Percepat Pembersihan dan Pemulihan Sungai Cisadane
Longsoran TPA Cipeucang mengakibatkan badan Sungai Cisadane tertimbun sampah. Pembersihan sungai mendesak dilakukan. Jika berlarut-larut, kualitas air sungai bakal makin tercemar.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sekitar dua pertiga badan Sungai Cisadane di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, tertimbun sampah dari Tempat Pembuangan Akhir Cipeucang. Jika pembersihan berlarut-larut, kualitas air sungai dikhawatirkan kian memburuk. Pemerintah Kota Tangerang didesak segera menuntaskan pembersihan dan pemulihan sungai.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang longsor pada Jumat (22/5/2020) dini hari. Longsoran itu membuat gunungan sampah tumpah ke Sungai Cisadane yang terletak sekitar 50 meter di samping TPA yang beroperasi sejak 2012 tersebut. Dari pantauan di lokasi pada Sabtu (23/5/2020) siang, sekitar dua pertiga badan sungai masih tertutup timbunan sampah. Tembok turap penahan sampah jebol sekitar 60 meter.
Direktur Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci) Ade Yunus mendesak Pemerintah Kota Tangerang Selatan segera membersihkan sungai dari sampah dan memulihkannya kembali seperti semula. Prioritas pertama yang mesti dilakukan Pemkot Tangsel adalah secepatnya membersihkan sungai dari sampah menggunakan alat berat. Kemudian masuk tahap pemulihan atau recovery.
”Kami minta Pemkot Tangsel bertanggung jawab,” kata Ade melalui keterangan tertulis.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan Yepi Suherman menyampaikan, hingga hari ini perkembangan pembersihan mencapai sekitar 10 persen. Pengerukan sampah dari dasar sungai juga terkendala jumlah alat berat yang terbatas. Ada 10 petugas operator yang terlibat dalam pembersihan sungai. Sementara tenaga pendamping berjumlah 20 orang.
Menurut Yepi, longsor diakibatkan kapasitas TPA yang sudah berlebih (overload). Hujan deras yang terjadi selama beberapa hari belakangan turut membuat tembok pembatas tak kuat menahan tumpukan sampah dan dorongan air.
”Selain itu, di bagian dasar tanah TPA ada batu cadas. Itu yang membuat air hujan mengendap dan tidak bisa mengalir,” katanya.
Selain itu, di bagian dasar tanah TPA ada batu cadas. Itu yang membuat air hujan mengendap dan tidak bisa mengalir.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengakui ada laporan kepada dirinya terkait kualitas air Sungai Cisadane yang mulai tercemar akibat luberan sampah dari TPA Cipeucang. Untuk itu, Pemkot Tangsel mengupayakan untuk secepatnya membersihkan sungai dari sampah.
Saat ini sudah ada dua alat berat yang dikerahkan untuk mengeruk dasar sungai dan memindahkan sampah ke daratan. Menurut rencana, Pemkot Tangsel akan mendapatkan lagi bantuan enam alat berat sehingga total nantinya alat berat yang digunakan untuk membersihkan sampah mencapai delapan unit.
”Sekarang pengangkatannya menggunakan long arm, kami tarik sampahnya ke daerah aman,” ujar Benyamin.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah menargetkan bisa secepat mungkin mengangkat sampah dari badan sungai. Sebab, sampah dikhawatirkan akan mencemari air sungai jika tidak segera ditangani.
Bambang menyampaikan, kendala dalam pembersihan sungai adalah alat berat kesulitan untuk turun ke sungai karena aliran air cukup deras dan dalam.
”Kalau terlalu lama, nanti efeknya pada kualitas air sungai. Dikhawatirkan mencemari air baku. Sampahnya sudah mengalir hingga ke Kota Tangerang,” ujar Bambang.
Kalau terlalu lama, nanti efeknya pada kualitas air sungai. Dikhawatirkan mencemari air baku. Sampahnya sudah mengalir hingga ke Kota Tangerang.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPA Cipeucang Tain Setiawan ketika dikonfirmasi menyatakan belum bisa memprediksi kapan pembersihan akan tuntas. Kondisi TPA saat ini, kata dia, sangat memprihatinkan. Tain khawatir akan ada longsor susulan. Menurut dia, petugas dikerahkan siang dan malam untuk membersihkan sungai.
Kelebihan kapasitas
Tain mengakui TPA sudah kelebihan kapasitas untuk menampung sampah. Setiap hari sebanyak 300 ton sampah dari Tangsel diangkut ke TPA Cipeucang. Secara garis besar, TPA Cipeucang terbagi atas dua zona. Zona pertama seluas 2,5 hektar dan zona kedua 1,7 hektar.
”TPA ini luasnya tidak seberapa besar, tetapi setiap hari menerima sampah demikian banyak,” ujarnya.
Karena kelebihan kapasitas, gunungan sampah di TPA Cipeucang ada yang setinggi 16 meter. Yepi mengklaim TPA Cipeucang masih dapat menampung sampah dari Tangsel. ”Sampah-sampah masih bisa diletakkan di bagian atas landfill yang tidak rata,” katanya.
Menurut Yepi, Pemkot Tangsel mengajukan penambahan landfill zona ketiga ke pemerintah pusat. Zona ketiga itu seluas 1 hektar. Namun, karena situasi pandemi Covid-19, proses lelangnya tertunda untuk beberapa saat.
Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Prasetyo mengatakan, pihaknya mencoba memfasilitasi pengajuan tersebut. Namun, dengan adanya longsor, penentuan lokasi zona ketiga dilakukan secara hati-hati. Total anggaran yang disiapkan untuk membangun zona ketiga sekitar Rp 36 miliar.
”Kalau rencananya lancar, Juli 2020 paling cepat kontraknya. Pembangunan mungkin lewat 2021 baru selesai,” kata Prasetyo.
Keberadaan TPA yang tepat berlokasi di tepi sungai itu juga mengundang reaksi BBSWCC. Bambang mengatakan, dirinya smempertanyakan keputusan Pemkot Tangsel mengoperasikan TPA di tepi sungai.
Yepi menerangkan, Pemkot Tangsel sebelumnya sudah mencoba mencari lokasi lain. Namun, keterbatasan lokasi membuat pilihan akhirnya jatuh ke TPA Cipeucang. Menurut Yepi, hampir sebagian wilayah di Tangsel sudah dikuasai pengembang sehingga Pemkot Tangsel cukup kesulitan mencari lokasi TPA yang ideal.