Pandemi Membuat Perusahaan Memikirkan Kembali Pola CSR
Pola pemberian bantuan sosial dan tanggung jawab sosial perusahaan sudah waktunya direkonstruksi agar memberi nilai positif bagi masyarakat. Masa pandemi bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali nilai tersebut.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 akibat penularan virus korona jenis baru dapat menjadi kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk mendefinisikan ulang nilai-nilai yang mereka anut. Kontribusi kepada masyarakat hanya sebatas memberi bantuan sosial sudah waktunya ditingkatkan dengan membangun budaya kesejahteraan bersama.
”Mayoritas perusahaan di Indonesia dan dunia masih memilih filantropi sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Padahal, akan lebih mengena jika CSR ini berupa berbagai nilai positif di masyarakat,” kata pendiri A+ CSR sekaligus Lingkar Studi CSR, Jalal, tatkala dihubungi di Jakarta, Rabu (29/4/2020).
Adanya nilai perusahaan memungkinkan tidak hanya laba ekonomi yang bisa dinikmati oleh perusahaan dan karyawan, tetapi juga kontribusi bagi masyarakat. Guna mewujudkan hal ini, perusahaan mulai harus mengubah pola bisnis mereka dari sekadar membeli putus barang ataupun jasa dari pemasok ke membangun kemitraan yang timbal balik.
Mayoritas perusahaan di Indonesia dan dunia masih memilih filantropi sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Padahal, akan lebih mengena jika CSR ini berupa berbagai nilai positif di masyarakat.
Pemasok ataupun kontraktor dapat dirangkul untuk menganut nilai-nilai profesionalitas dan sosial yang diterapkan di perusahaan. Hal ini akan membangun etos kerja, mutu, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar hingga ke unit produksi terkecil. Demikian pula konsep ini diterapkan kepada konsumen agar tidak sebatas menjadi pembeli, tetapi menjadi pelanggan.
”Pandemi telah membuka mata masyarakat mengenai perusahaan-perusahaan yang begitu cepat memutuskan hubungan kerja dengan pegawai atau merumahkan mereka tanpa diberi upah. Ada kesadaran kolektif di masyarakat yang menurunkan kredibilitas perusahaan tersebut,” papar Jalal.
Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan perusahaan juga mengakibatkan beban yang ditanggung negara dan daerah bertambah. Namun, pada saat yang sama, pemerintah dan masyarakat juga melihat perusahaan yang tetap memiliki itikad baik dan berkontribusi dengan cara masing-masing.
Jalal mencontohkan usaha perhotelan yang, meskipun dilanda kerugian, mau menjadikan bangunannya sebagai penginapan bagi tenaga kesehatan. Bahkan, ada hotel yang menawarkan paket isolasi mandiri dengan harga dasar, sekadar untuk menjalankan operasional.
Terdapat pula usaha di bidang hiburan yang memanfaatkan teknologi digital untuk menghadirkan hiburan, seperti konser musik, pertunjukan teater, dan menonton film di rumah. Mereka berjasa membuat masyarakat tidak merasa perlu meninggalkan rumah pada masa pandemi.
”Kita selalu lupa bahwa kehadiran teknologi tidak hanya memudahkan produksi dan pemasaran barang dan jasa, tetapi juga menyebarluaskan nilai perusahaan sehingga CSR yang diberikan lebih bermakna,” ujar Jalal. CSR tidak hanya memberi bantuan sosial yang apabila tidak ada krisis mungkin dikurangi, tetapi membangun masyarakat secara fisik, sosial, dan psikologis.
Menambah data
Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menambah data terkait Program Kolaborasi Sosial Berskala Besar. Selain menampilkan data setiap rukun warga (RW) beserta penduduknya, juga ditambah kluster-kluster bantuan terbaru.
Kluster meliputi panti asuhan, pondok pesantren, panti jompo, dan panti sosial disabilitas. Selain itu, juga ada perhatian khusus kepada RW rentan secara lokasi, misalnya di wilayah dengan risiko kesehatan tinggi, serta RW dengan kepadatan penduduk tinggi.
”Semua data ada di situs Corona.jakarta.go.id/ksbb. Silakan mengakses sendiri karena terbuka untuk calon penyumbang, baik dari perusahaan, lembaga, maupun perorangan,” kata Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik Jakarta Atika Nur Rahmania.
Setiap penyumbang bisa mengisi formulir komitmen jenis dan jangka waktu pemberian bantuan. Misalnya, bantuan makanan siap saji, paket kebutuhan pokok, atau tunjangan hari raya. Proses penyaluran dilakukan dalam dua hari setelah perencanaan melalui situs Pemprov Jakarta usai.
Sebelumnya, pada hari Selasa, 28 April 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan rapat virtual dengan perwakilan sejumlah perusahaan nasional dan multinasional. Ia mengungkapkan, selain membuka jalur kerja sama dengan pihak swasta, Pemprov Jakarta juga tetap menyalurkan bantuan sosial dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pihaknya juga akan membagi masker kain gratis untuk semua penduduk Jakarta.
Dalam rapat yang sama, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Shinta Kamdani mengatakan, pihaknya sudah mengklarifikasi bahwa perusahaan-perusahaan yang masih beroperasi pada masa pembatasan sosial berskala besar memang yang bergerak di sektor strategis. Mereka tetap menjalankan roda ekonomi sekaligus memproduksi barang dan jasa untuk kebutuhan pada masa pandemi.