Pandemi Covid-19 tidak menghentikan aktivitas untuk berbagi rezeki kepada sesama di bulan Ramadhan. Sebagian warga masih berbagi dalam kondisi keterbatasan, menemui kalangan yang ekonominya rentan karena situasi pandemi.
Oleh
Aditya Diveranta
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 membuat Zihan (48) lebih banyak berdiam di rumah sambil menemani anak. Selama beberapa pekan bersama, dirinya kerap melalui sejumlah obrolan serius dengan anaknya terkait kondisi banyak orang yang kesulitan karena kehilangan pekerjaan.
Anaknya pernah bertanya saat melihat berita tentang orang yang tidak mendapat bantuan sosial di televisi, pekan lalu. ”Dia heran, kenapa tetangga atau kerabat orang-orang itu tidak menolong mereka, ya?” ujar Zihan menirukan cerita anaknya. Mendengar ungkapan anaknya yang masih kelas II SD, Zihan juga sebenarnya bertanya dalam diri, siapa yang akan membantu keluarganya di saat susah nanti?
Karena kegelisahan itu, warga Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta Pusat, tersebut tergerak untuk memberi sedikit bantuan kepada yang membutuhkan. Ia menyisihkan uang dari penjualan ikan hias untuk membeli belasan minuman dan makanan untuk takjil. Hidangan takjil kemudian ia kirimkan kepada tetangga di wilayah RT yang dianggap kurang berada.
”Saya hanya membagikan takjil kolak dan nasi bungkus ke beberapa warga, enggak banyak. Sebenarnya saya pun lagi susah karena penjualan sepi, tetapi saya membayangkan kalau orang sedang susah dan tidak ada yang bisa membantu, pasti rasanya sedih sekali. Karena itu, saya coba bantu kecil-kecilan saja, mudah-mudahan bisa konsisten setiap minggu,” ungkap Zihan saat dihubungi, Kamis (14/5/2020).
Momen Ramadhan dan situasi pandemi saat ini turut memunculkan sikap kepedulian di kalangan masyarakat. Seperti Zihan, sebagian kalangan berupaya tetap bisa berbagi bantuan meski sama-sama dalam kondisi sulit. Sebab, bantuan itu bisa saja sedang ditunggu-tunggu oleh orang yang membutuhkan.
Selain Zihan, ada Mardiyanto (24) yang juga membagikan hidangan takjil untuk para tunawisma di jalan, pekan lalu. Mahasiswa universitas di bilangan Jakarta Selatan ini berpandangan, tunawisma menjadi salah satu kalangan yang paling terdampak di masa pandemi. Meski Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menampung sebagian tunawisma di lokasi sementara, tetapi ada saja kaum tunawisma yang tidak terjaring dan tetap berada di jalanan.
Mardiyanto menggalang dana dari teman-teman satu unit kegiatan mahasiswa di kampus. ”Saya pikir, teman mahasiswa yang sedang berdiam di rumah punya rezeki untuk disisihkan kepada tunawisma. Mungkin rezeki dari kita sedang ditunggu-tunggu mereka di masa seperti ini,” ujarnya.
Kea (25), warga Menteng, Jakarta Pusat, juga membagikan 30 hidangan takjil berupa es buah dan nasi bungkus kepada tetangga yang membutuhkan. Dia juga berkoordinasi dengan Caca (26), seorang temannya, untuk menggerakkan kegiatan serupa di Bandung, Jawa Barat.
Setelah berbagi hidangan takjil pada Senin (11/5/2020), Kea berencana berdonasi lewat zakat. Dalam menunaikan zakat di bulan Ramadhan ini, dia berencana membayar lebih sekaligus untuk bersedekah. Perempuan ini baru tahu apabila zakat dan sedekah dari lembaga amil zakat kini dapat dialihkan untuk distribusi bantuan sosial bagi warga.
