Usia Produktif Disebut Paling Rentan Tertular Covid-19
Kasus positif Covid-19 terus bertambah. Hal ini tak lepas dari mulai beraktivitasnya warga di masa PSBB transisi atau PSBB proporsional. Kelompok pekerja di usia produktif menjadi kelompok paling rentan tertular.

Petugas gabungan dari Polres Metro Kota Depok, TNI, dan Dinas Perhubungan Kota Depok menindak dan menegur sopir angkutan kota yang melanggar aturan PSBB, di Jalan Siliwangi, Pancoran Mas, Depok, Jumat (15/5/2020).
Pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional, jumlah kasus positif Covid-19 masih terus terjadi di Kota Depok dan Kota Bogor. Warga tetap diimbau untuk mematuhi protokol kesehatan, terutama untuk usia produktif yang paling rentan tertular karena mulai beraktivitas.
Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan, berdasarkan data pada Senin (6/7/2020), penambahan kasus konfirmasi positif di Kota Depok 12 kasus. Penambahan itu dari tindak lanjut tes cepat dan tes usap. Untuk pasien sembuh ada 6 orang, total sembuh menjadi 578 orang atau 70,06 persen.
Idris melanjutkan, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, usia produktif dari rentang 20-59 tahun menjadi kelompok yang paling banyak dilaporkan terinfeksi virus korona. Total dari rentang usia tersebut terkonfirmasi sebanyak 656 kasus.
”Jika dirinci, usia 20-29 tahun sebanyak 165 pasien, usia 30-39 tahun sebanyak 180 pasien, usia 40-49 sebanyak 171 pasien, dan usia 50-59 tahun sebanyak 140 pasien. Total ada 656 kasus dengan klasifikasi pria 287 laki-laki dan 369 perempuan,” kata Idris dalam keterangan tertulis, Selasa (7/7/2020).
Tidak hanya itu saja, Idris juga menyoroti kelompok usia balita dan muda yang dilaporkan terinfeksi virus korona baru pemicu wabah Covid-19. Dari kelompok rentang usia 0-5 tahun ada 25 pasien dan usia 6-19 tahun sebanyak 47 pasien.

Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad.
Baca juga: Depok dan Bogor Turut Perpanjang Masa PSBB Proporsional
”Kepada sahabat warga Depok yang memiliki mobilitas tinggi dengan berbagai latar kegiatan, kami meminta untuk dapat memproteksi diri dari kemungkinan terjadi penularan dengan cara disiplin menerapkan protokol kesehatan,” kata Idris.
Kepada sahabat warga Depok yang memiliki mobilitas tinggi dengan berbagai latar kegiatan, kami meminta untuk dapat memproteksi diri dari kemungkinan terjadi penularan dengan cara disiplin menerapkan protokol kesehatan. (Mohammad Idris)
Begitu pula dengan orangtua yang memiliki anak untuk lebih memproteksi keamanan protokol kesehatan. Membawa anak untuk aktivitas di luar sangat tidak dianjurkan. Anak-anak juga masuk kelompok rentan yang harus dilindungi dari paparan atau penyebaran Covid-19.
”Bersama kita saling melindungi diri, keluarga di rumah, dan orang lain di sekeliling kita,” lanjut Idris.
Idris melanjutkan, untuk peta sebaran kasus positif berdasarkan wilayah, Kecamatan Sawangan memiliki kasus positif aktif atau masih ditangani terbanyak, yaitu 33 kasus, disusul Kecamatan Pancoran Mas 30 kasus, Kecamatan Beji 28 kasus, dan Kecamatan Tapos 28 kasus.
Sementara itu, di Kota Bogor, dalam dua hari terakhir ditemukan 11 kasus positif baru di Kota Bogor. Penambahan kasus ini berasal dari kluster Toko Mitra 10, fasilitas kesehatan, dan kluster luar Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor akan menggencarkan tes cepat, tes usap, dan memaksimalkan tim Deteksi Covid-19 atau Detektif.
Penambahan kasus ini berasal dari kluster Toko Mitra 10, fasilitas kesehatan, dan kluster luar Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor akan menggencarkan tes cepat, tes usap, dan memaksimalkan tim Deteksi Covid-19 atau Detektif.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim saat meninjau Pasar Kembang yang masih padat meski tengah diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Senin (18/5/2020).
Baca juga: Merunut Penyebaran Covid-19 Kluster Bogor
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, tambahan 11 kasus positif baru salah satunya berasal dari kluster Toko Mitra 10. Untuk itu Pemerintah Kota Bogor dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP0 Covid-19 Kota Bogor memperpanjang penutupan sementara operasional toko swalayan bahan bangunan itu.
Selama penutupan sementara Toko Mitra 10, Pemkot Bogor meminta manajemen Toko Mitra 10 melakukan langkah antisipasi seperti melakukan uji sampel spesimen bagi karyawan, tenaga pemasaran (SPG), penyuplai, dan manajemen.
Selain itu, Toko Mitra 10 juga harus menata sirkulasi udara di ruangan toko, menyiapkan jalur pengunjung di dalam toko, menutup kantin, mengurangi jumlah karyawan yang berada di dalam area toko, serta menyiapkan skema penyemprotan disinfektan secara rutin dan terjadwal.
Dedie melanjutkan, setelah semua langkah antisipasi itu terpenuhi, Pemkot Bogor dan GTPP Covid-19 Kota Bogor akan memberikan kelonggaran untuk dibuka kembali dengan catatan penerapan protokol kesehatan secara benar dan ketat.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka di Kota Bekasi Dimulai 13 Juli 2020
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor di Sri Nowo Retno mengatakan, dari 4 Juli hingga 6 Juli peningkatan jumlah kasus positif ada di kluster Mitro 10, yakni sebanyak tiga orang.

