Pengawasan Ketat Seiring Penambahan Penumpang MRT dan KRL Saat PSBB Transisi
Memasuki pekan keempat PSBB transisi, jumlah penumpang angkutan umum terus bertambah. Operator angkutan memastikan protokol kesehatan tetap diberlakukan.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
KOMPAS/SHARON PATRICIA
Antrean pengguna kereta ”commuter line” di Stasiun Bogor, Senin (15/6/2020) pagi. Para pengguna KRL yang terus bertambah diimbau tetap menjaga jarak dalam masa pembatasan sosial berskala besar transisi.
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki pekan keempat pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi, jumlah pengguna angkutan umum berbasis rel terus meningkat. Meski begitu, operator tetap memastikan protokol kesehatan dipatuhi dan dipenuhi, serta menyiapkan langkah antisipasi guna meredam persebaran virus korona.
Muhammad Effendi, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Senin (29/6/2020), menjelaskan, pada Juni, angka penumpang MRT memang terus tercatat naik. Hal itu dimungkinkan karena, dalam PSBB transisi, sejumlah kegiatan ekonomi sudah mulai dilonggarkan.
Pada April, rata-rata penumpang harian MRT Jakarta sebanyak 4.059 orang. Lalu, Mei, rata-rata per hari penumpang MRT Jakarta 1.405 orang. Untuk Juni, sampai dengan 26 Juni 2020, rata-rata penumpang per hari 10.977 orang. Pekan lalu, ada hari-hari ketika penumpang mencapai lebih dari 18.000 orang per hari.
”Ridership MRT Jakarta semakin bertambah. Namun, masih perlu waktu untuk kembali ke angka normal,” kata Effendi.
Kompas
Stasiun MRT Senayan, Jakarta, Rabu (3/6/2020), tidak dioperasikan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Situasi yang sama juga terjadi di kereta komuter. Dengan berpatokan pada angka penumpang di hari Senin yang merupakan awal pekan, angka penumpang kereta komuter juga naik.
Erni Sylvianne Purba, VP Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI), dalam keterangan tertulis menjelaskan, penumpang KRL per Senin (29/6) pagi tercatat kembali meningkat dibandingkan Senin pekan sebelumnya.
Data tiket elektronik PT KCI menunjukkan pada Senin pagi hingga pukul 10.00, jumlah pengguna KRL meningkat 9 persen dibandingkan dengan Senin pekan lalu. Hingga pukul 10.00, tercatat ada 155.555 pengguna KRL, sementara pada Senin (22/6) jumlah pengguna 143.237 orang.
Sejumlah stasiun yang tercatat mengalami peningkatan jumlah pengguna, lanjut Purba, adalah Stasiun Bogor, Bojonggede, Citayam, dan Bekasi. Di stasiun-stasiun itu, penumpang meningkat 8-29 persen. ”Khusus di Stasiun Bogor pada Senin pagi hingga pukul 10.00, jumlah pengguna tercatat 11.701 pengguna,” ujar Purba.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Penumpang KRL yang turun di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jumat (26/6/2020). Tes cepat Covid-19 yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Barat di stasiun ini sebagai upaya tetap mendeteksi pandemi korona di era normal baru.
Meski terjadi kenaikan jumlah penumpang atau ridership, baik manajemen MRT Jakarta ataupun KRL memastikan protokol kesehatan tetap diterapkan. Bahkan, untuk MRT Jakarta sudah menyiapkan antisipasi apabila jumlah penumpang bertambah, setidaknya mencapai 70.000 penumpang per hari.
Effendi menjelaskan, MRT Jakarta menerapkan protokol bangkit selama PSBB transisi. Di dalamnya, penumpang wajib mengenakan masker, dicek suhu badannya, lalu juga memperhatikan kebersihan diri, seperti mencuci tangan dengan hand sanitizer atau air mengalir dan menjaga tidak berbicara di dalam kereta. Adapun untuk manajemen MRT Jakarta, pengelola selalu mengupayakan kebersihan kereta dan seluruh fasilitas.
Selain itu, MRT Jakarta sudah menyiapkan pola-pola antrean apabila jumlah penumpang per hari mencapai 70.000 orang. Hal itu didukung pula pemasangan tanda-tanda boleh berdiri dan tidak. MRT Jakarta juga akan memasang thermal scanner atau alat pengukur suhu tubuh di 13 stasiun MRT.
”Juga nanti jam sibuk atau peak hour akan kita perpanjang, dari 2 jam menjadi 3 jam. Namun, protokol kesehatan tetap kita berlakukan,” kata Effendi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana antrean calon penumpang KRL di sekitar pintu masuk Stasiun Bogor, Kota Bogor, Senin (15/6/2020). Pemerintah melalui Gugus Tugas Covid-19 mengeluarkan surat edaran pengaturan jam kerja bergiliran bagi karyawan di wilayah Jabodetabek.
Sementara dari KRL, lanjut Purba, untuk mengantisipasi kenaikan penumpang, KCI juga memasang tanda-tanda tempat penumpang boleh berdiri atau tidak untuk antre masuk ke stasiun atau peron.
”Di tengah peningkatan volume ini, pengguna di seluruh stasiun KRL pada Senin pagi dapat mengantre dengan tertib. Pengguna antre sesuai marka yang tersedia dan senantiasa mengikuti arahan dari petugas. PT KCI berterima kasih atas kerja sama dan kesadaran para penggguna KRL dalam mengikuti antrean dan protokol kesehatan di stasiun,” tutur Purba.
PT KCI juga memfasilitasi penumpang dengan layanan baru yang menginfokan posisi antrean di stasiun. ”Kami mulai hari ini, mengujicobakan layanan informasi terbaru berupa info posisi antrean di Stasiun. Info ini disajikan melalui aplikasi KRl Access serta Twitter dan Instagram @commuterline. Para pengguna kemudian menjadikan informasi ini untuk mempertimbangkan kembali waktu keberangkatan ataupun moda transportasi yang akan dipilih,” paparnya.
Sama seperti moda angkutan lainnya, penumpang KRL tetap diimbau untuk menggunakan masker, ikuti pengukuran suhu tubuh, mencuci tangan di wastafel yang sudah disediakan, dan selalu jaga jarak dengan mematuhi marka yang ada.
Sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19, lanjut Purba, petugas juga rutin membersihkan stasiun dan kereta KRL. Caranya, menyemprotkan cairan disinfektan saat KRL selesai beroperasi dan membersihkan bagian-bagian di dalam KRL yang sering disentuh, seperti gagang dan tiang di dalam KRL.
Railink mulai operasi
Secara terpisah, Mukti Jauhari selaku Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Railink dalam keterangan tertulis menyampaikan, mulai 1 Juli 2020 Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta kembali melayani penumpang. PT Railink telah menyusun langkah-langkah adaptasi kebiasaan baru yang harus dipatuhi oleh penumpang saat berada di area stasiun dan saat di dalam perjalanan kereta api bandara.
Langkah-langkah kebiasaan baru itu berlaku untuk penumpang, petugas di stasiun, juga sarana dan fasilitas angkutan. Protokol kesehatan diterapkan ketat dalam operasional layanan kereta api bandara.