Polisi Terkendala Minimnya CCTV untuk Ungkap Perampok Minimarket
Perampok membekali diri dengan replika senjata api berpeluru gotri logam. Karyawan pun tak berkutik menyerahkan uang toko sebesar Rp 26,13 juta.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi masih menelusuri jejak perampok sebuah minimarket di Kembangan, Jakarta Barat, yang beraksi pada hari kedua Idul Fitri, Senin (25/5/2020) malam. Namun, petugas terkendala oleh tidak memadainya jumlah dan penempatan kamera pemantau atau CCTV di sana.
”CCTV di daerah luar minim,” ujar Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Kembangan Ajun Komisaris Niko Purba saat dihubungi, Rabu (27/5/2020).
Selain itu, toko-toko di sekitar minimarket tersebut banyak yang tutup, baik karena sudah kolaps akibat pandemi Covid-19 maupun karena masih libur Lebaran. Ditambah dengan suasana malam yang gelap, pelaku kejahatan mendapat kesempatan.
Niko menjelaskan, minimarket berlokasi di Jalan Meruya Ilir Raya, Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan. Perampokan terjadi sekitar pukul 22.30. Ada kemungkinan pelaku yang terlibat lebih dari satu orang.
Pada Senin malam itu, minimarket sebenarnya sudah mengakhiri layanan sekitar pukul 22.00 dan muka toko sudah tertutup pintu gulung (rolling door). Namun, para karyawannya masih berada di dalam untuk penghitungan keuangan di area kasir.
Tiba-tiba, pelaku membuka pintu gulung dan langsung menuju kamar mandi. Karena mencurigakan, karyawan minimarket pun menghampirinya. ”Pelaku kemudian langsung menodongkan senjatanya,” ujar Niko.
Niko menegaskan, senjata tersebut bukan senjata api, melainkan replika senjata api yang diduga berjenis air gun. Pelaku sempat menembakkan senjatanya dan polisi di tempat kejadian mendapati barang bukti berupa dua gotri logam berwarna emas.
Para karyawan minimarket pun menuruti kemauan perampok. Ia memerintahkan agar uang di laci kasir dimasukkan ke kantong plastik. Setelah itu, ia menyuruh karyawan menunjukkan lokasi brankas. Uang dari brankas juga dimasukkan ke plastik.
Dari keterangan pengelola minimarket, pelaku menggasak total lebih kurang Rp 26,13 juta. Perampok tersebut kemudian melenggang pergi setelah berhasil melancarkan aksinya.
Menanggapi kejadian itu, Niko menyatakan, personel Unit Reskrim Polsek Kembangan meningkatkan patroli guna menekan risiko kejahatan. Selain itu, petugas juga rajin menyambangi minimarket-minimarket agar mengunci pintu toko saat layanan sudah tutup meski karyawan masih di dalam untuk penghitungan. ”Kan sudah terbaca (oleh pelaku kejahatan), setiap kali tutup, pasti menghitung uang,” katanya.
Sebelumnya, Iqrak Sulhin, kriminolog dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, menuturkan, kecenderungan kejahatan properti terjadi karena tiga hal, yaitu adanya pelaku yang memiliki motivasi, adanya target yang menguntungkan, dan lemahnya pengawasan. Karena itu, perampok dan pencuri cenderung tidak melakukan kejahatan secara acak atau tiba-tiba.
Target yang berposisi lemah, misalnya jauh dari keramaian atau dari jangkauan pengawasan kepolisian, tentu menguntungkan bagi pencuri. Dalam situasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat ini, minimarket punya posisi lemah karena biasanya berlokasi di jalan yang lebih sepi mengingat aktivitas masyarakat di luar rumah berkurang.
Kejahatan menyasar minimarket sekitar hari raya juga terjadi di Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, pada Senin malam atau Selasa (26/5/2020) dini hari. Karyawan minimarket baru tahu saat membuka toko pada Selasa pagi. ”Pelaku mencongkel gembok pintu depan,” tutur Kepala Polsek Palmerah Komisaris Supriyanto.
Pencuri menggasak 50 slop rokok, kosmetik, dan uang Rp 200.000. Kejadian ini mengherankan karena minimarket sebenarnya berdekatan dengan pasar yang relatif ramai sepanjang waktu.
Meski demikian, Supriyanto mengatakan, petugas sudah membuka rekaman CCTV dan mengetahui ciri-ciri pelaku yang berjumlah satu orang. Personelnya kini sedang mengejar pelaku.