Museum mulai dibuka lagi pada masa pembatasan sosial transisi ini. Pembatasan pengunjung dan protokol kesehatan diberlakukan untuk mencegah penularan Covid-19.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah museum di Jakarta kembali dibuka untuk umum pada masa pembatasan sosial transisi ini dengan menerapkan ptotokol kesehatan yang ketat. Sebagian lagi bersiap buka. Masyarakat diimbau untuk tidak khawatir berkunjung ke museum.
Museum-museum di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis Museum Kesejarahan Jakarta telah beroperasi sejak Senin (8/6/2020). Museum dibuka untuk publik setiap Selasa-Minggu mulai pukul 09.00-15.00. Museum tersebut adalah Museum Sejarah Jakarta, Museum Joang 45, Museum Prasasti, dan Museum MH Thamrin.
Kepala Satuan Pelaksana Museum Joang 45 Rizal Effendi, saat ditemui di Jakarta, Jumat (12/6/2020), mengatakan, pihaknya telah menerapkan protokol kesehatan bagi para pengunjung dan karyawan. Mereka diwajibkan untuk selalu memakai masker dan mencuci tangan sesering mungkin.
”Karyawan dan pengunjung yang memiliki suhu di atas 37,5 derajat celsius tidak diperkenankan masuk ke museum,” katanya.
Berdasarkan pantauan, di teras depan Museum Joang 45 telah dipasang tanda jaga jarak bagi para pengunjung. Setiap tanda memiliki jarak sekitar 1 meter. Tanda tersebut dibuat untuk mengantisipasi kerumunan pengunjung saat dicek suhu tubuhnya oleh petugas keamanan di pintu masuk.
Di dalam museum, tanda-tanda yang sama juga terpasang di lantai. Hal tersebut untuk mengatur jarak antarpengunjung saat menikmati koleksi museum. Saat menyusuri satu per satu ruangan, pengunjung juga hanya akan melewati satu jalur.
”Pengunjung tidak akan berpapasan satu sama lain karena pintu masuk dan pintu keluar berbeda,” tambah Rizal.
Ruangan di Museum Joang 45 berjumlah delapan. Setiap ruangan saat ini hanya dibatasi untuk lima pengunjung. Tadinya, satu ruangan bisa dikunjungi setidaknya 10 pengunjung. Artinya, kapasitas museum yang tadinya 80 orang kini dikurangi menjadi 40 orang.
”Nanti pemandu yang akan mengarahkan pengunjung di setiap ruangan. Selain itu, di setiap ruangan juga sudah disediakan hand sanitizer,” ujar Rizal.
Di Museum Prasasti, jumlah pengunjung dibatasi hanya untuk 100 orang per hari. Dalam kondisi normal, Museum Prasasti dapat menampung hingga 200 pengunjung. Berbeda dengan Museum Joang, Museum Prasasti berada di area terbuka sehingga pengawasan kepada pengunjung lebih mudah.
Dengan luas museum 1,3 hektar, pengunjung bebas memilih tiga jalur untuk menikmati 682 koleksi prasasti yang ada di sana. Kemungkinan adanya kerumunan pengunjung dinilai sangat kecil mengingat areanya yang luas dengan banyak jalur. Terlebih, jumlah pengunjung juga telah dibatasi.
”Untuk pengunjung rombongan juga kami batasi dari 10-20 orang menjadi lima orang saja,” kata Kepala Satuan Pelaksana Museum Prasasti Edison Manurung.
Meski risiko kerumunan di dalam museum relatif kecil, kerumunan pengunjung di pintu masuk tetap diantisipasi oleh pengelola. Seperti halnya di Museum Joang 45, pengunjung di Museum Prasasti diwajibkan memakai masker, dicek suhu tubuhnya, menjaga jarak, dan diminta untuk mencuci tangan.
Sepi pengunjung
Berdasarkan pantauan pada Jumat siang, baik di Museum Prasasti maupun Museum Joang 45 tampak sepi. Belum banyak pengunjung yang datang kembali ke museum pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi ini.
Dalam situasi normal, pengunjung ke Museum Prasasti bisa mencapai 10-20 pada hari kerja dan 20-30 pengunjung pada akhir pekan dan hari libur nasional. ”Masyarakat yang hendak berkunjung ke museum tidak perlu khawatir karena kami telah menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19,” kata Edison.
Sementara itu, sejak dibuka pertama kali untuk publik pada Selasa lalu, belum ada satu pengunjung pun yang datang ke Museum Joang 45. Rizal menduga, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa museum sudah kembali buka. Selain itu, semua sekolah juga masih diliburkan.
”Karena kebanyakan pengunjung di sini merupakan pelajar, ya. Mungkin dampak dari penutupan sekolah,” ujarnya.
Masih tutup
Sejumlah museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seperti Museum Nasional dan Museum Sumpah Pemuda, terlihat masih tutup. Museum-museum tersebut sedang mempersiapkan diri untuk dibuka kembali.
Kepala Museum Nasional Siswanto mengatakan, Museum Nasional akan dibuka kembali untuk umum pada Selasa (16/6/2020). Baik pengunjung maupun karyawan museum diwajibkan mematuhi protokol kesehatan secara ketat nantinya.
”Pekan ini, kegiatan Museum Nasional pada tahap penyiapan sistem, peralatan, fasilitas, simulasi penerapan tata cara, dan penyiapan tim petugas,” katanya saat dihubungi.
Berbeda dengan museum-museum di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis Museum Kesejarahan Jakarta, Museum Nasional hanya melayani pengunjung setiap Selasa-Jumat. Pengunjung akan dilayani mulai pukul 09.00-15.00.
Selain menerapkan protokol kesehatan dasar seperti memakai masker dan menjaga jarak, alur pengunjung yang masuk ke Museum Nasional nantinya akan dibuat satu arah untuk menghindari kerumunan. Selain itu, jumlah pengunjung juga dibatasi.
”Batasan rombongan pengunjung dibatasi maksimal 25 orang. Kalau lebih, harus antre pada tempat yang telah disediakan,” kata Siswanto.
Sementara itu, berdasarkan pantauan pada Jumat siang, pintu dan jendela di Museum Sumpah Pemuda sengaja dibuka. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan sirkulasi udara pada ruangan museum yang semuanya memiliki pendingin ruangan tersebut.