sulit,” ucap Sumarsih.
Saat ini pelanggan wartegnya turun drastis. Belum ada tanda-tanda kembali normal. Biasanya dalam sehari wartegnya menghasilkan Rp 2.500.000, kini hasilnya tergerus menjadi Rp 600.000.
Pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor usaha, termasuk warung makan. Tidak sedikit di antaranya harus tutup untuk sementara waktu karena jumlah pelanggan terus turun. Banyak mitra Wahyoo pun mengalami hal itu.
Rantang Hati lahir tidak sekadar ajang bantuan sosial. Itu ada untuk memberdayakan mitra warung makan agar usahanya dapat berlanjut di tengah ketidakpastian pandemi.
Menurut Pendiri Wahyoo, Peter Shearer, pendapatan 50 persen mitra usahanya tergerus pagebluk. Salah satu penyebabnya letak warung di sekitar area perkantoran sehingga terimbas kebijakan bekerja dari rumah. ”Kondisi itu menginisiasi Rantang Hati untuk meringankan beban warga terdampak Covid-19 sekaligus membantu warung tetap berjualan,” ucap Peter.
JNE berkolaborasi dengan Wahyoo dalam program Rantang Hati sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Vice President Marketing JNE Eri Palgunadi menuturkan, krisis merupakan saat yang tepat untuk berbagi. Salah satunya membantu warung makan yang jadi tumpuan hidup pemilik dan kebutuhan pangan warga. ”Sekarang saatnya mulai bergerak,” ujar Eri.
Sebelumnya medio April, Wahyoo menggalang dana untuk warung makan supaya tetap buka. Caranya menyediakan makan gratis bagi warga hingga sopir ojek daring yang terdampak pandemi Covid-19.
Penggalangan dana makan gratis dilakukan melalui platform kitabisa.com sebesar Rp 350 juta. Dana itu diberikan kepada setiap warung untuk makan gratis 50-100 orang selama 14 hari. Rinciannya untuk dua kali makan dalam sehari Rp 30.000 per orang.
Konser musik #DiRumahAja yang digagas Najwa Shihab turut memberikan bantuan Rp 450 juta. Dana itu untuk makan 800 keluarga selama 14 hari berturut-turut.
Rantang Hati berlangsung di Jakarta Barat 1 dan 2 Juli, Jakarta Pusat 3 dan 4 Juli, Jakarta Utara 5 dan 6 Juli, Jakarta Timur 7 dan 8 Juli, dan Jakarta Selatan 8 dan 9 Juli. Dalam sehari, nasi bungkus disalurkan ke 50 rukun tetangga dengan jumlah 51 nasi bungkus untuk satu rukun tetangga. Inisiasi menggerakkan ekonomi warga belum berakhir karena kondisi normal baru menanti. Warung makan pun mau tidak mau harus menghadapi itu.
Wahyoo turut membantu mitranya menghadapi kondisi normal baru. Salah satu contohnya di Warteg Ellya milik Sutiwas di Jakarta Selatan. Pada meja makan dekat etalase berisi aneka hidangan, terpasang bilik atau sekat. Alhasil, pengunjung tidak berimpitan saat makan karena satu bangku panjang diisi empat orang.
Pada dinding warteg terpampang protokol kesehatan wajib kenakan masker. Pengunjung juga diimbau cuci tangan dengan sabun saat masuk dan keluar warung, antre, sebaiknya makanan dibungkus atau pesan melalui aplikasi, dan pembayaran nontunai atau dengan uang pas yang dimasukkan ke dalam kotak yang tersedia.
Tidak lupa pramusaji warteg juga mengenakan masker, pelindung wajah, dan sarung tangan selama melayani pelanggan. Sebab, kebersihan dan higienitas makanan menjadi prioritas mitra Wahyoo.
”Penerapan protokol kesehatan mendapatkan apresiasi dari pelanggan. Warteg dinilai lebih nyaman karena tidak berdesakan saat makan,” katanya. Kebersihan pangkal sehat. Itulah yang sudah tertanam dalam benak mitra usaha Wahyoo. Apalagi kian hari jumlah kasus positif Covid-19 terus bertambah.
Peter mengharapkan Rantang Hati dapat memacu inisiasi-inisiasi lain sehingga semakin banyak warga terbantu sekaligus menggerakkan roda perekonomian. Dari warga, oleh warga, dan untuk warga. ”Bersama-sama kita bisa. Jangan berpangku tangan dengan menunggu,” ujarnya.
Gerakan ini mengajarkan bahwa untuk menguatkan sesama, warga tidak perlu menunggu uluran bantuan. Namun, kolaborasi bersama dapat menolong banyak pihak meski itu lewat nasi bungkus dari Rantang Hati.