Jumlah kunjungan masyarakat ke beberapa destinasi wisata favorit di DKI Jakarta meningkat pada masa transisi. Bangkitnya pariwisata di Ibu Kota diharapkan tidak berkontribusi pada peningkatan kasus Covid-19.
Oleh
SHARON PATRICIA/ERIKA KURNIA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kunjungan masyarakat ke beberapa destinasi wisata favorit di DKI Jakarta menunjukkan peningkatan pada masa transisi. Bangkitnya pariwisata di Ibu Kota diharapkan tidak berkontribusi pada peningkatan kasus Covid-19.
Memasuki pekan ketiga pembukaan kembali taman rekreasi dan margasatwa di DKI Jakarta, pengelola beberapa destinasi wisata melaporkan peningkatan jumlah pengunjung. Peningkatan tercatat meski sejumlah pembatasan masih diberlakukan selama masa transisi.
Kepala Bagian Humas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Sahda Silalahi menyampaikan, tren peningkatan jumlah kunjungan terlihat pada akhir pekan, khususnya Minggu. Jumlah pengunjung bisa mencapai 20.000 orang sesuai dengan kapasitas maksimum yang ditetapkan mulai 20 Juni 2020.
Padahal, sampai saat ini, kata Sahda, belum semua obyek wisata dibuka karena tetap harus mengutamakan protokol kesehatan. Untuk Snowbay Waterpark, Istana Anak-anak Indonesia, dan Teater Keong Mas belum dibuka.
”Kalau kereta gantung itu sudah boleh, tetapi jumlah orang yang naik pun dibatasi hanya 2 orang, kecuali keluarga yang memang tinggal satu rumah. Jadi, protokol kesehatan itu tetap yang utama,” kata Sahda yang dihubugi Kompas, Selasa (7/7/2020).
Mayoritas dari pengunjung yang datang tidak sekadar untuk berwisata, tetapi juga untuk berolahraga, khususnya bersepeda.
Tren peningkatan pengunjung juga dilaporkan Taman Margasatwa Ragunan (TMR), terutama pada hari Minggu. Pada Minggu tanggal 28 Juni 2020, jumlah pengunjung tercatat mencapai maksimal kapasitas 1.000 orang. Adapun Minggu lalu, tanggal 5 Juli 2020, jumlah pengunjung tembus 1.470 orang.
Kepala Satuan Pelaksana Promosi TMR Ketut Widarsono mengatakan, jumlah pengunjung yang melampaui 1.000 orang terjadi karena ada pengunjung dadakan, yang tidak mendaftar secara online.
”Di sini tidak ada penambahan kuota, tetap dibatasi. Namun, untuk antisipasi pengunjung dadakan, kami menyediakan formulir di tempat,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Berbeda dengan TMII, TMR hanya mengizinkan kunjungan warga ber-KTP Jakarta. Namun, antusiasme masyarakat untuk datang terus meningkat. Bahkan, sepekan terakhir, TMR masih harus menolak ratusan pengunjung yang tidak memenuhi syarat kunjungan.
Dari catatan mereka, selama 30 Juni sampai 5 Juli 2020, ada 132 pengunjung dari luar DKI Jakarta. Ada juga 126 anak usia 9 tahun ke bawah dan 17 lansia. Kriteria pengunjung tersebut, termasuk ibu hamil, tidak diperkenankan untuk mengunjungi TMR selama masa transisi.
Head Corporate Communication Taman Impian Jaya Ancol Rika Lestari juga menyampaikan adanya peningkatan pengunjung. Pada akhir pekan, rata-rata pengunjung mencapai 5.000-7.000 orang, sementara untuk hari-hari biasa sekitar 2.000-3.000 orang. Adapun jumlah pengunjung Ancol pun dibatasi sekitar 10.000 orang per hari.
”Memang, tujuan kami bukan ramai pengunjung karena memang masih ada pembatasan-pembatasan yang diberlakukan. Kami melihat situasi ini masih landai, tetapi responsnya cukup baik,” ujar Rika.
Rasa aman
Meski jumlah wisatawan terus meningkat, sejumlah masyarakat masih menilai bahwa tempat wisata di Jakarta relatif aman. Pengalaman itu dirasakan Rendiyan (30), karyawan swasta di Jakarta, yang menyempatkan diri bersepeda di Pantai Ancol bersama teman-teman, Minggu lalu (5/7).
”Awalnya kangen aja untuk ke pantai, jadi kemarin Minggu pagi ke Ancol dan untungnya sepi. Jadi, kami bisa berolahraga dengan rasa aman karena enggak dalam kerumunan banyak orang,” ucapnya.
Menurut dia, dalam masa PSBB transisi, masyarakat harus tetap bijak dalam menggunakan kesempatan berolahraga di luar rumah. ”Jangan sampai kita malah menciptakan kluster baru penyebaran Covid-19,” ucap Rendiyan.
Pendapat yang sama diungkapkan Melinda Sari (25) yang sempat mengunjungi TMR pada Minggu kedua pembukaan tempat wisata di Jakarta Selatan tersebut. Penerapan protokol kesehatan yang ketat oleh petugas membuatnya tenang berekreasi.
”Di sana protokol kesehatan benar-benar diterapkan dan difasilitasi, khususnya di pintu masuk. Selama di sana, saya juga merasa lebih aman karena tempatnya luas, jadi potensi berpapasan dengan orang lain itu minimal sekali,” ujarnya.
Terus dievaluasi
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus mengevaluasi penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Pembukaan tempat wisata, menurut dia, terus diawasi bersamaan dengan fluktuasi jumlah penambahan kasus positif Covid-19.
”Dari evaluasi PSBB transisi fase pertama, ternyata jumlah RT yang memiliki penambahan kasus meningkat lagi. Makanya, diperpanjang melalui fase kedua, dengan tidak ada pelonggaran di daerah lain,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia.
Meski demikian, dalam webinar bersama Markplus Inc, Senin (6/7) lalu, Cucu mengatakan, pelonggaran di tempat wisata masih diberlakukan karena rasio penularan virus korona jenis baru sudah di bawah satu. Artinya, satu orang positif berpotensi menularkan virus hanya kepada satu orang. Rasio itu lebih kecil dibandingkan sebelumnya yang mencapai angka empat.
Pemprov pun berusaha menjamin keamanan tempat wisata dari penyebaran Covid-19, dengan mewajibkan pengelola tempat wisata untuk mematuhi protokol kesehatan, melalui pakta integritas dan penilaian mandiri.
”Pertimbangan pelonggaran tempat wisata ada tiga faktor. Pertama, mempertimbangkan potensi penyebaran di lokasi wisata indoor atau outdoor. Kedua, apakah pelonggaran akan membawa manfaat atau tidak kepada masyarakat. Lalu, sejauh mana ini bisa memberi pengaruh pada ekonomi, seperti penyerapan tenaga kerja, pemasukan pajak, dan lainnya,” tuturnya.
Ia pun berharap perekonomian Jakarta kembali naik pada triwulan ketiga dan keempat 2020, dengan didukung kegiatan pariwisata. Hal ini sangat diharapkan meski jumlah kunjungan wisatawan ke 20 destinasi wisata di Jakarta anjlok sejak caturwulan pertama tahun ini.
Berdasarkan catatannya, jumlah wisatawan di 20 destinasi wisata selama Januari-April 2020 hanya 4,9 juta orang. Sementara pada periode yang sama tahun 2019 jumlahnya 12,68 juta orang. Destinasi wisata itu, antara lain, adalah Ancol, TMII, TMR, Monumen Nasional, Kota Tua, dan Museum Sejarah Jakarta.