Taman Kota di Jakarta Terapkan Kuota Pengunjung Selama Fase Transisi
Kuota 150-200 orang dinilai cukup untuk melaksanakan praktik pembatasan sosial di sejumlah taman kota wilayah Jakarta. Kegiatan di taman diprioritaskan bagi warga yang berolahraga.
Oleh
Aditya Diveranta/David Dhanang Aritonang
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengelola taman kota membatasi kuota pengunjung saat pembukaan perdana pada masa transisi pembatasan sosial berskala besar di Jakarta, Sabtu (13/6/2020). Hal ini dilakukan demi memudahkan praktik jaga jarak fisik dan kontrol aktivitas pengunjung di tengah pandemi Covid-19.
Pembatasan pengunjung merupakan bagian dari rencana pembukaan kembali 16 taman kota atau ruang terbuka hijau (RTH) di DKI Jakarta. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta Nomor 111 Tahun 2020. Selama fase transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap satu, sebanyak 16 taman dibuka mulai 13 Juni hingga 28 Juni 2020.
Demi membatasi kunjungan, Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, hanya mengizinkan akses masuk dari sisi selatan taman. Koordinator keamanan Taman Lapangan Banteng, Mufti Rizal Siregar, menyebut jumlah pengunjung dibatasi hanya 200 orang. ”Kuota telah mempertimbangkan pengurangan 50 persen pengunjung sesuai ketentuan dari pemerintah,” ujar Mufti.
Taman Hutan Tebet, Jakarta Selatan, juga menerapkan kuota pengunjung di dalam taman sebanyak 150 orang. Di depan pintu masuk Taman Hutan Tebet terpampang baliho yang bertuliskan peraturan bagi pengunjung di masa PSBB transisi. Sejumlah aturan tersebut yaitu mewajibkan penggunaan masker dan hand sanitizer, menjaga jarak antarpengunjung, dan tidak boleh berkerumun di taman.
”Waktu pembukaan taman juga dibatasi mulai pukul 06.00-11.00 dan pukul 15.00-17.30. Hari ini baru dibuka dan sudah ada sekitar 80 pengunjung yang datang,” ujar petugas pengelola Taman Hutan Tebet, Rudiyono.
Taman yang mulai buka pada hari ini diawasi petugas patroli dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta. Pengunjung diingatkan untuk terus memakai masker dan tidak duduk di kursi taman. Selain itu, pengunjung juga dilarang menggunakan fasilitas taman yang dibatasi pita kuning.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, sejumlah pembatasan di taman kota kini merupakan bagian dari protokol penanganan Covid-19. Dia menegaskan dalam keterangan tertulis, pembukaan taman kota akan terus dievaluasi hingga tenggat 28 Juni 2020.
”Fase awal pembukaan taman kota atau RTH ini akan terus dievaluasi dan mempertimbangkan perkembangan pandemi Covid-19 di Ibu Kota. Apabila membaik, pembukaan bisa berlanjut ke tahap berikutnya. Namun, apabila memburuk, RTH dapat ditutup kembali,” ujar Suzi.
Pembukaan taman membawa potensi munculnya sejumlah kerumunan warga. Di Taman Lapangan Banteng, ada belasan warga yang datang dengan tikar, bermaksud untuk rekreasi. Petugas taman melarang mereka masuk lantaran berpotensi melalaikan praktik jaga jarak fisik.
Zulfikri (22), warga Jatinegara, Jakarta Timur, baru mengetahui kalau akses masuk ke taman tidak boleh untuk kepentingan rekreasi. Dia yang membawa makanan bersama teman akhirnya hanya singgah di trotoar sekeliling taman.
Koordinator keamanan Taman Lapangan Banteng menekankan, taman diprioritaskan untuk aktivitas olahraga dan sebaiknya tidak untuk rekreasi semata. Kendati begitu, Haykal (22), warga Jakarta Timur, datang bersama dua orang lain untuk sekadar foto-foto di taman.
Menurut Haykal, petugas tidak bisa lantas menahan euforia warga yang sudah lama mengisolasi diri di rumah. ”Bayangkan, warga Jakarta hampir selama 3,5 bulan ini terus di rumah. Kalau saya sih, pasti memanfaatkan pembukaan taman ini untuk sarana rekreasi,” ujarnya yang bekerja di perusahaan kosmetik ini.
Pendapat serupa juga dilontarkan Mitha (28), warga Jakarta Timur. Pegawai mal yang tidak bekerja selama 2,5 bulan terakhir merasa butuh sarana rekreasi. Menurut dia, semua orang saat ini sedang pelik. Sebaiknya taman tidak dibatasi untuk orang-orang yang berolahraga saja.
”Saya jauh-jauh naik bus ke Taman Lapangan Banteng supaya bisa lihat lanskap kota. Saya pikir banyak orang yang stres karena di runah terus. Mungkin sebaiknya mereka ke taman saja,” kata Mitha.
Selama masa pembukaan, anak berusia 0-9 tahun, ibu hamil, dan lansia di atas 60 tahun tidak boleh memasuki taman. Rudiyono meminta maaf karena pengunjung belum bisa melakukan kegiatan berkelompok di taman tersebut.
”Biasanya sering ada komunitas yang melakukan kegiatan di sini, tetapi untuk saat ini belum diperbolehkan. Setiap pengunjung juga kami periksa suhu tubuhnya dan didata berdasarkan KTP yang mereka bawa,” ujarnya.
Selama pembukaan, banyak pula warga yang memanfaatkan taman untuk sarana olahraga. Setyo (32), warga Jakarta Selatan, mulai menjalankan hobi berlarinya di rute taman pada hari ini. Menurut dia, ada sensasi berbeda apabila berolahraga di tempat terbuka dibandingkan di dalam ruangan.
”Meski pengap karena pakai masker saat berlari di taman, saya menikmati sensasi angin sepoi-sepoi di sore hari. Selain itu, petugas di sini juga cukup tegas memberikan teguran jika ada pengunjung yang melepas masker saat olahraga,” ujar Setyo.
Mufti menambahkan, sejauh ini warga hanya bisa memanfaatkan taman untuk olahraga pada pagi dan sore hari. ”Kami berupaya menyesuaikan protokol yang ada demi mencegah penularan Covid-19,” katanya.