Pengemudi dan Penumpang Ojek Belum Dibatasi Partisi
Pengojek daring mulai mencari rezeki dari pengangkutan penumpang, Senin (8/6/2020). Pada masa PSBB transisi ini, pengangkutan penumpang diperbolehkan lagi setelah dilarang sejak PSBB pada 10 April 2020.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ojek daring kembali beroperasi Senin (8/6/2020) ini seiring berlakunya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta. Penggunaan masker sudah lazim dilakukan pengojek dan penumpang. Akan tetapi, standar kesehatan lain, seperti penumpang membawa helm dn pemakaian partisi di sepeda motor, belum dilakukan.
Di samping Stasiun Palmerah, Jakarta, misalnya, puluhan pengojek daring sudah menunggu penumpang sejak pukul 07.00. Dalam rentang waktu 5 menit, satu penumpang naik ojek daring ini.
Pengemudi ojek ataupun penumpang sudah menggunakan masker. Akan tetapi, sepeda motor belum dilengkapi dengan partisi untuk menyekat pengemudi dan penumpang. Sekat pemisah ini sempat dijanjikan oleh aplikator. Sejumlah penumpang juga masih mengenakan helm dari pengemudi, bukan helm sendiri sebagaimana anjuran protokol kesehatan.
Menurut Kukuh (29), pengojek daring, partisi belum dibagi kepada semua pengemudi. Penambahan alat itu pun masih menjadi perdebatan di kalangan pengemudi. Mereka khawatir partisi itu berpengaruh pada keamanan berkendara saat melintas di jembatan.
”Itu, kan, bisa menahan angin nanti pas melintas di jembatan layang, misalnya. Nanti kalau kenapa-napa, kita juga yang repot. Tetapi, kalau memang itu diwajibkan harus dipakai, kami sebagai mitra ikut aturan main,” ujarnya.
Di Stasiun Manggarai, Jakarta, penggunaan partisi juga belum terlihat. Pengemudi hanya dilengkapi masker dan helm. Kesadaran untuk membawa helm sendiri oleh penumpang pun belum muncul.
Pengemudi Grab, Joko (28), menjelaskan, setiap ada regulasi baru, pengemudi akan mendapatkan notifikasi. Dirinya belum mendapat notifikasi di aplikasi mengenai penggunaan partisi. ”Kalau diwajibkan, mau enggak mau kami harus pakai meskipun belum tentu nyaman menggunakannya. Yang penting bisa kembali nyari duit seperti dulu,” ujar Joko.
Protokol kesehatan yang masih dinamis di lapangan membuat pelaju, Siti Ulfa Nazya (25), lebih memilih taksi daring. Pagi itu, ia turun dari Stasiun Manggarai dan memesan taksi daring dengan tujuan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Dia berpendapat, ojek daring belum aman dari penularan Covid-19 karena jarak fisik terlalu dekat. ”Kalau pakai mobil, kan, relatif aman karena ada jaraknya,” ujarnya.
Uji coba partisi
Selain Grab, Gojek pun sudah menyiapkan protokol kesehatan. Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menjelaskan, partisi di layanan Goride akan diuji coba dalam minggu ini. Uji coba dilakukan di beberapa kota, termasuk Jakarta. ”Hal ini merupakan salah satu dari banyak inisiatif Gojek dalam mengedepankan aspek kesehatan dan keamanan pengemudi serta penumpang,” ujarnya.
Protokol kesehatan lainnya yang berlaku di Gojek antara lain mewajibkan pengemudi menggunakan masker, sarung tangan, dan cairan antiseptik. Hal ini juga berlaku bagi penumpang.
Selain itu, Gojek mendirikan 130 Posko Aman Bersama Gojek di 16 kota. Di sini tersedia tiga layanan, yaitu pemeriksaan suhu tubuh, pembagian healthy kit, dan penyemprotan disinfektan untuk kendaraan pengemudi.
Fitur kesehatan pengemudi pun dapat diakses di aplikasi. Dengan fitur ini, penumpang dapat mengetahui suhu tubuh pengemudi dan status disinfeksi kendaraan pengemudi
”Saat ini, ribuan armada kami juga telah dilengkapi sekat pelindung pembatas antara pengemudi dan penumpang. Jumlah ini akan terus bertambah ke depannya sebagai bagian dari standar keamanan dan kesehatan kami,” kata Nila.
Masker bisa jadi alasan pembatalan
Neneng Goenadi, Managing Director Grab Indonesia, dalam keterangan tertulis, menjelaskan bahwa Grab telah mengedukasi mitra melalui protokol kesehatan melalui GrabProtect. Masker, sarung tangan, serta partisi plastik pun dibagikan kepada pengemudi. Targetnya hingga akhir Juni, semua alat itu akan disebar kepada 8.000 pengemudi.
Grab menganjurkan penumpang membawa helm sendiri.
Grab juga sudah membentuk armada GrabCar Protect dan GrabBike Protect yang sudah dilengkapi partisi plastik. Bahannya terbuat dari mika rigid dan memiliki rangka aluminium yang tetap menjaga sirkulasi udara. Partisi plastik dipasang oleh tenaga ahli. Perbaikannya dilakukan seminggu sekali. Di keterangan tertulis tidak disebutkan jumlah armada Grab yang sudah terpasang partisi plastik.
Neneng melanjutkan, mitra dan pengemudi dapat membatalkan pemesanan sebelum perjalanan dimulai jika salah satu pihak tidak menggunakan masker. ”Pilih pengemudi/penumpang tidak memakai masker (driver/passengers did not wear a mask) sebagai alasan pembatalan. Dengan alasan tersebut, kami tidak akan memberikan denda kepada salah satu pihak yang melaporkan,” ujar Neneng.
Pembatalan menjadi bagian dalam protokol GrabProtect. Dua fitur lainnya adalah formulir deklarasi kesehatan daring dan fitur pengecekan masker melalui ”mask selfie”. Kedua fitur ini akan diterapkan mulai akhir Juni ini.
Selain itu, Grab juga mendirikan 40 stasiun sanitasi di Indonesia. Sebanyak 21 stasiun sanitasi berada di Jakarta. Pengemudi bisa membawa kendaraannya ke stasiun ini untuk disemprot dengan cairan disinfektan.
Menurut Joko, pengemudi Grab, para pengojek tidak akan mendatangi stasiun sanitasi pada saat jam sibuk sebab saat itulah waktu mereka mencari uang. ”Tetapi, ketika landai, kami ke stasiun sanitasi, antrean masih panjang,” ujarnya.