Pusat Perbelanjaan Dibuka, antara Senang dan Khawatir
Pusat perbelanjaan akan kembali dibuka Senin (15/6/2020) dalam masa PSBB transisi. Meski senang karena kegiatan ekonomi kembali berjalan, para pedagang di ITC Kuningan mengaku khawatir dengan penyebaran Covid-19.
Oleh
sharon patricia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat perbelanjaan, antara lain mal, international trade center, dan pasar akan mulai dibuka kembali pada 15 Juni 2020. Sejumlah protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 dalam masa pembatasan sosial berskala besar transisi juga sudah disiapkan.
Berdasarkan pantauan Kompas, ITC Kuningan, salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan, masih menutup sebagian besar gerainya pada Minggu (14/6/2020). Hanya supermarket, apotek, dan gerai makanan yang memang tetap diizinkan dibuka selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Meski begitu, beberapa toko yang menjual barang elektronik, salah satunya telepon pintar, mulai kembali membuka gerai. Bukan untuk berjualan, para karyawan datang untuk membersihkan toko sebagai persiapan besok akan kembali dibuka.
Eko (29), karyawan salah satu toko telepon pintar di lantai 3 ITC Kuningan, mengatakan, kedatangannya hari ini hanya untuk membersihkan dan mengecek keadaan toko. Setelah selesai, ia mengatakan akan langsung pulang ke Depok.
”Saya sebenarnya masih khawatir. Kalau bisa dibilang kayak kelabakan gitu besok sudah mulai buka meskipun hanya dari pukul 11.00 hingga pukul 18.00. Soalnya kalau nonton di televisi, kasus Covid-19 di Jakarta, kan, masih nambah terus,” kata Eko.
Sambil membersihkan debu di toko yang sudah ditinggalkan selama tiga bulan, Eko mengatakan, meski khawatir, tetapi harus mulai bekerja. Selama ini karena tidak masuk toko, gaji yang diterima hanya cukup untuk makan sehari-hari, tidak bisa ditabung.
Untuk mengantisipasi penularan Covid-19 saat melayani pengunjung besok, Eko memilih memproteksi diri sendiri dengan menggunakan masker dan kacamata. Sementara untuk batasan-batasan dengan pengunjung, diakuinya tidak ada.
”Di sini enggak ada, misalnya, plastik untuk membatasi antara pedagang dan pembeli saat ngobrol. Jadi, paling kita harus jaga jarak, sedia hand sanitizer, dan antisipasi sendiri saja. Ini yang bikin agak ngeri,” kata Eko.
Sama halnya dengan Eko, karyawan toko telepon pintar lainnya, Mira (24), juga mengakui hal serupa. Tidak ada pembatas yang dipasang antara pedagang dan pembeli saat melakukan transaksi sehingga proteksi diri harus dilakukan secara mandiri.
Meski tidak siap dengan kembali beroperasinya pertokoan, Mira mengatakan harus kembali masuk toko untuk mendapat penghasilan. Selama ini, karena toko tutup, ia sama sekali tidak menerima upah.
”Saya sama sekali enggak dapat gaji selama tiga bulan terakhir ini. Jadi, sebenarnya senang juga sudah mulai dibuka karena berarti dapat gaji lagi walau ada rasa takutnya juga, sih,” kata Mira.
Tanggung jawab pemilik
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Ellen Hidayat menyampaikan, 80 mal dan ITC yang tergabung dalam APPBI sudah melakukan persiapan dibukanya kembali pertokoan besok. Berbeda dengan mal yang sudah memulai touchless experience atau penggunaan fasilitas tanpa sentuhan, penerapan protokol kesehatan di ITC akan dikembalikan kepada pemilik kios.
”ITC adalah trade mall berupa kios-kios yang dimiliki oleh perorangan usaha kecil dan menengah, jadi umumnya bukan milik developer (pengembang) lagi. Maka, perlu kerja sama dan koordinasi antara pedagang dan pengelola yang menangani masalah kebersihan serta protokol kesehatan, termasuk edukasi kepada para pengunjung,” ujar Ellen.
Meski begitu, para pengelola ITC akan terus diberikan arahan untuk membatasi penumpukan barang di setiap kios. Dengan tetap mematuhi batasan toko, diharapkan koridor menjadi lapang sehingga jaga jarak bisa diterapkan.
Dalam masa PSBB transisi, jumlah pengunjung juga masih dibatasi hanya 50 persen dari kapasitas. Jam operasional juga dibatasi hanya dari pukul 11.00 hingga 20.00, sebelumnya saat normal dibuka dari pukul 10.00 hingga pukul 22.00.
”Tujuannya, selain untuk percobaan di masa transisi, retailer atau tenant juga dapat memberlakukan efisiensi pemakaian karyawan. Karyawan dapat tetap bekerja dengan 1 sif agar bisa cukup beristirahat,” kata Ellen.
Secara terpisah, pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, dalam diskusi ”New Normal Policy: Solusi Ekonomi atau Masalah Baru Kesehatan”, mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, mulai dari jaga jarak, cuci tangan, menggunakan masker, hingga pelindung wajah.
”Sakit enggak sakit harus tetap pakai masker karena hanya masker yang bisa melindungi kita dari potensi tertular virus. Masker itu vaksin kita sekarang sebelum nanti vaksin yang sebenarnya berhasil ditemukan,” ujar Pandu.
Sebagai analogi, kata Pandu, pramugari akan tetap mengajarkan cara penggunaan sabuk keselamatan (seatbelt) kepada penumpang pesawat, baik yang baru pertama kali maupun sudah berulang kali. Begitu juga dengan masker, edukasi kepada masyarakat harus terus dilakukan untuk mengurangi risiko penularan.
Menurut Pandu, jika masyarakat dapat melakukan kombinasi antara jaga jarak, cuci tangan, dan menggunakan masker, risiko penularan akan semakin menurun. ”Kalau tetap disiplin melakukan ini semua, kita bisa menurunkan risiko penularan tanpa harus menunggu vaksin,” kata Pandu.