Ikhtiar Warga Depok Melawan Pagebluk
Sebagai kota tempat ditemukannya kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia, Depok bergerak sejak Maret lalu untuk melawan persebaran pandemi itu, mulai membentuk Kampung Siaga Covid, hingga membentuk lumbung logistik.
Tepat tanggal 2 Maret, lebih dari satu bulan lalu, dua kasus pertama pasien positif Covid-19 diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Kedua pasien yang kebetulan ibu dan anak itu bertempat tinggal di Kota Depok, Jawa Barat. Sejak itu juga, warga Kota Depok berupaya agar penyebaran penyakit karena terinfeksi virus korona baru tersebut bisa dihambat.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Depok dan warganya untuk menekan penyebaran Covid-19 adalah dengan membuat Kampung Siaga Covid-19 di 924 RW yang tersebar di 11 kecamatan dan 63 kelurahan. Berdasarkan data Pemkot Depok, sampai Kamis (9/4/2020), telah terbentuk 878 Kampung Siaga Covid-19 atau 95 persen dari target yang ditentukan.
Kampung Siaga ini tidak sekadar menjaga akses keluar masuk permukiman, menyediakan cairan disinfektan dan pencuci tangan, tetapi juga ada fasilitas dukungan bagi warga positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri, menggalakkan lumbung logistik di setiap kampung, hingga mengembangkan fasilitas belanja daring untuk kebutuhan pokok yang menghubungkan warga dengan pedagang pasar tradisional.
Alfreds Tuter (27) dan warga lainnya di Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis, Depok, misalnya, setelah mendapat arahan dari petugas kelurahan, mereka langsung membuat satuan tugas Kampung Siaga Covid-19.
Guna melancarkan kegiatan ini, setiap RW mendapat fasilitas berupa stimulan anggaran sebesar Rp 3 juta yang diambil dari APBD Kota Depok. Uang stimulan dari Pemkot Depok ini kemudian digunakan untuk sejumlah kegiatan, di antaranya mensterilkan fasilitas umum dan sosial di tingkat RW dengan cara menyemprotkan disinfektan.
Selain itu, warga juga membuat bilik disinfektan hingga spanduk bertuliskan pembatasan kunjungan tamu. Bilik disinfektan diletakkan di depan gerbang sehingga dapat mensterilkan warga sebelum memasuki kompleks permukiman.
Baca juga: Berdayakan Otoritas Informal untuk PSBB
”Jauh sebelum adanya Kampung Siaga Covid-19, kami sudah inisiatif melakukan pembatasan jalan bagi yang akan masuk kompleks. Di dekat rumah saya di Kompleks Paspampres Cimanggis juga sudah dibangun bilik disinfektan. Jadi motor yang masuk harus melewati bilik itu,” ujar Alfreds.
Tingginya kesadaran warga Kelurahan Pasir Gunung Selatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 juga dibuktikan dengan pembuatan cairan pembersih tangan atau hand sanitizer secara mandiri. Inisiatif warga RT 001 RW 014 ini telah dilakukan pertengahan Maret lalu kala kelangkaan hand sanitizer mulai terjadi di pasaran.
Warga menjamin keamanan dari hand sanitizer karena dibuat berdasarkan petunjuk dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahan yang digunakan juga mudah didapat di toko bahan kimia, seperti etanol, gliserol, dan hidrogen peroksida. Mereka didampingi salah satu warga yang berprofesi sebagai dokter sehingga dapat memantau pembuatan secara langsung.
Secara rinci, tugas Kampung Siaga Covid-19 tidak hanya membuat benda-benda fisik untuk pencegahan Covid-19. Sesuai surat edaran Wali Kota Depok, jenis kegiatan yang harus dilakukan Kampung Siaga Covid-19, di antaranya menyosialisasikan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), mengaktifkan sistem keamanan warga, membuat sistem informasi kesehatan warga, hingga mengaktifkan lumbung logistik dan partisipasi lokal.
Tidak hanya melakukan pembatasan jalan di sejumlah perumahan, warga juga kerap menyosialisasikan tentang isolasi mandiri bagi penghuni perumahan yang memiliki aktivitas rutin di Jakarta. Bagi warga yang baru kembali dari luar kota, mereka juga harus memberikan laporan kesehatan dan riwayat perjalanan kepada pengurus RT atau RW setempat.
Semua upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang dilakukan warga Kelurahan Pasir Gunung Selatan ini beralasan. Sebab, kasus positif Covid-19 di Kota Depok terus meningkat signifikan sejak kasus positif pertama terdeteksi pada 2 Maret lalu. Hingga Jumat (10/4/2020), di Kota Depok tercatat 83 kasus positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 10 orang meninggal dan 11 orang dinyatakan sembuh.
Kasus positif Covid-19 di Kota Depok terus meningkat signifikan sejak kasus positif pertama terdeteksi pada 2 Maret lalu. Hingga Jumat (10/4/2020), di Kota Depok tercatat 83 kasus positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 10 orang meninggal dan 11 orang dinyatakan sembuh.
Inisiasi bersama
Pembentukan Kampung Siaga Covid-19 merupakan langkah Pemkot Depok menindaklanjuti arahan pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melibatkan masyarakat di level terbawah dalam menangani Covid-19. Gerakan ini juga merupakan inisiasi bersama antara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dengan melibatkan lembaga sosial Sekolah Relawan.
