Tepat pada Rabu, 3 Juni 2020, wilayah Bogor Raya memperingati hari jadinya yang ke-538. Tak ada ingar-bingar perayaan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Tepat pada Rabu, 3 Juni 2020, wilayah Bogor Raya memperingati hari jadinya yang ke-538. Tak ada ingar-bingar perayaan seperti tahun-tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 memaksa ”Kota Hujan” dan warganya memperingati hari jadi dengan kesederhanaan dan keprihatinan.
Pemerintah Kota Bogor memulai rangkaian peringatan hari jadi Bogor (HJB) dengan mengadakan rapat paripurna DPRD secara virtual dan terbatas. Rapat paripurna antara lain dihadiri Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto, Kapolresta Bogor Kota Komisaris Besar Hendri Fiuser, dan Dandim 0606 Letnan Kolonel Arm Teguh Cahyadi.
Rapat paripurna mengusung kearifan lokal. Para peserta rapat yang hadir tampak mengenakan pakaian adat Sunda. Wali Kota dan Ketua DPRD Kota Bogor juga menggunakan bahasa Sunda saat menyampaikan sambutan.
Dalam sambutannya, Bima menyatakan bahwa pertama kalinya dalam sejarah peringatan HJB tidak dilangsungkan secara meriah. Keprihatinan ini juga tidak terlepas dari banyaknya elemen masyarakat yang sedang menghadapi masa sulit karena pandemi Covid-19.
Selain itu, saat ini, Kota Bogor juga masih berstatus sebagai zona kuning Covid-19. Hingga Rabu (3/6/2020), positif Covid-19 di Kota Bogor tercatat 113 kasus. Dari total kasus tersebut, 15 orang dinyatakan meninggal dan 49 orang dinyatakan sembuh.
”Anak-anak belajar di rumah, beberapa warga harus bekerja dari rumah, bahkan beberapa waktu yang lalu beribadah pun dirumah. Sebanyak 636 orang di-PHK, 3.050 pekerja dirumahkan, 8.550 keluarga yang dinafkahi dari sektor UMKM juga ikut terdampak,” ujarnya.
Anak-anak belajar di rumah, beberapa warga harus bekerja dari rumah, bahkan beberapa waktu yang lalu beribadah pun dirumah. Sebanyak 636 orang di-PHK, 3.050 pekerja dirumahkan, 8.550 keluarga yang dinafkahi dari sektor UMKM juga ikut terdampak.
Menurut Bima, meski diselenggarakan dengan kesederhanaan, peringatan HJB tahun ini juga tetap memiliki nuansa kebudayaan. Hal itu tampak saat Bima mendatangai Kelurahan Katulampa seusai rapat paripurna dan disambut dengan tari jaipong. Syukuran di kantor kelurahan tersebut juga dapat disaksikan masyarakat langsung secara virtual.
Kesederhanaan dalam peringatan HJB juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Bogor. Bupati Bogor Ade Yasin beserta anggota DPRD Kabupaten Bogor juga memulai rangkaian peringatan HJB dengan mengadakan rapat paripurna DPRD dan halalbihalal secara terbatas.
”Untuk pertama kaliny, tidak ada tumpengan, perayaan, seremoni, maupun acara salam-salaman. Pandemi korona masih berbahaya, penularan masih terjadi, pasien yang dirawat masih bertambah, pembangunan Kabupaten Bogor juga terdampak dan terhambat,” ujarnya.
Kontras dengan tahun lalu
Peringatan HJB tahun ini kontras dengan tahun-tahun sebelumnya yang digelar meriah. Pada rangkaian acara peringatan Hari Jadi Ke-537 Bogor tahun lalu yang diadakan selama lebih dari sebulan, Pemerintah Kota Bogor tidak hanya menampilkan bermacam kuliner khas Bogor, tetapi juga hiburan dan atraksi.
Salah satu agenda rutin yang setiap tahun menjadi daya tarik warga maupun wisatawan adalah pergelaran festival seni budaya. Acara tersebut menampilkan banyak atraksi seni budaya Bogor dan Sunda serta beberapa kesenian khas dari daerah lain yang turut menjadi peserta.
Agenda lainnya saat peringatan HJB yang kerap dinantikan masyarakat ialah Istana untuk Rakyat (Istura) atau Istana Open. Para pengunjung yang mengikuti acara tersebut akan diajak menikmati Istana Kepresidenan Bogor berikut sembari mempelajari seluk-beluk dan sejarahnya.
Slamet Riyadi (45), warga Pakuan, Bogor Selatan, cukup kecewa karena rangkaian perayaan HJB tidak berlangsung secara meriah. Padahal, setiap tahun ia dan keluarganya tidak pernah absen mengikuti acara festival seni budaya yang digelar di jalanan Kota Bogor.
Meski kecewa, Slamet dapat memaklumi keputusan Pemkot Bogor tersebut karena adanya pandemi Covid-19. Dia menganggap, saat ini rekreasi dan hiburan sangat dibutuhkan masyarakat. Namun, dia juga memandang bahwa meniadakan acara yang memicu kerumunan massa jauh lebih bijak dari sekadar keinginan untuk menghilangkan kejenuhan.
”Yang terpenting saat ini Covid-19 benar-benar sudah dapat teratasi dan kondisi normal kembali. Akan sia-sia kalau festival tetap diadakan, tetapi setelah itu malah justru muncul kasus positif Covid-19 baru dan menimbulkan kerugian yang lebih besar,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Atep Budiman mengatakan, tema yang diangkat dalam HJB adalah ”Sahitya Raksa Baraya”. Kalimat yang diambil dari bahasa Sansekerta dan Sunda itu bermakna solidaritas untuk saling menjaga, memelihara, menyayangi, dan melindungi sesama warga Kota Bogor dengan keimanan dan kebersamaan melawan Covid-19.
Tema yang diangkat dalam HJB adalah ’Sahitya Raksa Baraya’. Kalimat yang diambil dari bahasa Sansekerta dan Sunda itu bermakna solidaritas untuk saling menjaga, memelihara, menyayangi, dan melindungi sesama warga Kota Bogor dengan keimanan dan kebersamaan melawan Covid-19.
Ade Yasin berharap, momen HJB tahun ini dapat dijadikan sebagai landasan dan semangat untuk membangun solidaritas di tengah masyarakat sehingga dapat memutus rantai penularanan Covid-19 dan membangun kembali Kabupaten Bogor.
”Tema peringatan HUT dan halalbihalal kali ini adalah solidaritas sosial untuk kebangkitan Kabupaten Bogor. Kami percaya masyarakat harus menjadi subyek atau pelaku utama pembangunan,” katanya.
Merayakan hari jadi dengan kesederhanaan dan keprihatinan tidak akan mengurangi esensi sukacita dan kebersamaan. Keselamatan dan kesejahteraan warga serta pembangunan harus tetap menjadi yang utama. Wilujeng milangkala Kota dan Kabupaten Bogor!