Hobi Tak Pernah Mati, Sekalipun oleh Pandemi
Pandemi Covid-19 dinilai telah mematikan banyak hal, kecuali kecintaan orang terhadap hobinya. Bahkan, banyak di antara mereka yang menganggap tak punya waktu sebaik saat ini untuk menekuni hobi tersebut.
Di tepi Danau Sunter, Jakarta Utara, Minggu (10/5/2020) pagi, Darwin terlihat sibuk mengaitkan umpan ikan berupa pelet pada kail pancingnya. Ada empat joran pancing usang yang ia bawa pagi itu. Setiap joran, setidaknya dipasang empat kail untuk menambah peluang ”strike”.
Setelah semua umpan dipasang pada kail pancing tersebut, keempat joran diletakkan Darwin begitu saja di tepi danau. Kemudian, ia menunggu dari jarak sekitar satu meter. Ia memilih tempat yang lebih teduh sambil mengamati tarikan pada senar pancingnya.
Baca juga: Tips Sayangi Hewan Peliharaan di Tengah Pandemi Covid-19
Memancing memang telah menjadi hobi Darwin selama bertahun-tahun. Pria asal Medan, Sumatera Utara, ini biasanya memancing pada malam hari. Tepatnya, sepulang bekerja sebagai karyawan di Kios Servis Komputer di Harco Mangga Dua.
Selama lebih kurang satu bulan, kiosnya tak lagi beroperasi karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta. Meski membuka layanan secara daring, tetapi ia tetap mengeluhkan permintaan dari masyarakat yang menurun drastis.
Untuk mengatasi kepenatannya tersebut, ia menghabiskan waktu dengan memancing ketimbang berdiam diri di tempat tinggalnya. Jika biasanya ia melakukannya malam hari, selama pandemi Covid-19, Darwin biasa melakukannya mulai dari pagi hingga petang.
”Lumayan, bisa sampai dua bulan liburnya, kalau di indekos saja, ya, pasti bete. Pulang kampung juga gak bisa,” ujarnya.
Baca juga: Yuk Eksperimen di Dapur Bersama Si Kecil
Pagi itu, Darwin terpaksa membawa joran-joran usangnya yang sudah lama ditaruh di dalam gudang. Sebab, ia baru saja kehilangan empat joran kesayangannya karena razia. Dua hari yang lalu, tepatnya pada Jumat (8/5/2020), Darwin terjaring razia oleh personel gabungan di tempat yang sama. Ia dan puluhan pemancing lainnya dinilai melanggar PSBB.
”Kena dari personel gabungan. Ada Satpol PP, Dinas Perhubungan, sampai Polisi Militer. Mungkin ada 100-an joran yang dibawa,” katanya.
Baca juga: Ikan Hias, Pembunuh Bosan, Penghasil Cuan
Mau tak mau, Senin (11/5/2020), Darwin harus mengambil empat jorannya yang disita ke Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Sebab, harga joran-joran tersebut ditaksir mencapai Rp 2 juta. Sembari menunggu jorannya kembali, Darwin rela membongkar gudangnya untuk tetap menghidupkan hobinya.
Darwin bukan satu-satunya pemancing di Danau Sunter pagi itu. Ada puluhan pemancing lain yang tersebar di area tersebut. Razia yang terjadi dua hari lalu tak menyurutkan minat mereka. Para pemancing memilih spot di antara pohon-pohon yang rindang agar teduh sekaligus menutupi mereka dari aparat yang sewaktu-waktu bisa merazia mereka.
Tanpa harus mencari lokasi satu per satu, antusiasme pemancing dapat terlihat dari penuhnya area parkir sepeda motor. Tempat parkir tersebut berlokasi tak jauh dari pintu masuk di Jalan Danau Sunter Selatan. Di tempat itu, para pemancing biasa menitipkan sepeda motor mereka kepada pemilik warung.
Rahmat, salah satu pemancing, mengaku hanya memancing di Danau Sunter tersebut setiap akhir pekan. Sebab, selama pandemi Covid-19 ini, ia masih bekerja di gudang ekspedisi.
”Kalau gak ada kerjaan gini, ya, pasti mancing. Kalau gak di sini, biasanya di Pluit,” katanya.
Meski masih beraktivitas di luar rumah selama PSBB. Ia tetap memakai masker dan menjaga jarak dengan pemancing lain, termasuk dengan satu temannya yang saat itu berjarak hampir 500 meter darinya.
