JAKARTA, KOMPAS — Suasana berbeda dialami warga yang mengikuti peringatan Jumat Agung. Mereka untuk sementara tidak dapat berjumpa dengan warga lain di gereja. Namun, mereka tetap beribadah dengan keluarga masing-masing.
Sebagian dari mereka merasa tidak kehilangan kekhidmatan meski beribadah di rumah. Legowo, warga Cipinang Muara, Jakarta Timur, mengatakan ada yang berbeda pada rangkaian peringatan Paskah kali ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
”Kalau biasanya, kan, kita bisa ke gereja bareng, sekarang di rumah saja. Ya, mau gimana lagi, memang kondisinya lagi begini,” ucap bapak dua anak ini, Jumat (10/4/2020).
Sejak pembatasan kegiatan keagamaan di rumah ibadah beberapa pekan terakhir, Legowo dan keluarga rutin mengikuti misa secara streaming. Belakangan, siaran langsung dari TVRI dan Kompas TV turut membantunya beribadah di rumah.
”Kalau pakai streaming, sangat bergantung kualitas sinyal. Kadang juga ada delay antara gambar dan suara. Sekarang sudah ada siaran langsung di televisi, kami amat terbantu. Kualitas gambar dan suara lebih baik,” tutur pegawai negeri sipil di lingkungan kepolisian ini.
Terlepas dari masalah teknis, beribadah di rumah juga memiliki tantangan tersendiri. Anaknya yang masih balita, misalnya, tiba-tiba meminta dibuatkan susu di tengah ibadah. ”Kadang juga ada kurir yang antar paket. Ya, terpaksa saya keluar rumah dan ambil paketnya. Ini yang kadang mengganggu kalau ibadah di rumah,” lanjutnya.
Legowo berharap penyebaran virus korona baru bisa segera ditangani dan jumlah penderita Covid-19 bisa ditekan. Dengan begitu, aktivitas warga bisa kembali pulih, termasuk untuk beribadah.
Hal serupa dialami Maria Margaretha Devyana (37), warga Cibinong, Bogor. Kali ini, bersama adiknya, mereka beribadah melalui siaran televisi. ”Rasanya beda, ya, ikut ibadat dan misa di pekan suci dari siaran televisi. Banyak tantangan untuk khusyuk,” ujar Devyana.
Saat sedang khusyuk beribadah, tiba-tiba saja ada seorang tetangga yang datang. Otomatis dia harus meninggalkan ibadah untuk menemui tetangga yang bertamu. Belum lagi sulitnya menahan kantuk saat beribadah. Dia sempat ketiduran beberapa menit sebelum dibangunkan sang adik.
Selain itu, ada rasa kagok saat pertama kali ibadah secara daring. Ini dirasakan oleh Grevia Nanda (26). ”Agak aneh karena pertama kali ibadah online. Sulit konsentrasi. Tetapi, kan, keadaannya mengharuskan begini,” ujarnya.
Mahasiswi psikologi ini seorang diri beribadah melalui siaran Youtube dari kamar indekosnya. Padahal, bersama teman-teman indekosnya, mereka biasa beribadah di gereja. Keharusan menjaga jarak membuat mereka beribadah dari kamar masing-masing.