Warga Saling Membantu untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup
Warga bersiasat dengan keadaan yang serba sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kala pandemi korona jenis baru.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian warga tak ingin bergantung pada uluran bantuan sosial. Mereka saling menguatkan membantu sesama yang penghasilannya berkurang kala pandemi melanda. Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah menghimpun dana secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Selama pandemi Covid-19 melanda, ribuan orang kehilangan mata pencarian. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja harian yang kini penghasilannya menjadi tidak menentu. Sejalan dengan situasi ini, pemerintah menggelontorkan berbagai paket bantuan.
Sayangnya, bantuan sosial pemerintah itu tidak selalu tepat sasaran ke keluarga yang membutuhkan. Akibatnya, bantuan tersebut tidak mengucur ke keluarga terdampak pandemi, seperti yang dialami sebagian warga berpenghasilan rendah di Kampung Duri, Jakarta Barat, yang tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sosial.
Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup, sesama warga saling membantu. ”Kami mendorong warga untuk membuka usaha mikro, minimal untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terdamak,” kata Rikky Muchammad Fajar (34), salah satu penggalang bantuan, Kamis (23/4/2020).
Usaha mikro yang dimaksud di antaranya usaha menjual kue bolu dan jajanan pasar. Modal awal berasal dari bantuan sejumlah komunitas, pegiat seni, dan urun dana. Menurut Rikky, dana bantuan dikembangkan menjadi usaha mikro karena warga tidak bisa sepenuhnya bergantung dari bantuan dan tidak semua warga mendapatkan bantuan sosial. Apalagi, belum pasti kapan situasi akan berangsur normal.
Warga yang dimodali untuk usaha mikro sudah memiliki keterampilan terkait melalui pelatihan dari pemerintah dan swasta. Pandan (52) salah satunya. Ia dimodali menjual kue bolu sesuai pelatihan yang pernah diikutinya.
Kue buatannya dipasarkan melalui platform sosial media dengan layanan pesan antar. Setidaknya hari ini sudah ada lima pesanan. ”Keterampilan lain berguna juga. Semoga usaha berjalan lancar,” ujar Pandan.
Selama pandemi, Waze, platform perjalanan, mencatat kilometer berkendara di seluruh dunia turun 60 persen sejak berlakunya pembatasan sosial. Sejalan dengan itu, tren berkendara pengguna di Indonesia turun rata-rata 71 kilometer.
Data bersumber dari perjalanan harian penggunanya termasuk ke tempat tujuan. Waze mencatat tetap ada perjalanan, seperti membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya selama pandemi.
Bantuan
Persoalan bantuan juga mendera pelajar dari luar daerah. Salah satunya ribuan pelajar asal Nusa Tenggara Timur di Jabodetabek. Untuk itu, komunitas Garda NTT membuka donasi berupa bahan pokok untuk setidaknya 1.200 pelajar yang sudah terdata dan terdampak pandemi korona jenis baru.
Pendataan dilakukan melalui perwakilan pelajar di setiap universitas yang tergabung dalam jejaring. Adapun bantuan dapat disalurkan ke posko Gedung Margasiswa Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Jakarta Pusat di Jalan Sam Ratulangi Menteng, Jakarta Pusat. Posko dibuka setiap hari pukul 10.00-22.00. ”Masih tahap pengumpulan donasi. Sudah ada donasi dari jejaring, warga, dan komunitas warga NTT,” ucap Ebiet, salah satu perwakilan Garda NTT.
Gerakan untuk membantu warga terdampak juga dilakukan Kompas Gramedia Media atau KG Media perusahaan media di Jakarta. Perusahaan ini menyalurkan donasi hasil konser amal KompasTV bersama Didi Kempot melalui LAZIS Nahdlatul Ulama sebesar Rp 2 miliar di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
CEO KG Media Andy Budiman menyerahkan donasi kepada Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj. Nantinya donasi disalurkan dalam bentuk sembako kepada warga yang terdampak pandemi.
Sebelumnya juga sudah diserahkan donasi hasil konser amal sebesar Rp 1,8 miliar dan melalui LAZIS Muhammadiyah sebesar Rp 2 miliar. Sebanyak 33.850 keluarga akan menerima bantuan donasi hasil konser amal.