Kapasitas Pemeriksaan Spesimen Minim, Tangerang Selatan Pesan Mesin PCR
Memperbanyak tes cepat dan uji usap akan mempercepat pendeteksian penyebaran pandemi. Diharapkan, penanganannya pun akan lebih tepat sasaran guna memutus penyebaran Covid-19.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Kapasitas pemeriksaan spesimen Covid-19 yang bisa dilakukan Pemerintah Kota Tangerang Selatan tergolong minim. Untuk mengatasi itu, Pemkot Tangsel mengandalkan pemeriksaan spesimen ke pihak luar. Kini Pemkot Tangsel telah memesan mesin untuk pemeriksaan spesimen menggunakan metode reaksi rantai polimerase atau PCR.
Keterbatasan pemeriksaan spesimen Covid-19 di Kota Tangsel diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangsel Deden Deni, Selasa (16/6/2020). Deden mengatakan, pemeriksaan spesimen di Tangsel per harinya sekitar 100 spesimen.
Kondisi itu terjadi karena selama ini Pemkot Tangsel hanya memiliki satu mesin untuk pemeriksaan spesimen di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan. Mesin yang digunakan itu pun mesin untuk mendiagnosis tuberkulosis dengan metode tes cepat berbasis molekuler (TCM). Katrid mesin tersebut diganti sehingga bisa digunakan untuk memeriksa spesimen Covid-19.
”Kapasitas pemeriksaannya per hari pun terbatas,” ujar Deden.
Selain menggunakan mesin TCM di RSUD Tangsel, pemeriksaan spesimen juga dilakukan di RS Universitas Indonesia, RS Awal Bros, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. Untuk di RS UI dan RS Awal Bros, Pemkot Tangsel mendapat kuota masing-masing 50 spesimen per hari. Adapun di Balitbangkes kuotanya tidak dibatasi. Hasil tes baru bisa diperoleh setelah 14 hari.
Keterlambatan hasil tes mengakibatkan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di Tangsel yang meninggal jauh melebihi jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meninggal. Dari data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tangsel per Selasa sore, ada dua orang PDP yang meninggal sehingga jumlah totalnya menjadi 89 orang PDP. Adapun pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meninggal sebanyak 33 orang.
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany berjanji akan meningkatkan kegiatan pelacakan kontak bagi orang yang pernah berkontak dengan pasien Covid-19. Ia mengimbau seluruh RS untuk melakukan tes usap terhadap pasien-pasien yang berkunjung ataupun menjalani rawat jalan. ”Kami akan membuka posko tes usap (swab) yang terjadwal rutin untuk pelacakan kontak,” ujar Airin melalui pesan singkat.
Untuk pengadaan mesin PCR, Pemerintah Kota Tangsel telah memesan satu unit mesin PCR yang menurut rencana akan beroperasi pada Juli 2020. Mesin itu diletakkan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Tangsel.
Deden menerangkan, pemesanan alat itu sudah dilakukan jauh-jauh hari tetapi terkendala persediaan. Keberadaan mesin PCR, menurut Deden, sudah mendesak mengingat saat normal baru diterapkan, pemeriksaan spesimen harus lebih ditingkatkan lagi.
”Kalau barangnya siap, kami akan mengejar pemeriksaan minimal 200 spesimen per hari,” kata Deden.
Dihubungi secara terpisah, epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menilai kapasitas tes PCR Tangsel sebanyak 100 spesimen per hari sangat minim dibandingkan dengan jumlah penduduk Tangsel yang mencapai sekitar 1,7 juta orang.
”Harusnya ditingkatkan mencapai 500 spesimen sehari,” katanya.
Tri Yunis menyarankan, jika Pemkot Tangsel memiliki dana, sebaiknya melakukan pemeriksaan spesimen di luar Balitbangkes. Biaya pengetesan satu spesimen ditaksir mencapai Rp 1,7 juta. Mengandalkan pemeriksaan di Balitbangkes dinilai terlalu lama sehingga hasil tes lambat diketahui dan kapasitas pemeriksaan tidak bisa diperluas.
Tri Yunis menjelaskan, kapasitas tes yang minim akan menyebabkan upaya pencegahan menjadi terlambat. Bila diagnosis cepat, upaya pencegahan akan bisa dilakukan dengan cepat. Proses isolasi terhadap pasien pun bisa segera dilakukan tanpa perlu menunggu hasil tes yang terlalu lama.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Tangsel Warman Syanudin menjelaskan, Pemkot Tangsel menganggarkan Rp 151 miliar untuk belanja tak terduga (BTT). Dari Rp 151 miliar anggaran BTT, sebanyak Rp 42 miliar dialokasikan untuk penanganan Covid-19 di Tangsel.
Sejak Maret-Juni 2020, pencairannya baru sekitar Rp 30 miliar. Dinas Kesehatan Tangsel mendapat anggaran sekitar Rp 7 miliar. Anggaran tersebut dipergunakan salah satunya untuk pengadaan mesin PCR. Warman mengklaim belum perlu menambah anggaran lagi karena alokasi Rp 151 miliar dalam BTT masih bisa dipergunakan untuk penanganan Covid-19.