Peran lembaga sosial Sekolah Relawan sangat penting dan signifikan dalam pembentukan Kampung Siaga Covid-19. Lembaga sosial kemanusiaan yang fokus pada edukasi kerelawanan ini menjadi penginisiasi awal saat pertama kali membentuk program Kampung Siaga Covid-19 di Perumnas Beji, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Depok, 18 Maret lalu.
Program aksi yang dilakukan saat pertama kali diinisiasi juga tidak terlalu berbeda jauh dengan Kampung Siaga Covid-19 yang dibentuk Pemkot Depok saat ini. Beberapa di antaranya penyemprotan disinfektan, pelatihan pembuatan hand sanitizer, sosialisasi PHBS, penyediaan ruang informasi untuk warga, hingga pengumpulan dana secara swadaya.
CEO Sekolah Relawan Dony Aryanto saat itu menyebut inisiasi gerakan tersebut berbasis pada komunitas warga sebagai upaya pencegahan. Sekolah Relawan yang memiliki lebih dari 1.000 sukarelawan dan tersebar di beberapa wilayah akan menjadi fasilitator warga untuk menjalankan program pencegahan dan penanganan Covid-19.
Pasar daring
Ayu Adhelina (28) menggunakan ponsel miliknya untuk memesan bahan pokok di salah satu pedagang di Pasar Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok, Kamis melalui aplikasi Whatsapp. Tempe, tahu, telur, ikan, dan sayur mayur, serta sejumlah bumbu dapur menjadi pesanan Ayu. Tak berselang lama, pesan Whatsapp Ayu dibalas oleh sang pedagang.
Percakapan Ayu dan pedagang dilakukan untuk mengetahui harga dan ketersediaan barang. Setelah proses tawar menawar dan harga disepakati, pedagang mengirimkan pesanan Ayu melalui jasa ojek. Sekitar 15 menit, pesanan pun sampai di rumah Ayu di Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos.
Baca juga: Ridwan Kamil Berharap MUI Pertimbangkan Fatwa Haram Mudik
Proses transaksi jual beli barang melalui pesan langsung dengan pedagang pasar lewat Whatsapp atau secara daring ini diakui Ayu sangat membantunya memenuhi kebutuhan pokok di tengah kebijakan pembatasan sosial. Pandemi Covid-19 memaksa warga berdiam diri di rumah. Bahkan, kondisi tersebut membuat tukang sayur keliling dan warung makan dekat lingkungan rumah Ayu tak lagi berjualan.
”Di aplikasi ojek daring memang ada fitur belanja kebutuhan pokok, seperti lauk pauk, sayur mayur, hingga bumbu dapur. Namun, rasanya lebih cocok kalau memesan langsung kepada pedagangnya sehingga kita juga bisa melihat kualitas barang dagangannya,” ungkapnya.
Di aplikasi ojek daring memang ada fitur belanja kebutuhan pokok, seperti lauk pauk, sayur mayur, hingga bumbu dapur. Namun, rasanya lebih cocok kalau memesan langsung kepada pedagangnya sehingga kita juga bisa melihat kualitas barang dagangannya.
Sistem pasar daring yang telah berjalan selama lebih dari sepekan ini dikembangkan oleh Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Selain Pasar Sukatani, enam pasar lainnya yang telah menerapkan sistem tersebut, antara lain, Pasar Cisalak, Pasar Agung, Pasar Kemiri, Pasar Tugu, Pasar Musi, dan Pasar Depok Jaya.
Mekanisme belanja di pasar daring dilakukan dengan cara menghubungi pedagang secara langsung melalui ponsel di nomor yang telah disampaikan melalui akun media sosial Pemkot Depok. Harga barang pokok merupakan tarif normal sesuai kesepakatan pedagang dengan pembeli. Sementara ongkos kirim atau ojek dibebankan kepada pembeli.
Menurut Wali Kota Depok Mohammad Idris, tujuan dikembangkannya pasar daring ini, yaitu untuk memudahkan warga dalam berbelanja kebutuhan pokok tanpa harus meninggalkan kediamannya. Hal ini membuat warga Depok tetap dapat melakukan pembatasan sosial sekaligus mencegah terjadinya kerumunan di pasar.
Pasar daring juga dinilai Idris dapat memberikan manfaat dan pemasukan kepada para pekerja informal. Bagi pedagang bahan pokok, mereka tetap dapat berjualan di tengah pembatasan sosial. Sementara para pengojek juga dapat berperan dalam pengiriman barang-barang yang dipesan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Sukatani Rusli Arief mengatakan, layanan belanja daring mulai dikembangkan karena status Pasar Sukatani sebagai pasar Standar Nasional Indonesia (SNI). Layanan ini juga akan ditingkatkan melalui kerja sama resmi dengan perusahaan transportasi daring yang familiar dengan masyarakat sehingga lebih mempermudah dalam pengiriman barang.
Baca juga: Gubernur Jabar Minta Kabupaten/Kota Penuhi Kesejahteraan Tenaga Medis
Pemberdayaan masyarakat di tingkat bawah sangat penting untuk meredam kepanikan sekaligus menangani pandemi Covid-19. Dengan menjalankan program dan aksi nyata tersebut, semua komponen masyarakat ikut bergotong royong dan menjadi pelopor pencegahan penyebaran Covid-19 di kampungnya masing-masing.