Dampak positif pembatasan sosial berskala besar adalah lahirnya kesadaran hidup bersih. Sebagian sopir taksi mewajibkan penumpang mengenakan masker, mengatur jarak antarpenumpang, dan rutin membersihkan kendaraan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
Sopir taksi ikut melawan agar virus korona jenis baru tidak menyebar terlalu luas. Mereka semakin ketat menjaga kebersihan saat bekerja. Caranya dengan melakukan hal-hal sederhana. Saat memulai perjalanan dengan penumpang, mereka meminta pengguna jasanya mengenakan masker, meminta menjaga jarak antarpenumpang, dan menyediakan antiseptik pencuci tangan di mobil.
Perlawanan terhadap virus korona dilakukan di tengah situasi lalu lintas di jalan protokol, seperti Jalan Gatot Subroto, Jalan MT Haryono, Jalan Sudirman, dan Jalan MH Thamrin, yang lengang pada hari pertama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan, Jumat (10/4/2020). Biasanya ruas jalan itu padat dengan kendaraan roda dua dan empat. Tak jarang, terjadi kemacetan pada jam-jam sibuk.
Siang itu, Hasannudin Sarmili (57), sopir taksi daring asal Ciledug, Tangerang Selatan, bersiap mengantar seorang penumpang dari Jakarta Pusat ke Jakarta Selatan. Sebelum berangkat, dia menawari si penumpang untuk menggunakan antiseptik pencuci tangan.
Dia juga mengingatkan penumpangnya untuk mengenakan masker. ”Sudah ketentuan dari pemerintah dan aplikator kalau wajib pakai masker,” ucap Sarmili. Apabila kedapatan atau melanggar ketentuan, akan didenda dan tidak diperbolehkan mengantar penumpang. Taksi pun disemprot disinfektan pada bagian luar dan dalam sebelum keluar dan masuk pul. Penyemprotan disinfektan dilakukan secara rutin setiap hari.
Hal serupa dilakukan Ahmad (74), sopir taksi daring asal Tebet, Jakarta Selatan. Dia menyediakan antiseptik pencuci tangan serta tisu basah dan kering untuk kebersihan dirinya dan penumpang. Lelaki paruh baya ini selalu mewanti-wanti penumpang untuk mengenakan masker sebelum naik ke mobil. ”Kita sama-sama pakai masker dan jaga kebersihan supaya cegah penyebaran virus (SARS-Cov-2),” ujar Ahmad.
Sementara sopir taksi lain, Eri Manto, mengingatkan penumpang untuk duduk di bagian tengah dan belakang. Hal ini lantaran ketentuan PSBB tidak membolehkan penumpang duduk di samping sopir.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa taksi hanya mengangkut tiga orang. Dua penumpang duduk di bagian tengah dan satu orang di bagian belakang. ”Walaupun di mobil harus jaga jarak,” kata Eri. Sama seperti Sarmili dan Ahmad, tidak lupa dia mengingatkan penumpang untuk mengenakan masker.
Sayangnya, belum semua sopir taksi patuh dengan hal tersebut. Misalnya, masih ada yang tidak mengenakan masker ataupun membiarkan penumpang duduk di samping sopir.
Hal yang sama dilakukan ojek daring. Mereka tetap mengantar penumpang walau tidak diperbolehkan selama PSBB. Padahal ojek daring hanya diperbolehkan mengantar makanan dan barang.
Pantauan di jalan-jalan protokol menunjukkan hal tersebut. Mereka berseliweran mengantar penumpang ke sana-sini. Caranya dengan menawarkan langsung kepada penumpang. Sebab, layanan antarpenumpang untuk ojek daring ditiadakan sementara waktu oleh aplikator.
Terlepas dari itu, banyak juga ojek daring yang tertib dengan hanya mengantar makanan dan barang. Mereka ngetem di pusat perbelanjaan ataupun gerai makanan cepat saji untuk menunggu pesanan.