Walaupun banyak orang yang memancing di Danau Sunter, Rahmat menganggap jumlahnya berkurang. Ia justru bersyukur karena masih ideal untuk menjaga jarak. Menurut dia, jika tidak terjadi pandemi, pemancing biasa memadati kawasan tersebut pada akhir pekan.
Pencinta merpati
Para pencinta burung merpati juga ogah menanggalkan hobinya. Mereka tidak terusik dengan adanya pandemi covid-19 dan PSBB di DKI Jakarta. Hingga kini, tak sedikit dari pencinta burung merpati yang melakukan giringan selama pandemi ini. Giringan adalah proses melepaskan merpati jantan menuju betina dari jarak tertentu.
Pantauan Kompas pada Minggu siang hingga sore, anak-anak, remaja hingga orang tua berkumpul di tempat tersebut. Sore itu mereka sedang melakukan giringan B atau giringan latihan. Giringan B ini mereka siapkan untuk giringan A minggu depan atau giringan yang dilombakan.
”Saya biasa di Lapak Texas, Antasari. Tapi karena di sana tutup, ya, saya pindah ke sini,” kata Arif, karyawan swasta di gerai penjualan mobil tersebut.
Menurut Arif, banyak lapak yang tutup selama pandemi ini. Sebab, banyak pemilik lapak yang khawatir terjaring razia oleh Satpol PP selama PSBB. Kendati demikian, lapak Taman Kota Srengseng masih saja dipenuhi oleh pencinta burung merpati yang kehilangan lapak.
Baca buku
Sementara itu, banyak orang masih menikmati hobinya meski berada di dalam rumah. Yulita Estin P, salah satu anggota staf lembaga pemerintahan di Jepara, Jawa Tengah, misalnya, turut mengambil hikmah dari adanya pandemi Covid-19. Kendati masih disibukkan dengan aktivitas kantor, dirinya tetap punya kesempatan untuk membaca buku.
Selama pandemi Covid-19, Yulita setidaknya sudah membaca tiga novel, yakni Sherlock Holmes: The Valley of Fear karya Arthur Conan Doyle, The Monogram Murders karya Sophie Hannah dan The Last Séance karya Agatha Christie.
”Kalau enggak ada Covid-19, malah enggak sempat baca-baca buku ini. Padahal, kesibukan di kantor masih banyak sekarang. Buku-buku malah bikin enggak stres,” katanya.
Selama pandemi Covid-19, tak sedikit orang yang menggandrungi film, serial digital, ataupun drama Korea untuk menghilangkan rasa jenuh. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Yulita. Ia tetap memilih buku yang ceritanya langsung tuntas.
Hal yang sama juga dilakukan Nanik Kusuma. Sebelum pandemi, dirinya sama sekali tak memiliki banyak waktu untuk membaca buku. Kini, saat pandemi, ia beruntung masih memiliki waktu untuk membaca buku Chicken Soup for The Sister’s Soul karya Jack Canfield.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim menduga, di saat banyak orang mengalami keterbatasan gerak, stres cenderung mudah melanda. Untuk menghilangkan stres, setiap orang memiliki cara masing-masing dalam melakukan relaksasi.
Menekuni hobi adalah cara terbaik untuk melakukan relaksasi tersebut karena sifatnya yang khas. “Bagi satu orang memasak mungkin menyenangkan, tapi bagi orang lain justru menyiksa. Begitu juga dengan hobi lainnya,” katanya.
Rose menambahkan, usai melakukan hobi, biasanya orang yang tadinya mengalami tekanan akan kembali merasa nyaman melakukan aktivitas. Bahkan, jika hobi yang dilakukan dapat menghasilkan uang, hal itu semakin menambah gairah seseorang untuk melakukannya secara optimal.
Di masa pandemi Covid-19 ini, nampaknya setiap orang mesti menemukan hobi yang membuatnya nyaman. “Kalau orang tidak tahu cara keluar dari situasi yang menjenuhkan, hal itu justru berbahaya. Karena dia tidak akan mampu membuat dirinya lebih santai,” katanya.
Pembatasan sosial memang telah membatasi banyak sisi kehidupan lapisan sosial masyarakat seperti kesehatan, ekonomi hingga sosial. Barangkali, menekuni kembali hobi dapat membuat orang melupakan sejenak kekalutan akibat dampak pandemi ini.