Kebijakan KRL Kosong di Stasiun Akhir Hapus Praktik ”Booking Seat”
Warga menangapi berbeda kebijakan PT KCI mengosongkan kereta di stasiun akhir. Ada yang mendukung kebijakan itu karena dinilai mampu memghapus praktik booking seat.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
Kebijakan PT Kereta Commuter Indonesia mengosongkan kereta di stasiun akhir ditanggapi berbeda-beda oleh para penggunanya. Sebagian warga setuju dengan kebijakan itu untuk menghindari praktik booking seat yang kerap kali dilakukan penumpang kereta.
PT Kereta Commuter Indonesia membuat kebijakan mengosongkan kereta saat tiba di stasiun akhir. Tujuannya, untuk menanggulangi antrean penumpang di luar stasiun yang masih terjadi di jam sibuk.
Salah satu pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) asal Tambun, Kabupaten Bekasi, Pandu Aji Prakoso (21), mengaku kurang setuju dengan kebijakan itu. Sebab, ia sering naik kereta ke stasiun yang berlawanan arah dengan stasiun tujuannya untuk relaksasi tubuh setelah lama berdiri.
"Saya sendiri pengguna cara tersebut. Saya sering kali dari Stasiun Manggarai-Jakarta Kota untuk menuju Cikarang. Cukup membantu merelaksasi badan sebelum berdiri bergantian dengan yang lebih membutuhkan," kata Pandu, di Bekasi, Kamis (2/7/2020).
Meski begitu, Pandu menilai kebijakan itu sebenarnya efektif menghindari praktik booking seat. Sebab, ada penumpang tertentu yang menjalankan praktik itu untuk mengakomodir temannya yang sudah menunggu di stasiun akhir.
Adapun Melin (21), salah satu pengguna KRL dari Stasiun Bekasi, saat ditemui di Stasiun Bekasi, Kota Bekasi, mendukung kebijakan itu untuk memberi keadilan bagi mereka yang sudah mengantre lama di stasiun keberangkatan.
"Kadang itu sebal aja ya. Kita sudah mengantre lama, saat mau menumpang malah keretanya sudah ada yang mengisi," ujar karyawan hotel di Jakarta Barat, itu.
Kadang itu sebal aja ya. Kita sudah mengantre lama, saat mau menumpang malah keretanya sudah ada yang mengisi.
Melin berharap kebijakan ini konsisten diterapkan PT KCI hingga selesai pandemi Covid-19. Sebab, praktik merebut hak pengguna KRL lain dengan sengaja naik di stasiun yang berlawanan kerap dilakukan penumpang yang ingin mendapat tempat duduk.
Kebijakan ini juga dinilai tidak mudah diterapkan di masa PSBB transisi, lantaran pengguna KRL yang kian meningkat sejak diterapkannya adaptasi normal baru. Antrean di jam sibuk di stasiun-stasiun besar, seperti Stasiun Bekasi atau Manggarai kerap terjadi.
"Supaya konsisten, saya harap ada penambahan frekuensi perjalanan kereta, terutama di jam sibuk. Kadang itu, kalau sudah sore bisa antre sampai satu jam," katanya.
Sebelumnya, Erni Sylvianne Purba, Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI), Rabu (1/7/2020), menjelaskan, sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi, jumlah penumpang KRL terus meningkat. Di tengah pandemi Covid-19, manajemen PT KCI menerapkan protokol kesehatan, salah satunya membatasi jumlah penumpang di dalam stasiun, di peron, dan di dalam kereta. Akibatnya, penumpang yang hendak masuk stasiun mengantre.
Di sejumlah stasiun pemberangkatan, penumpang harus mengantre demi bisa naik kereta. Oleh sebagian penumpang, hal itu dirasa menyulitkan sehingga ada sejumlah penumpang yang diketahui naik KRL ke stasiun-stasiun yang menjadi titik pemberangkatan meskipun stasiun tujuannya berada di arah sebaliknya. Mereka naik KRL ke arah yang sesungguhnya berlawanan dengan stasiun tujuannya agar dapat naik kereta dengan cepat tanpa harus mengikuti penyekatan dan antrean pengguna di stasiun.
Sebagai contoh, pada pagi hari, sejumlah orang dengan tujuan akhir Stasiun Gondangdia naik dari Stasiun Cilebut. Namun, bukannya menunggu kereta di peron arah ke Jakarta Kota, mereka menunggu kereta di peron arah ke Bogor yang tidak ada penyekatan karena memang arah tersebut berlawanan dengan pola pergerakan mayoritas penumpang pada jam sibuk.
Mereka kemudian menaiki kereta arah ke Bogor yang memang kosong. Sesampainya di Stasiun Bogor, mereka tetap duduk, tidak turun dari kereta dan langsung menunggu kereta berangkat kembali ke arah Jakarta Kota.
Pada sore hari, sejumlah pengguna dengan tujuan Bogor atau Bekasi juga memilih untuk naik kereta tujuan Jakarta Kota lebih dahulu. Di Stasiun Jakarta Kota, mereka menunggu di dalam hingga kereta berangkat kembali ke arah sesuai stasiun tujuannya.
Perilaku ini, lanjut Purba, sebenarnya telah ada sejak masa sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, sebagian pengguna KRL menempuh cara ini untuk mendapatkan tempat duduk selama perjalanan menggunakan KRL.
Perilaku ini, lanjut Purba, sebenarnya telah ada sejak masa sebelum pandemi Covid-19. Sebelumnya, sebagian pengguna KRL menempuh cara ini untuk mendapatkan tempat duduk selama perjalanan menggunakan KRL.
Namun, di masa pandemi dengan berbagai pembatasan yang ada, Purba menegaskan, tindakan tidak bertanggung jawab semacam ini membuat jumlah pengguna dari stasiun pemberangkatan tidak dapat dimuat maksimum ke dalam kereta. Dampaknya, antrean kereta di stasiun menjadi tidak lancar. Tindakan sebagian pengguna itu membuat ribuan orang harus mengantre lebih lama lagi di stasiun.