Sejumlah kios gandeng yang terdiri atas dua hingga tiga lapak masih beroperasi di tengan kebijakan ganjil-genap. Pembatasan operasional ini belum dipatuhi pedagang.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Operasional pasar dengan pembatasan kios menurut tanggal ganjil-genap mulai Senin (15/6/2020) belum efektif mengatur kerumunan di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Sebagian besar pedagang memiliki kios gandeng dengan nomor ganjil dan genap sehingga mereka masih bisa beroperasi setiap hari.
Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya sebelumnya menekankan per 15 Juni, pedagang mulai berjualan secara bergantian dengan sistem tanggal ganjil-genap sesuai nomor kios. Hal ini untuk mencegah munculnya kluster penularan Covid-19 di pasar. Meski begitu, Pasar Senen Jaya tampak belum sepenuhnya menerapkan kebijakan ini.
Sejumlah kios yang masih buka rata-rata adalah kios gandeng yang terdiri atas dua sampai tiga lapak. Sejumlah kios arloji dan aksesori ponsel di lantai tiga dan empat Blok IV Pasar Senen masih buka dengan mengabaikan operasional tanggal ganjil-genap.
William (26), petugas di sebuah kios arloji lantai empat, mengatakan, tadi pagi petugas gedung memang memberitahukan soal pembatasan ganjil-genap itu. Namun, belum jelas bagaimana teknis pengaturan yang dimaksud.
”Baru hari ini ada pemberitahuan, tapi belum jelas maksudnya bagaimana. Kalau kiosnya gandengan seperti saya ini bagaimana mau tutup, kan lapaknya ada nomor ganjil dan genap,” ujar William.
Hal serupa juga tampak di Blok III dan Blok VI Pasar Senen. Di dua blok ini, ada sebagian kios yang menutup toko karena bernomor genap. Namun, kios bergandeng yang terdiri atas dua hingga tiga lapak umumnya masih buka.
Atun (29), pedagang jajanan dan kue kering, menempati kios yang terdiri atas dua lapak. Kiosnya masih buka meski petugas telah mengimbau menutup sebagian lapak. ”Tadi kalau instruksi petugas sih, kios minta ditutup sebagian, tetapi pembeli malah jadi terlalu berkerumun di satu kios,” ujarnya.
Atas penerapan sistem ganjil-genap, muncul pula kerumunan pembeli yang terpusat di sejumlah kios. Lita (30), pengunjung dari Bekasi, Jawa Barat, mengaku sulit terhindar dari kerumunan saat berbelanja pada kios tertentu.
Kepala Pasar Jaya Senen Yamin Pane mengatakan, pembatasan ganjil-genap di Pasar Senen semestinya telah berlaku seluruhnya mulai hari ini. Kendati demikian, dia tidak memungkiri banyak kios yang belum patuh dengan regulasi saat ini.
”Dalam eksekusi per hari ini, pengelola telah membagikan masker dan pelindung wajah kepada pedagang seraya memberi tahu kebijakan ganjil-genap. Kebijakan itu belum dipatuhi sepenuhnya, tetapi kami terus sosialisasi,” ucap Yamin Pane.
Yamin mengatakan, pemilik kios bergandeng juga diminta menutup sebagian toko sesuai tanggal yang berlaku. Kendati demikian, kebijakan menutup sebagian kios pun tidak begitu efektif karena pengunjung masih menumpuk di sisi kios yang lain.
Pengelola menekankan, pembatasan ganjil-genap akan lebih tegas dari hari ke hari seiring sosialisasi. Sebab, aktivitas kerumunan harus benar-benar dicegah sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh Perumda Pasar Jaya.
Kebijakan ganjil-genap diberlakukan setelah 52 pedagang positif diketahui terjangkit Covid-19 pada tes cepat dan usap tenggorokan di lingkungan pasar tradisional yang dikelola Perumda Pasar Jaya. Pedagang kini wajib memakai pelindung wajah dan pengunjung pasar mesti memakai masker.
Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin, Kamis (11/6/2020) silam, menegaskan, siapa pun yang tidak bermasker dilarang masuk ke jaringan gerai Pasar Jaya. Lalu lintas pengunjung akan diatur dengan jalur searah di dalam pasar. Stiker penunjuk arah akan ditempelkan di lantai dengan pemisahan pintu masuk dan keluar.
Ahli perkotaan dari Universitas Tarumanegara, Suryono Herlambang, mengingatkan agar pemerintah benar-benar mengantisipasi kluster penularan pasar. Tidak hanya membatasi aktivitas kerumunan, pemeriksaan rutin lewat rapid test dan usap tenggorokan juga harus diintesifkan.
”Berdasarkan penelusuran bersama tim Center for Metropolitan Studies (Centropolis) Universitas Tarumanegara, sebagian besar penularan terjadi karena ada interaksi sosial. Selain mencegah aktivitas kerumunan, pemeriksaan juga harus dilakukan mengikuti anjuran para ahli epidemiologi. Sebab, kalau tidak dites, kasus positif baru tidak akan pernah ketahuan,” katanya saat dihubungi sore ini.