Beri Hak Warga Berolahraga, Benahi Jalanan dan Taman di Permukiman
Dalam teori perkotaan, pejalan kaki, pesepeda, dan taman adalah satu paket pembangunan. Membeda-bedakan akses terhadap ruang publik, seperti peruntukan HBKB hanya untuk pesepeda menyalahi konsep tersebut.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membagi lokasi hari bebas kendaraan bermotor atau HBKB menjadi 32 titik baik untuk mengurai keramaian. Akan tetapi, butuh pendekatan yang lebih komprehensif dengan cara membenahi taman-taman, hutan kota, dan fasilitas olahraga umum di dekat wilayah permukiman karena merupakan hak masyarakat.
”Ada kejenuhan masyarakat setelah menjalani pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama tiga bulan terakhir. Kita semua hendaknya mengantisipasi arus pergerakan manusia yang ingin berekreasi sambil berolahraga dan mencegahnya menjadi kluster baru penularan Covid-19,” kata dosen dan peneliti tata kota dari Universitas Tarumanagara, Jakarta, Suryono Herlambang, Sabtu (27/6/2020).
Dinas Perhubungan Jakarta mengumumkan ada 32 lokasi HBKB yang tersebar di lima wilayah Ibu Kota. Jalan Sudirman dan MH Thamrin yang selama ini menjadi lokasi HBKB ditutup sementara akibat pada hari Minggu tanggal 21 Juni diperkirakan ada 40.155 orang yang berolahraga di sana seperti berjalan kaki dan bersepeda, sehingga tidak bisa dilakukan jaga jarak fisik. (Kompas.id, 26 Juni 2020)
Kepala Dishub Jakarta Syafrin Liputo menjabarkan bahwa warga yang datang ke HBKB Sudirman-Thamrin mengendarai kendaraan pribadi atau naik angkutan umum. Akibatnya, terjadi lonjakan jumlah kendaraan yang diparkir maupun penumpang di bus Transjakarta, MRT, dan KRL.
Namun, 32 lokasi HBKB baru ini hanya ditujukan untuk para pesepeda. Syafrin mengatakan alasannya agar masyarakat datang ke sana dengan mengendarai sepeda dari rumah masing-masing. Bahkan, warga yang datang tidak mengendarai sepeda akan dihalau. Cara ini diharapkan mencegah adanya kemacetan kendaraan pribadi dan kepadatan di angkutan umum.
Lokasi dekat rumah
Suryono menjelaskan, niat baik ini semestinya dilakukan bertahap dengan cara melakukan pembenahan di jalan-jalan dan lokasi potensial HBKB di sekitar wilayah permukiman. Baik pesepeda maupun pejalan kaki harus dipenuhi haknya. Jika bisa, jangan hanya di Jakarta, tetapi perlu keikutsertaan pemerintah daerah Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi agar warga mereka tidak perlu ke Jakarta untuk berolahraga.
Hingga kini, taman-taman dan hutan kota di dekat permukiman masih ditutup. Padahal, tempat-tempat ini strategis untuk menampung warga yang ingin olahraga di luar rumah dengan cara berjalan kaki.
Hingga kini, taman-taman dan hutan kota di dekat permukiman masih ditutup. Padahal, tempat-tempat ini strategis untuk menampung warga yang ingin olahraga di luar rumah dengan cara berjalan kaki.
Di wilayah Jakarta Selatan misalnya, ada Taman Sepat dan Taman Dadap Merah yang terletak di Kelurahan Kebagusan, Pasar Minggu. Lokasi tepat di tengah wilayah permukiman, hanya akses jalannya sempit dan tidak nyaman jika dilewati dengan berjalan kaki karena harus berebut tempat dengan pengendara sepeda motor dan mobil.
”Animo masyarakat untuk berolahraga di luar rumah sebenarnya imbauan bagi pemerintah untuk segera membenahi jalan-jalan di Jakarta agar nyaman serta aman diakses pejalan kaki dan pesepeda. Dalam teori perkotaan, pejalan kaki, pesepeda, dan taman adalah satu paket pembangunan,” tuturnya.
Ia menerangkan apabila warga merasa tidak nyaman berjalan dari rumah ke taman terdekat dengan alasan jalanan yang kotor atau berisiko tertabrak kendaraan bermotor, mereka lebih memilih pergi ke tempat yang jauh tetapi dianggap mengasyikkan. Hal ini yang membuat HBKB Sudirman-Thamrin, Monumen Nasional, dan Gelora Bung Karno selalu ramai. Selain juga ada fasilitas hiburan seperti tempat makan di sepanjang wilayah itu.
"Bisa dikembangkan jejaring integrasi trotoar, jalur sepeda, dan taman kota atau fasilitas umum lainnya. Misalnya menghubungkan Taman Manggala Wanabakti, kompleks GBK, pasar bunga Rawabelong, Akuarium Jakarta, dan seterusnya sehingga warga tidak menumpuk di lokasi tertentu," papar Suryono.
Lokasi lain seperti Jalan Inspeksi Kanal Timur dan Jalan Inspeksi Cikini juga potensial untuk tempat joging maupun bersepeda. Apabila jalan-jalan itu dirapikan dan dipercantik, warga akan bersedia berolahraga di sana.
Pada diskusi virtual mengenai pembatasan sosial berskala lokal, pegiat waspada Covid-19 yang aktif di media sosial, Tirta Mandira Hudhi mengampanyekan bahwa olahraga sejatinya bisa dilakukan setiap hari di rumah masing-masing. Justru, kebijakan pemerintah agar warga bekerja atau belajar dari rumah bisa dimanfaatkan untuk berolahraga setiap pagi atau sore secara teratur.
Apabila jenuh di rumah, sebenarnya jogging ataupun bersepeda juga bisa dilakukan dengan berkeliling tempat tinggal. Tidak perlu jauh-jauh. "Sebaiknya kita refleksi dulu apakah alasan kita harus pergi ke HBKB di hari Minggu memang karena ingin olahraga atau karena ingin eksis bergaul? Bagaimanapun juga kita masih dalam kondisi wabah dan rentan terkena penyakit. Prioritaskan menghindari keramaian,” katanya.
Sebaiknya kita refleksi dulu, apakah alasan kita harus pergi ke HBKB di hari Minggu memang karena ingin olahraga atau karena ingin eksis bergaul?