PSBB Dilonggarkan di Tangsel, Gerai Mal Masih Sepi Pengunjung
Pusat perbelanjaan di Tangerang Raya kembali diizinkan beroperasi dengan sejumlah syarat. Meksi ada pelonggaran, kondisi itu tidak serta merta membuat gerai-gerai di mal dipadati pengunjung.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Kendati pembatasan sosial berskala besar di Tangerang Raya telah dilonggarkan, situasi itu belum berpengaruh signifikan terhadap penjualan sejumlah gerai di mal-mal hingga Selasa (23/6/2020). Penjualan di sektor riil belum terangkat karena tingkat kunjungan ke mal masih rendah.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tangerang Selatan Maya Mardiana mengatakan, ada pelonggaran pada perpanjangan tahap empat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Tangsel yang berakhir pada 28 Juni 2020. Pelonggaran ditandai dibukanya kesempatan bagi pusat perbelanjaan atau mal untuk menambah jumlah gerai yang boleh buka selama PSBB sesuai dengan Peraturan Wali Kota Tangsel Nomor 19 Tahun 2020.
Syaratnya, pengelola mal harus mengajukan permohonan rekomendasi kepada Ketua Gugus Tugas Covid-19 Tingkat Daerah yang dilengkapi dengan pakta integritas dan rencana pengelolaan. Maya mengungkapkan, dari 11 mal yang ada di Tangsel, 10 mal yang telah mengajukan permohonan.
Pemkot Tangsel telah memeriksa kesiapan tujuh mal dan tiga di antaranya dinyatakan memenuhi syarat. Ketiga mal itu adalah Teraskota, Living World, dan Bintaro Xchange.
”Sekarang ada pelonggaran, misalnya gerai yang menjual hardware dan software boleh. Tapi kalau yang masih berkontak langsung, seperti salon dan spa, masih ditutup,” ujar Maya.
Kendati ada pelonggaran, kondisi tersebut belum signifikan mendongkrak jumlah kunjungan pengunjung ke mal. Di Living World, Alam Sutera, Banten, misalnya, saat jam makan siang suasana di dalam mal sangat lengang. Sejumlah gerai, seperti gerai pakaian, masih tutup dan hanya menjalani pembelian daring.
Protokol kesehatan diterapkan dengan sangat ketat sejak pintu masuk. Pengunjung diarahkan petugas keamanan berpelindung wajah untuk mencuci tangan sebelum masuk. Suhu tubuh pengunjung diukur dan mereka wajib mengenakan masker.
Asisten Public Relations and CRM Manager Living World Teguh Perbawa mengutarakan, pertumbuhan jumlah pengunjung dibandingkan sebelum diberlakukan PSBB atau sekitar April 2020 belum signifikan. Hal itu turut dipengaruhi kebijakan membatasi kapasitas mal yang maksimal menampung 50 persen pengunjung selama PSBB.
”Dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung, otomatis berpengaruh juga terhadap omzet tennant yang belum mencapai target. Akan tetapi, omzet mereka terbantu juga dari pesanan secara online,” kata Teguh.
Di Kota Tangerang, perusahaan penyedia produk rumah tangga IKEA juga menghadapi persoalan serupa. Public Relations IKEA Ririn Basuki mengatakan, meski Pemerintah Kota Tangerang telah memberikan izin bagi IKEA untuk kembali buka, hal itu belum mampu meningkatkan jumlah pengunjung.
”Jumlah pengunjung jauh di bawah normal karena kami menerapkan protokol kesehatan dan pembatasan jumlah pengunjung,” kata Ririn.
Ririn tidak bersedia menyebutkan jumlah pengunjung saat situasi normal ataupun saat PSBB. Namun, ia memberikan gambaran tingkat kunjungan kini merosot hingga di bawah 50 persen secara keseluruhan.
Di Teraskota, Manajer Promosi dan Leasing Teraskota Mall Herliana Dewi menyampaikan, jumlah pengunjung harian di Teraskota masih berada di kisaran 30 persen dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Jumlah pengunjung harian di Teraskota sebelum penerapan PSBB bisa mencapai 5.000-7.000 pengunjung.
Meski gerai yang dibuka bertambah, situasi itu belum mampu mendongkrak jumlah pengunjung. Herliana bependapat, warga masih enggan dan takut datang ke mal karena penyebaran Covid-19 masih ada. Selain itu, protokol kesehatan yang diterapkan pengelola Teraskota juga dirasa merepotkan masyarakat yang belum terbiasa.
Selain wajib mencuci tangan dan mengenakan masker, pengunjung Teraskota juga harus berjalan mengikuti alur yang telah ditentukan pengelola mal. Adanya alur tersebut membuat pengunjung harus berjalan agak memutar dan tidak bisa memotong jalan.
”Mungkin kami terlalu mengatur, tapi itu demi mencegah penularan Covid-19. Pengunjung yang sebelumnya tidak terbiasa mengikuti protokol kesehatan merasa terbebani dan menganggap ini sesuatu yang ribet dan akhirnya tidak jadi ke mal,” katanya.
Karena jumlah pengunjung masih sedikit, gerai di Teraskota pun merasakan penurunan pembeli. Rina, karyawan toko Girlie, toko pernak-pernik wanita, mengatakan, jumlah pembeli kini tidak ramai dulu. Meski PSBB di Tangsel telah dilonggarkan, pengunjung mal tidak bertambah signifikan.
Gerai tempat Rina bekerja baru kembali buka pada 15 Juni 2020 setelah tutup selama PSBB. Pembukaan gerai juga diikuti syarat menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Pengunjung gerai dibatasi hanya empat hingga delapan orang. Selain itu, pengunjung juga wajib mengenakan masker. Adapun pramuniaga wajib mengenakan pelindung wajah dan sarung tangan. Tersedia pula hand sanitizer di meja kasir.
Terkait omzet, Rina tidak bersedia menyebut penurunan omzet gerainya, tapi penurunannya berkisar 30 persen. ”Sekarang ini pengunjung masih sepi, termasuk pada akhir pekan. Penurunan omzet juga disebabkan bioskop dan pusat kebugaran yang menarik banyak orang belum diperbolehkan buka,” katanya.