Suasana di ruang tunggu pelayanan berobat di RSUD Bogor, Kota Bogor, Kamis (23/4/2020). Pemerintah menyarankan warga memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan telemedik karena dinilai lebih dapat mengurangi risiko paparan Covid-19 jika dibandingkan harus berobat langsung ke rumah sakit.
”Tiga kasus positif ditemukan dari penelusuran pada penyebaran Covid-19 di kluster Toko Mitra 10 Kota Bogor. Dari penelusuran lebih lanjut sebenarnya ditemukan lima kasus baru, yaitu tiga kasus warga Kota Bogor dan dua kasus warga Kabupaten Bogor. Kelima kasus baru positif Covid-19 itu seluruhnya adalah karyawan Toko Mitra 10,” kata Retno.
Retno mengatakan, notifikasi dua kasus positif warga Kabupaten Bogor sudah diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk ditindaklanjuti.
Dedie melanjutkan, selain kluster Mitra 10, delapan kasus positif lainnya yang terdata di Kota Bogor adalah kasus positif yang dialihkan dari Jakarta ke Kota Bogor dan dari fasilitas kesehatan.
Dedie melanjutkan, selain kluster Mitra 10, delapan kasus positif lainnya yang terdata di Kota Bogor adalah kasus positif yang dialihkan dari Jakarta ke Kota Bogor dan dari fasilitas kesehatan.
”Untuk kluster Covid-19 di fasilitas kesehatan, Pemkot Bogor sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mengkaji ulang delapan rumah sakit rujukan yang direkomendasikan Gubernur Jawa Barat,” tutur Dedie.
Sementara, untuk kluster luar Kota Bogor, kata Dedie, penularan virus disebabkan orang yang melakukan perjalanan keluar kota dengan menggunakan transportasi umum dan kasus warga dengan KTP Kota Bogor, tetapi berdomisili di luar Kota Bogor yang sering datang dan pergi ke Kota Bogor.

Tes usap gratis digelar bagi penumpang yang turun di Stasiun Bogor, Bogor, Selasa (7/7/2020).
”Seperti disampaikan kemarin, tes cepat dan usap terus digencarkan dan tim Detektif akan tracing dan traking warga yang pernah bersentuhan dengan korban positif,” kata Dedie.
Baca juga: Terdampak Pandemi, Penghuni Rusun Mendapat Keringanan Sewa
Belum aman dan kelompok rentan
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, peningkatan jumlah kasus positif di Jabodetabek merupakan konsekuensi aturan PSBB transisi atau PSBB proporsional.
”Impitan dan tekanan ekonomi memang tak bisa dihindari lagi, tetapi bukan berarti beralih ke PSBB transisi atau proporsional artinya kondisi sudah aman. Justru di masa seperti ini kewaspadaan harus semakin tinggi dan risiko penularan masih tinggi. Masyarakat mengartikan PSBB transisi ke arah normal atau aman sehingga protokol kesehatan tak dipatuhi,” kata Tri.
Tri menilai, masih tingginya jumlah kasus positif Covid-19 karena tes kesehatan yang semakin gencar dilakukan pemerintah daerah setempat. Namun, di sisi lain kesadaran masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan masa PSBB sangat rendah.

Para penumpang KRL yang turun di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jumat (26/6/2020).
Baca juga: Kampung Jawara, Pencegahan Covid-19 yang Dimulai di Tingkat Perkampungan
Terkait tingginya jumlah kasus positif di Kota Depok, menurut Tri, daerah RW yang masuk zona merah tidak diawasi secara lebih ketat atau tidak dilakukan karantina lokal. Jika hal itu tidak diperhatikan, akan semakin sulit memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Sementara banyaknya kelompok usia produktif yang terkonfirmasi positif, kata Tri, merupakan kelompok pekerja. ”Faktor mereka kelompok pekerja dan jika dilihat masa transisi saat ini akan semakin banyak yang beraktivitas. Jadi usia produktif berisiko tertular. Tingkat risiko tertular ada di transportasi umum dan komunitas,” kata Tri.
”Perjuangan kita masih lama terkait pandemi Covid-19. Jika tidak dari diri sendiri untuk menjaga dan patuh protokol kesehatan, kita sulit lepas dari pandemi ini,” lanjut Tri.
Perjuangan kita masih lama terkait pandemi Covid-19. Jika tidak dari diri sendiri untuk menjaga dan patuh protokol kesehatan, kita sulit lepas dari pandemi ini.