Perpustakaan Nasional mulai menerima pengunjung. Pembatasan jumlah pengunjung serta protokol kesehatan diterapkan demi mencegah penularan Covid-19 di lingkungan perpustakaan.
Oleh
Insan Alfajri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perpustakaan Nasional atau Perpusnas mulai dibuka lagi untuk umum, Jumat (12/6/2020). Pada hari kedua pembukaan Perpusnas ini, pengunjung menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Jumlah pengunjung dibatasi 1.000 orang per hari. Untuk itu, sebelum mengakses ribuan koleksi Perpusnas, pengunjung harus mengakses situs kunjungan.perpusnas.go.id untuk mendaftar sebagai pengunjung hari itu.
Dari situs itu, setiap pengunjung mendapatkan kode batang (QR code). Menurut Hammam Bagusni, petugas Perpusnas, kode batang itu menjadi syarat untuk check in dan check out di Perpusnas. Kode ini akan dicatat di server Perpusnas saat pengunjung memindainya di Perpusnas.
Di layar monitor, pengunjung bisa menyaksikan kuota kunjungan yang masih tersedia. Pada Jumat pukul 10.23, masih ada kuota 835 orang.
Sebagai gambaran, Perpusnas dikunjungi 66.665 orang selama Februari atau sebelum Covid-19 melanda Indonesia. Artinya, ada lebih dari 2.000 orang mengunjungi Perpusnas setiap hari.
Protokol kesehatan
Selain menyediakan tempat cuci tangan di depan pos keamanan, Perpusnas juga menyediakan mesin pemindai suhu tubuh. Suhu tubuh setiap pengunjung akan muncul di layar monitor. Jika suhu tubuh di atas 37,5 derajat celsius, pengunjung tidak diperkenankan masuk.
Noval, salah satu pengunjung, duduk di depan komputer jinjingnya di lantai 22 Perpusnas. Mahasiswa Sejarah Universitas Indonesia ini sedang mengerjakan tugas kuliah. Noval mengerjakan tugas di Perpusnas karena suasananya nyaman untuk belajar, meskipun jarak Perpusnas dari rumah di Cijantung, Jakarta Timur, lumayan jauh.
”Di sini tenang, enggak ribut seperti di kafe. Jarak meja dan kursinya pas sehingga nyaman jika harus berlama-lama. Kalau butuh referensi tambahan, aku tinggal ambil,” katanya.
Selain harus menjaga jarak, pengunjung wajib mengenakan sarung tangan plastik dan masker. Noval sempat melepas sarung tangan karena tidak nyaman. Akan tetapi, petugas satpam langsung menegurnya.
Dian Handika (23), pengunjung, menjadikan Perpusnas sebagai tempat untuk membuat tugas kelompok. Ruang pustaka yang luas dan nyaman menjadi pertimbangan. ”Protokol kesehatan yang diterapkan juga membuat kita aman dari Covid-19,” ujarnya.
Kepala Perpusnas M Syarif Bando, dalam keterangan tertulis menjelaskan, Perpusnas memangkas waktu pelayanan selama masa tatanan normal baru. Biasanya, layanan dibuka setiap hari. Kini, layanan hanya dibuka pada hari kerja, yakni Senin-Jumat, pukul 08.00-15.30.
Setiap koleksi yang digunakan oleh pemustaka akan dikarantina selama 2 x 24 jam. Koleksi bisa digunakan kembali setelah karantina selesai. Saat ini, semua koleksi Perpusnas hanya bisa dibaca di tempat, belum bisa dipinjam dan dibawa pulang.
Monumen Nasional bersiap
Adapun Monumen Nasional, yang berada di seberang Perpusnas, belum menerima pengunjung. Suasana di sekitar kawasan ini juga sepi. Kios-kios makanan serta toko suvenir di area Lenggang Jakarta masih tutup.
Kepala Unit Pengelola Kawasan Monas M Isa Sarnuri menjelaskan, Monas akan dibuka pada 20 Juni. Pembukaan Monas tetap mengacu kepada hasil evaluasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta.
”Jika kasus Covid-19 meningkat terus menjelang pembukaan, jangan-jangan Monas malah tak jadi dibuka,” ujarnya.
Sejumlah skenario pun disiapkan, antara lain akses masuk dan keluar pengunjung diatur menjadi satu arah. Anak di bawah lima tahun, ibu hamil, serta warga lanjut usia tidak diizinkan masuk.
Isa melanjutkan, jumlah pengunjung pun dibatasi. Di hari normal, Monas dikunjungi 10.000 orang. Sementara di akhir pekan, pengunjung bisa mencapai 40.000 orang.
”Kami batasi separuh dari hari biasa. Nanti di pintu masuk kami siapkan juga pemeriksaan suhu tubuh pengunjung dan cairan antiseptik,” ujarnya.