Pedagang Pasar Pramuka Menaikkan Harga Deksametason
Sebagian pedagang meninggikan harga obat ini hingga Rp 30.000-Rp 55.000 dari harga normal sekitar Rp 15.000 satu dus. Kepanikan turut memicu harga naik walau persediaan obat di pasar masih tercukupi.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pedagang di sentra penjualan alat dan obat medis Pasar Pramuka, Jakarta Timur, mulai meninggikan harga deksametason setelah ramai kabar obat ini mampu mengobati Covid-19. Kenaikan harga turut dipicu kepanikan sebagian orang terkait persediaan obat yang sedang minim di pasaran.
Penelusuran Kompas sepanjang Jumat (19/6/2020) di Pasar Pramuka, sebagian pedagang tampak kehabisan obat deksametason jenis tablet di pasaran. Walakin, sebagian pedagang lain masih menyimpan stok obat serupa dengan kenaikan harga yang bervariasi.
Aniyar (36), pedagang di lantai dua, menjual deksametason tablet merek Molacort kepada Kompas seharga Rp 40.000 per dus di pasaran. Harga ini naik dua kali lipat dibandingkan sepekan silam yang masih Rp 20.000 per dus, dengan isi 10 setrip.
Ia meninggikan harga lantaran sejumlah toko di sebelahnya kehabisan stok sejak tiga hari lalu. Hingga Jumat sore, pesanan stok pedagang belum juga tiba. ”Sejak kemarin, sepertinya sudah mulai banyak yang tanya,” kata perempuan ini.
Sigit (29), penjaga salah satu toko di lantai yang sama, juga menawarkan deksametason tablet merek Kimia Farma seharga Rp 30.000. Padahal, sebelumnya harga obat keluaran Kimia Farma hanya berkisar Rp 12.000 hingga Rp 15.000.
Sigit juga mulai memasang harga serupa di sejumlah platform e-dagang. ”Di tempat-tempat lain juga pada naik. Silakan dibandingkan dengan toko sebelah,” ujarnya.
Kenaikan harga di sebagian toko tidak lepas dari kabar bahwa steroid bernama deksametason sebagai obat pertama yang secara signifikan mengurangi risiko kematian pada kasus Covid-19 yang parah. Para peneliti yang tergabung dalam tim dari Universitas Oxford di Inggris mengumumkan hal ini pada Selasa (16/6/2020).
Martin Landray, profesor dari Oxford University yang juga salah satu pemimpin dalam uji coba itu, mengatakan, penggunaan deksametason kepada 2.000 pasien Covid-19 berhasil mengurangi tingkat risiko kematian hingga sepertiga bagi penderita yang hanya dapat bernapas dengan ventilator. Bagi penderita yang bernapas dengan bantuan kantong oksigen, obat ini dapat mengurangi risiko kematian hingga seperlima.
Deksametason kerap dikonsumsi sebagai obat untuk berbagai reaksi alergi, artritis reumatoid, dan asma. Deksametason berfungsi sebagai anti-inflamasi. Tim dari Oxford melaporkan dalam dosis hariannya, steroid itu dapat mencegah satu dari delapan kematian pasien berventilator dan menyelamatkan satu dari setiap 25 pasien yang mendapat bantuan oksigen.
Tidak semua naik
Kendati sejumlah toko Pasar Pramuka menaikkan harga, masih ada sebagian toko yang tetap menjual obat dengan harga normal. Pembina Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Yoyon, mengatakan, persediaan deksametason masih mencukupi kendati ada keterlambatan.
Yoyon memastikan persediaan obat di sejumlah toko masih mencukupi. Toko miliknya dan sejumlah anggota himpunan masih punya setidaknya 100 dus berisi 10 strip deksametason. Ia berharap masyarakat tidak perlu belanja panik dan membeli sesuai dengan anjuran resep dokter.
”Jumlah stok saat ini tergolong cukup. Kami dari pedagang juga saling mengawasi apabila ada pemborong yang ingin memainkan harga. Pembeli juga hanya dibolehkan membeli dalam jumlah paling banyak sekitar 10 dus,” ungkap Yoyon.
Terkait hal itu, akademisi dan praktisi klinis dari Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, mengingatkan agar masyarakat bijak dalam konsumsi obat deksametason. Sebab, obat ini punya banyak efek samping yang berbahaya apabila dalam dosis berlebihan.
Obat ini, apabila dikonsumsi dalam jangka panjang, akan menyebabkan wajah bengkak seperti bentuk bulan. Meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah, serta menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap infeksi. Masih banyak lagi dampak akut lain, maka itu Ari menganjurkan konsumsi obat disertai anjuran dokter.
”Masyarakat mesti bijak dalam membaca informasi seputar hasil penelitian penggunaan deksametason untuk pasien Covid-19. Obat ini punya catatan efek samping yang panjang sehingga harus dikonsumsi sesuai petunjuk dokter,” kata Ari.