”Kalau dengar berita banyak orang tidak dapat bantuan sosial di mana-mana, rasanya saya ingin kasih mereka lebih. Cuma saya enggak tahu sebaiknya mulai dari mana. Mungkin saya coba bersedekah lewat lembaga resmi dulu,” ucapnya.
Pengamat keuangan syariah dari Institut Perbankan Bogor (IPB), Irfan Syauqi Beik, menuturkan, berbagai sedekah dan donasi kini sangat dibutuhkan untuk membantu negara dalam menghadapi pandemi. Ramadhan pun menjadi momen untuk meringankan beban finansial yang dirasakan kerabat akibat Covid-19.
Perspektif sedekah di sana menjadi multifungsi. Dari sisi pemberi, sedekah mengajarkan keikhlasan dan memperkuat keimanan. Sementara, dari sisi penerima, sedekah mengajarkan mereka untuk bersyukur dan tetap tawakal menjalani kehidupan. Irfan mengutip salah satu sabda Nabi Muhammad SAW dari riwayat HR Baihaqi, yakni ”Bersegeralah bersedekah, karena bala bencana tidak pernah mendahului sedekah.”
Anjuran sedekah pun kini telah diatur melalui fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq, dan Shadaqah untuk Penanggulangan Dampak Pandemi Covid-19. Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asronun Niam Sholeh menuturkan, segala pemanfaatan zakat, infak, dan sedekah akan dioptimalkan untuk penanganan Covid-19.
Khusus untuk zakat, pemanfaatannya bisa bersifat produktif atau berupa aset kelola. Dengan begitu, zakat bisa dialokasikan untuk kebutuhan pokok masyarakat yang masih tergolong penerima berhak (mustahik), atau diarahkan untuk pengadaan berbagai alat kesehatan.
”Zakat tetap bisa disalurkan kepada kaum yang membutuhkan, terutama golongan yang kekayaannya belum mencapai nisab atau wajib berzakat. Saya harap ijtihad dari fatwa ini bisa membantu penanganan dampak pandemi Covid-19,” ujar Asronun saat dihubungi, Rabu (13/5/2020).
Alokasi zakat, infak, dan sedekah pun kini dimaksimalkan untuk pengadaan alat kesehatan. Irfan mengatakan, distribusi bantuan untuk pandemi Covid-19 kini berprinsip pada tujuan syariat Islam atau Maqshid Syariah. Salah satu tujuan dari syariat adalah perlindungan terhadap nyawa manusia sehingga alokasi zakat untuk berbagai kepentingan umat manusia kini boleh dilakukan.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, Ramadhan bisa menjadi momen pendorong kalangan mampu untuk bersedekah. Sebab, Yusuf khawatir kalangan mampu justru menahan uang di tengah situasi yang tidak pasti seperti ini.
Kekhawatiran Yusuf mengacu pada data Lembaga Penjamin Simpanan yang melaporkan adanya peningkatan simpanan oleh kelompok penghasilan tinggi. Berdasarkan data Februari 2020, simpanan kelompok penghasilan di atas Rp 5 miliar pertumbuhannya tumbuh 2,9 persen dibandingkan dengan Januari 2020.
”Masyarakat bisa didorong untuk berzakat atau bersedekah lewat lembaga pengelola resmi. Pemerintah bisa juga ikut memberikan insentif untuk itu, misalnya memberi potongan pajak di tahun berikutnya bagi mereka yang memberikan sumbangan seperti wakaf,” tuturnya.
Sebagian kalangan tidak mampu kini bertumpu pada kedermawanan sebagian orang yang bermurah hati membagikan sebagian rezeki di masa pandemi. Purwanto (56), warga Grogol Petamburan, Jakarta Barat, misalnya, kini mengaku kesulitan finansial karena tidak optimal bekerja sebagai sopir bajaj. Berbagai bantuan akan dia terima jika ada penderma yang mau berbagi.
”Agak sulit hidup di saat ini kalau hanya mengandalkan bantuan tunai dari pemerintah. Segala bantuan dari masyarakat benar-benar membantu keluarga saya,” ujarnya.