Penerapan kebijakan pembatasan sosial dan bekerja di rumah bagi sebagian orang berarti tidak lagi bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan. Bagi mereka, pilihan pulang kampung menjadi alternatif terbaik.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
Hendri Setyo (34), pembantu chef di salah hotel di Gandaria, Jakarta Selatan, tidak ingin mengambil risiko untuk tinggal lebih lama di Jakarta tanpa penghasilan tambahan. Ia memilih pulang kampung untuk menghemat pengeluaran dan menghindari pandemi Covid-19 yang terus meningkat.
Di salah satu sudut warung kopi di Terminal Bus Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sekitar pukul 16.00, Selasa (31/3/2020), Hendri duduk menunggu keberangkatan bus tujuan Pekalongan, Jawa Tengah, sembari berteduh dari guyuran hujan lebat. Sesampai di Pekalongan, ia akan melanjutkan perjalanan menuju Magelang.
Hendri memutuskan pulang kampung karena uangnya semakin hari semakin tipis. Sejak 26 Maret, tempat kerjanya sudah meliburkan para pekerja karena mengalami penurunan jumlah konsumen.
Ia mengatakan, berkurangnya konsumen membuat pihak manajemen hotel tidak memberikan uang tunjangan harian sejak 20 Maret hingga memutuskan meliburkan sejumlah karyawan pada 26 maret. Meski demikian, Hendri masih bersyukur gaji pokok tetap akan bayar setiap bulan oleh manajemen.
”Jelas berdampak pada penghasilan kami, kami sudah tidak dapat tunjangan harian. Saya tidak mungkin bertahan lama di Jakarta dengan mengandalkan gaji pokok saja, tidak bakal cukup. Sementara saya juga membantu biaya kehidupan orangtua. Belum tahu sampai kapan kami diliburkan,” kata Hendri.
Sampai di kampung halaman, Hendri berencana menjadi petani sayur membantu keluarganya untuk menambah penghasilan.
Hendri sadar, pulang kampung bukan tak ada risiko. Ia bisa saja menularkan virus Covid-19 kepada kedua orangtuanya, keluarga, dan lingkungan, meski ia tampak sehat. Namun, tak ada pilihan lain selain pulang.
”Dilematis, bingung harus gimana. Tinggal di Jakarta dengan tingginya kasus penyebaran Covid-19 bisa membuat saya tertular juga. Bertahan pun uang terus menipis. Pulang kampung berisiko menularkan. Ya sudah pulang saja, Insya Allah sehat dan aman,” kata Hendri.
Nasib serupa juga dialami Rusdi (46). Ia juga memutuskan pulang ke Brebes karena tak kuat menanggung beban biaya hidup di Jakarta. Selama lebih dari sembilan hari, ayah tiga anak yang berkerja sebagai kurir motor di salah satu perusahaan pengiriman barang di Jakarta Selatan ini tidak menghasilkan pundi-pundi rupiah. Dampak penyebaran Covid-19 membuat perusahaan meliburkan karyawannya.
”Padahal, harus tetap mengirim uang ke kampung. Biasanya seminggu atau dua minggu sekali kirim Rp 1,5 juta ke kampung. Nah ini saya belum ada kirim uang hampir dua minggu. Sementara saya di sini juga kantong kering. Kasihan anak istri di kampung. Lebih baik saya pulang saja daripada luntang-lantung di Jakarta,” kata Rusdi.
Sebagai kurir motor, sebelumnya Rusdi bisa memperoleh penghasilan Rp 4,2 juta per bulan. Penghasilannya akan bertambah jika kinerjanya bagus. Namun, penghasilannya terus menurun hingga tidak mendapat oderan. Dari sekitar 40 karyawan, hampir separuhnya diliburkan perusahaan, termasuk Rusdi.
Untuk menyambung hidup, Rusdi sempat menjadi sopir angkot selama tiga hari. Namun, penumpang pun sepi. Rusdi justru harus berutang kepada temannya untuk membayar biaya operasional, seperti bahan bakar minyak, sebesar Rp 200.000.
”Saya malah rugi, harus nombok. Ini pulang kampung saja pinjam uang dulu sama teman. Nanti bayar kalau ada uang,” kata Rusdi.
Dalam situasi sulit seperti ini, Rusdi sangat berharap ada upaya perlindungan dari pemerintah untuk memberikan bantuan.
Staf Tata Usaha Terminal Lebak Bulus Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Citra Meidianasari, mengatakan, puncak penumpang terjadi pada Sabtu (28/3/2020), mencapai 544 penumpang dengan 39 keberangkatan bus. Sementara pada Minggu (29/3/2020) mencapai 518 penumpang dengan 37 keberangkatan bus.
”Puncak penumpang pada Sabtu dan Minggu karena banyak penumpang berpikir terminal akan tutup pada 1 April. Padahal, tetap buka, belum ada kebijakan penutupan terminal,” kata Citra.
Citra melanjutkan, setelah puncak keberangkatan, terjadi penurunan jumlah penumpang. Pada Senin (30/3/2020), sebanyak 295 penumpang, sementara Selasa (31/3/2020), pukul 13.30, sebanyak 87 penumpang.
”Jika ditotal dari Sabtu (21/3/2020) hingga Senin kemarin, jumlah penumpang mencapai 3.545 orang. Kebanyakan tujuan penumpang ke Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Citra.