Kepatuhan Warga pada Ketentuan Pembatasan Mulai Membaik
Warga tak henti saling mengingatkan pentingnya mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah guna meminimalkan risiko paparan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga belum semuanya terbiasa mengenakan masker saat beraktivitas di luar selama pembatasan sosial berskala besar. Hal tersebut berisiko karena pandemi korona jenis baru belum melandai.
Pemerintah mewajibkan warga mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah guna meminimalkan risiko paparan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Kewajiban itu tertuang dalam ketentuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Walakin, masih banyak warga abai sehingga petugas di pos pemeriksaan memberikan hukuman push up.
Warga berinisiatif dari lingkungan perumahannya mengingatkan sesama, khususnya mereka yang tetap beraktivitas di luar, untuk mengenakan masker. Tujuannya agar terbentuk kebiasaan mengenakan masker.
Salah satu inisiatif ini berlangsung di Sunter, Jakarta Utara. Nita (24), warga setempat, mendapat teguran karena tidak mengenakan masker saat beraktivitas di lapak penjualan bunga yang tidak jauh dari perumahan.
Ia, suka tidak suka, harus mengenakan masker jika ingin tetap beraktivitas di situ. ”Warga yang bertugas keliling memantau aktivitas di sekitar. Di sini kami ditegur kalau tidak pakai masker,” ucap Nita, Selasa (21/4/2020).
Alhasil, Nita selalu mengenakan masker setelah mendapatkan penjelasan bahwa dirinya bisa menjadi perantara virus kepada orang di rumah karena lalai melindungi diri sendiri.
Tami (24), warga Ciledug, Kota Tangerang, mengalami hal serupa. Ia tak mengenakan masker ketika berangkat kerja saat PSBB telah berlaku. Persis di ujung kompleks, warga memintanya mengenakan masker sebelum melanjutkan perjalanan. ”Kalau enggak bawa, diminta putar balik ambil di rumah,” ucap Tami.
Warga Gelora, Jakarta Pusat, juga mulai mengingatkan warga untuk mengenakan masker saat beraktivitas di luar. Sebab, di area itu banyak pekerja kantoran yang berkegiatan seperti biasa. ”Lindungi diri sendiri berarti lindungi sesama juga, kan,” ujar Ketua RW 002 Bahrudin.
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, mengatakan, sebaiknya masker digunakan saat keluar rumah walaupun penggunaan masker tidak dapat menihilkan risiko penularan Covid-19.
Setidaknya masker kain dua lapis efektif melindungi diri dari percikan yang molekulernya besar. ”Kalau bisa, disisipkan tisu kering penyerap air di antara dua lapisan kain itu. Setiap habis dipakai, langsung dicuci,” kata Syahrizal.
Minimalkan risiko
Penyebaran Covid-19 membutuhkan dua faktor, yakni droplet dan jarak yang dekat antarmanusia. Untuk itu, masker berperan meminimalkan risiko paparan virus.
Menurut Syahrizal, obrolan selama lima menit menghasilkan sekitar 3.000 partikel droplet. Partikel-partikel tersebut berukuran 10-12 mikrogram sehingga setiap orang sangat rentan terpapar virus.
Di China, Kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Goerge Gao menegaskan kepada majalah Science bahwa masker memiliki peran yang penting karena ketika berbicara, selalu ada droplet yang keluar dari mulut. Terlebih lagi, banyak orang yang terinfeksi korona tidak menunjukkan gejala.
”Kalau mereka mengenakan masker, itu dapat mencegah droplet yang membawa virus untuk keluar dan menular ke orang lain,” kata Gao.
Sementara itu, di dalam negeri, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta, Erlina Burhan, mengatakan, masker hanya salah satu cara untuk mencegah penyakit selain tetap cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat.
”Masker sebaiknya hanya digunakan oleh orang sakit atau orang yang sedang merawat orang sakit. Selain itu, masker juga digunakan ketika sedang pergi dan berada di kerumunan. Pastikan pula gunakan masker dengan benar,” lanjutnya.
Meski begitu, prinsip jaga jarak minimal 1,5 meter sampai 2 meter tetap harus diterapkan. Ini karena kemampuan masker kain untuk memproteksi partikel kecil tidak maksimal. Berkisar 40-90 persen partikel masih bisa menembus masker.