Tak Ada Reaktif dari 2.500 Tes, Hasil Tes Cepat di Pasar Tradisional Tangsel Diragukan
Di saat jumlah kasus Covid-19 di pasar tradisional terus meluas, tidak ada satu pun kasus Covid-19 ditemukan di pasar tradisional di Tangerang Selatan. Padahal, Tangsel termasuk zona merah penyebaran Covid-19.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan telah melaksanakan tes cepat di lima pasar tradisional. Dari hasil tes cepat itu, tidak ada satu pun yang ditemukan reaktif sehingga Tangerang Selatan menjadi salah satu wilayah yang tidak ditemukan kasus Covid-19 di pasar tradisional. Namun, epidemiolog meragukan hasil tes tersebut.
Berdasar data Ikatan Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (Ikappi), hingga Kamis (25/6/2020), penemuan kasus positif Covid-19 di pasar tradisional di Indonesia terus bertambah. Kluster-kluster baru di pasar tradisional bermunculan. Namun, tidak demikian dengan pasar tradisional di wilayah Tangerang Raya yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.
Menurut Ketua Satuan Tugas Covid-19 Dewan Pimpinan Pusat Ikappi Dimas Hermadiansyah, hingga hari ini penemuan kasus Covid-19 di pasar-pasar tradisional di Tangerang Raya relatif masih sedikit. Sejauh ini hanya ada satu kasus di Tangerang Raya, yaitu di Pasar Sipon, Kota Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu. Di sana ditemukan tiga kasus positif Covid-19.
Adapun di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel) belum ditemukan satu pun kasus Covid-19 di pasar tradisional meski Tangsel berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan termasuk zona merah Covid-19. Dimas mengatakan, kondisi itu mungkin disebabkan belum adanya tes yang dilakukan pemerintah daerah.
Meski demikian, tidak adanya kasus positif Covid-19 di pasar tradisional Tangsel bukan karena tidak ada tes yang dilakukan sama sekali. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tangerang Selatan telah mengadakan tes cepat bagi 2.500 pedagang di lima pasar tradisional, yaitu Pasar Ciputat, Serpong, Modern BSD, Bintaro, dan Pasar Jombang.
Kepala Disperindag Tangsel Maya Mardiana mengatakan, hasil tes seluruh pedagang pasar tersebut non-reaktif. Maya berencana melakukan tes cepat kembali di dua pasar tradisional, yaitu Pasar Cimanggis dan Pasar Pamulang. Kuota yang disediakan mencapai 100 alat tes untuk dua pasar.
Maya menyampaikan, Disperindag Tangsel terkendala kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam menerapkan protokol kesehatan di pasar tradisional. Apabila dari hasil tes cepat nanti ada yang hasilnya reaktif, Maya mengatakan, disperindag tidak akan serta merta menutup pasar.
”Jika reaktif, yang bersangkutan akan diisolasi dan dilakukan tes swab untuk memastikan apakah positif atau tidak. Setelah itu dilakukan tracing dan penutupan dengan informasi terlebih dulu,” katanya.
Negatif palsu
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, berpendapat, tidak adanya kasus Covid-19 di pasar tradisional di Tangsel agak meragukan. Sebab, tidak mungkin dari 2.500 tes tidak ada satu pun yang reaktif mengingat posisi Tangsel yang saat ini berada di zona merah penyebaran Covid-19.
Ia menduga, ada kemungkinan hasil tes cepat itu false negatif. Menurut Tri, 30 persen hasil tes cepat kemungkinan false negatif sehingga hasil tesnya terkadang tidak akurat menunjukkan apakah seseorang benar-benar telah tertular Covid-19 atau tidak. Sebab, tes cepat hanya melihat reaksi antibodi seseorang yang dihasilkan ketika virus SARS-CoV-2 telah masuk ke tubuh.
”Kalau dari perhitungan saya, setidaknya ada lima orang yang hasil tes cepatnya reaktif. Maka dari itu, kalau memungkinkan dan ada biaya, sebisa mungkin pemerintah daerah menggunakan tes swab yang lebih akurat hasilnya,” katanya.
Tri Yunis mengkritisi langkah penanganan yang diungkapkan Maya. Menurut Tri, jika ada hasil tes cepat pedagang pasar yang reaktif, pasar semestinya harus segera ditutup dan jangan menunggu hasil tes usap tenggorokan (swab) keluar. Hal itu karena jika nanti hasil tes usap tenggorokan keluar dan dinyatakan positif, kemungkinan orang yang tertular bisa lebih banyak lagi karena pasar masih dibiarkan buka.
Masih meningkat
Tren penyebaran Covid-19 di pasar tradisional di Indonesia sejauh ini masih mengalami peningkatan. Kondisi itu dipicu rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Jika ini dibiarkan berlarut-larut, penyebaran Covid-19 di pasar tradisional masih akan terus terjadi.
Dimas mengungkapkan, hingga kini masih terdapat tren penambahan kasus positif Covid-19 di sejumlah pasar tradisional. Berdasar data Ikappi, hingga Kamis (25/6/2020), ada 133 pasar tradisional dengan kasus Covid-19. Jumlah kasus positif Covid-19 di seluruh pasar tradisional itu mencapai 709 kasus dengan 32 orang di antaranya meninggal.
Menurut Dimas, kasus terbaru di Jakarta di antaranya ada di Pasar Palmerah, Pasar Rawamangun, dan Pasar Petojo. Di luar Jabodetabek dilaporkan ada kasus juga di pasar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
”Penambahan kasus Covid-19 di pasar tradisional masih terus terjadi akibat tidak diterapkannya protokol kesehatan secara optimal,” kata Dimas.
Ia menuturkan, dari hasil pengamatan Satgas Ikappi di sejumlah pasar, pengelola pasar dengan para petugas keamanan terlihat berjaga, tetapi hanya di bagian depan pasar. Dengan ukuran rata-rata pasar tradisional yang sedemikian luas, pemantauan penerapan protokol kesehatan terhadap pengunjung secara keseluruhan tidak optimal karena jumlah petugas yang terbatas.
Situasi itu diperburuk pengunjung dan juga pedagang yang tidak mengenakan masker secara benar. Mereka juga sulit menjaga jarak fisik. Di luar itu ada pula fenomena pedagang yang berdagang di pasar di luar yang dikelola resmi. Pasar-pasar itu biasanya ada di tepi jalan dan buka malam hari hingga pagi hari.
”Di pasar-pasar tak resmi seperti itu kelihatan protokol kesehatannya cenderung tidak bisa berjalan. Saat ini memang keadaan di pasar ini agak sulit diatur. Perlu upaya yang serius untuk menerapkan protokol kesehatan di pasar,” katanya.